BAM!
Benar saja, Gail hanya memberikan sangat sedikit dorongan dan pintu ini dengan sukses mendarat di lantai, jatuh begitu saja karena lapuk dimakan usia dan alam. Membuat debu-debu langsung berhamburan menyeruak masuk ke hidung Gail..
"Uhuk! Uhuk! Haa... haachiiihhh!!!" suara batuk dan bersin seketika menggema ke seluruh ruangan.
"Rrrr..." erang Gail, merasakan hidungnya menjadi sangat gatal.
Namun dia langsung terperangah begitu melihat ruangan di hadapannya. Sebuah ruangan yang hanya terdapat tiga buah sofa rusak di tengah-tengahnya. Bagi seorang yang penakut mungkin mereka sudah pingsan sejak tadi. Tapi tidak bagi Gail, baginya suatu keberuntungan bisa melihat semua ini. Baginya, ini seperti harta karun.
Ruangan ini terasa kelam, namun karena jendela di belakangnya, membuat ruangan ini terasa lebih terang. Langit-langit yang sudah tua ini pun sudah runtuh dimakan usia. Pria ini melihat ke seluruh arah dengan takjub. T
Di mobil, Diana menggenggam erat kantong kertas cokelat pemberian Annie. Rai yang melihatnya menjadi penasaran, namun Diana sama sekali tidak ada niat memperlihatkannya. Rai pun langsung meminggirkan mobilnya."Apa ini?" tanya Rai merebut kantong dari Diana.“Oi!” jerit Diana berusaha merebut kembali namun Rai menjauhkan kantong ini darinya."Huh...?” ia mengambil botol kaca sedang lalu mengocok-ngocoknya.TIIINNNN!!!"Diana!" pekik Rai karena klakson yang tiba-tiba saja dibunyikan oleh wanita ini.“Itu milikku!” geramnya“Aku tahu, tapi kau tidak perlu membunyikan klakson!”“Kembalikan!” tegas Diana dan Rai langsung melempar botol beserta kantong kertas cokelat yang berada di tangannya.Dengan menggenggam erat botol yang sudah berada di tangannya, Diana berkata dengan sinis, "Jangan merebut milik orang lain!""YA! Tapi jangan juga mem
Mendengar perkataan keras kepala ini membuat manik mata Rai berubah menjadi merah darah, dan Diana melihat perubahan ini. Jelas vampir ini kembali emosi hanya karena masalah sepele.“Sekarang kau marah? Kau ingin memakanku?” ucap Diana.“Tidak,” Rai melingkarkan tangan kanannya ke pinggang Diana, dan menarik tubuhnya mendekat.“Tapi aku akan menciummu,” dan Rai langsung mencium Diana begitu saja. Diana tidak memberontak, dia hanya berdiam diri hingga ciuman ini selesai.“Kenapa...?” tanya Rai bingung melihat sikap wanita ini.Diana melihat ke arah lain, “Aku hanya tidak tahu respons apa yang harus aku berikan. Walaupun aku melawan, kau akan tetap memaksa bukan?”Rai menghela napasnya, dan mendorong jauh Diana. “Cepat masuk ke mobil, kita akan kembali melanjutkan perjalanan.”Wsshhh!Diana menarik tangan Rai, membuatnya berbalik dan
Diana memulai ceritanya, “Pine adalah anak yang sejak kecil memiliki penyakit kelainan jantung. Orang tuanya tidak mengurusnya dengan baik dan tidak juga dengan memberikannya obat-obatan. Jadi, aku ke Bunga Malam untuk bekerja sebagai asisten dokter ini untuk mendapatkan obat untuk Pine.”"Bunga Malam...? Kau semacam peri?" tanya Rai tidak mengerti."Bunga malam adalah tempat bagi para kupu-kupu malam. Tepatnya itu adalah rumah bordil yang besar, tempat bagi para wanita menjual tubuhnya."Rai terkejut mendengarnya, "Hah? Tempat seperti itu? Lalu kenapa juga ada dokter di sana?""Dokter itu kenalanku. Dia di sana untuk mengobati dan memberikan vaksin rutin kepada para kupu-kupu malam. Walaupun terdengar sederhana, sebenarnya dia dokter yang hebat. Dia juga berasal dari keluarga yang turun-temurun dan dari generasi ke generasi menjadi dokter.""Lalu...?""Saat di malam hari aku menyelinap keluar untuk belajar padan
Karena rasa penasaran, akhirnya Iki mendatangi Al yang sedang berada di ruangannya. "Al, siapa manusia itu?" tanyanya dengan tidak sopan.Al yang sedang duduk di jendela pun hanya menoleh tanpa mau menjawab. "Manusia itu akan berada dalam bahaya jika berdekatan dengan Ika," lanjut Iki.Al menghela napasnya, "Kenapa kau ribut sekali, tidak bisakah kau tenang sedikit?" balasnya. "Dia adalah Gail. Rai mengenalnya. Dia berada di sini atas perintah Kevin, dan juga Rai memintanya untuk menyelidiki tentang Aima.”Kening Iki mengerut, bingung dengan perkataan Al yang tiba-tiba menyinggung tentang Aima. "Aima? Menyelidiki Aima? Bukankah itu kerajaan yang telah runtuh? Untuk apa? Dan jika memang harus, kenapa bukan kau yang melakukannya? Dia hanya seorang manusia.""Kenapa juga aku harus memberitahukannya ke anak kecil sepertimu?" sinis Al."Baik, aku akan mengajak Ika untuk menemui manusia itu. Aku penasaran apa yang akan diperbuat ol
"Setiap sebulan sekali Benedict akan datang berkunjung ke Raltz, dan sejak umur lima tahun kami akan selalu dibawa paksa olehnya ke dalam ruang bawah tanah tempat Pangeran Zahra tertidur,” Iki memulai ceritanya.“Pada awalnya Ben tidak melakukan apapun pada kami, dia hanya mengurung kami selama seharian penuh di sana. Tapi, satu tahun kemudian dia mulai melakukan hal-hal gila.""Dia mengambil darah wanita itu dan darah kami, lalu mencampurkannya jadi satu. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan dengan campuran darah tersebut. Pada tahun berikutnya dia mulai menyuntikkan darah wanita itu ke tubuh kami.”“Selama melakukan hal tersebut, Dominic selalu ada di sana. Dia hanya mengawasi dalam diam, dan Kevin tidak bisa melakukan apapun, dia tidak berada di posisi untuk dapat memberontak.""Dari apa yang kami tahu. Pangeran adalah vampir pertama yang lahir. Dia merupakan vampir berdarah murni yang memiliki kemurnian seratus
Iki menghela napasnya, dia tahu bahwa inilah yang akan terjadi jika mereka menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Jika Rai yang mendengar ini, sudah dapat dipastikan, Raltz akan dibinasakan sekarang juga."Ika benar-benar hilang kendali. Dia menyerang dan menggigit semua orang yang ada di sana. Tidak hanya wanita itu, bahkan vampir juga diserangnya. Tapi aku berhasil menghindar. Kemudian Ika menyerang Pangeran dan menggigitnya, tapi Dominic segera menghentikan perbuatan ini. Membuat Ika menjadi marah besar,” Iki kembali melanjutkan."Ika kemudian berlari ke luar, dan membaui udara. Aku mengikutinya, larinya begitu cepat, dan dia menuju ke Kastel Raltz. Keadaan menjadi kacau. Dia menyerang semua orang tanpa terkecuali. Kevin memanggil para prajurit untuk menangkapnya, dan setelah menumbangkan banyak prajurit, Ika akhirnya berhasil ditangkap.”“Dalam posisi seperti itu, aku melihat Benedict dan Dominic datang. Aku merasakan bah
Hari ini adalah hari pernikahan antara Kevin dan Pine. Seharusnya ini hari yang membahagiakan, tapi malah sebaliknya, tidak ada suara suka cita, yang ada hanya ketegangan.Para pelayan sibuk ke sana kemari mempersiapkan semuanya. Para prajurit pun melakukan yang sama. Namun, ini bukan tentang pernikahan tetapi mereka sibuk mempertahankan diri terhadap invasi yang dilakukan oleh Dominic.Sementara itu, Kevin, Pine, Julio, dan Vero sudah berangkat menuju tempat pernikahan. Sepanjang jalan, Pine hanya terdiam, ia sama sekali tidak mengetahui tempat yang akan tuju, Kevin pun enggan memberitahunya.Pine hanya mengetahui bahwa lokasi pernikahan mereka masih berada wilayah kastel ada di bawah tanah. Jalan yang Pine lalui pun terasa asing dan Kevin terus memberikan senyuman untuk menenangkannya.Sebelum pergi, Vero memerintahkan anak buahnya untuk melindungi kastel, dia sendiri tidak memberitahukan ke mana ia akan pergi. Setelah itu, mereka semua
Ketika Julio membuka sebuah pintu besar tua, Pine langsung terperangah. Bagaimana tidak? Ternyata dibalik pintu besar tua ini terdapat sebuah ruangan yang keseluruhannya dipenuhi oleh es. Dingin namun sangat indah."Terkejut...?" tawa Kevin, "Ini adalah taman bermainku. Aku biasa menghabiskan waktu di sini.”"Atau lebih tepatnya kabur lalu melarikan diri ke sini," timpal Julio.Pine tertawa geli, dia benar-benar menikmati apa yang dilihatnya, sejenak melupakan kekhawatirannya. Ruangan yang diselimuti es, balok-balok es yang terdapat lilin yang menyala di atasnya, dan sebuah pintu es besar dengan ukiran kristal es. Semuanya membuat Pine benar-benar takjub.Sesaat setelah Julio membuka pintu es besar, Pine semakin terperangah. Dia dihadapkan dengan sebuah gereja kecil, bangku-bangku yang terbuat dari es, dan cahaya kebiruan yang terpancar dari es ini membuatnya tidak bisa berkata apapun lagi.Di depan mereka sudah ada pendeta y