Upaya Pencarian Harry Setelah tahu Sarra pergi berlibur saat ini. Harry nekat menyusul istrinya itu, dia tidak akan menyerah sampai Sarra memaafkannya. Harry sudah menebak kemana perginya Sarra.Sayangnya dia tidak tahu di pulau mana istrinya berada. Informasi itu tertutup, jadilah ia seorang penjelajah, dari pulau satu ke pulau lainnya.Lelah? Sudah pasti, tapi Harry tak akan menyerah untuk mendapatkan maaf dari istrinya. Laura dan Philip sudah mengatakan agar menantu mereka itu cukup menunggu di rumah saja, karena bila waktunya tiba Sarra akan pulang sendiri.Harry tetap merasa tidak enak, karena kesalahannya terbilang cukup fatal. Ia pun berangkat Ke Malives segera.Sudah dua pulau yang Harry datangi dan belum juga membuahkan hasil. Menginap satu malam lalu lanjut ke pulau berikutnya. Dia tidak akan menyerah untuk menemukan belahan jiwanya itu.Sarra baru saja selesai makan, faktanya meskipun berlibur tetap saja hatinya sedih. Sarra hanya tertawa di luar, namun saat di dalam k
Lima Belas Tahun Kemudian. Vso bez teb ne tak Lechu tebe ya slovno kometa I dazhe pod dulom pistoleta Ya naydu tebya, ya, ya naydu, Tebya, ya.Sepenggal lirik lagu Jony yang berjudul kometa terdengar dari balik keramaian di tepi pantai.Sarra bangkit, dia jelas tahu suara siapa yang menyanyikan lagu yang berasal dari Rusia tersebut.Sarra berjalan pelan ingin mengintip dari tirai penutup dinding kaca, hatinya bergetar seolah ikut merasakan penyesalan dari suaminya.Air mata Sarra mengir, seiring lagu yang terus mengalun dari bibir kekasih hatinya.Sarra beranjak dan membuka pintu, langkahnya menuntunnya ke arah pantai, di mana ada beberapa orang yang mengelilingi Harry.Tanpa terasa tubuh Sarra sudah ada di antara keramaian itu. Harry pun mengakhiri lagunya dengan penjiwaan yang dalam hingga beberapa saat terdengar riuh tepuk tangan untuknya.Harry sedikit membungkuk hormat setelah mengakhiri lagunya, dan
Sean sudah mendarat di Milan, masih ada waktu seminggu lagi untuk kuliah, Sean menggunakan hari ini untuk istirahat, karena besok dia akan mulai bekerja.Pagi-pagi sekali Sean sudah sibuk dengan penyamarannya, berbagai wig dan rambut palsu bahkan tompel palsu juga ia persiapkan, tetapi Sean merasa itu terlalu tampak penyamarannya.Ia pun mencoba topi saja dan mungkin merubah cara jalan agar tidak terlalu tegap saja sudah cukup. Sean terus mencobanya sampai benar-benar yakin.Tapi, lagi-lagi Seab terdiam di depan cermin, rasanya kesan ketampanan dan pesonanya masih tidak tertutupi dengan sempurna. Hanya ada satu pilihan lagi. Ahha..., "kaca mata!"Sean ingat kalai mommynya memasukkan benda itu ke dalam kopernya.Sean mencarinya dan ketemu, ada tiga jenis yang di bawa, "Mommy memang yang terbaik!" ucap Sean.Ia merasa waktunya sudah cukup, Sean pun berangkat menuju hotel dengan menggunakan taksi. Butuh waktu dua puluh menit untuk tiba di hotel. Sean menatap bangunan tinggi nan me
Namaku Sean Smith! Hari pertama Sean masuk kampus, seperti halnya bekerja. Ia juga menyamakan penampilannya dengan bekerja, memakai kaca mata dan kemeja yang sedikit kedodoran, juga celana yang tidak terlalu modis. Sean juga meminyaki rambutnya agar bisa di sisir belah tengah, namun begitu bagi matanya yang jeli pasti dapat melihat ketampanan putra Han Zoku tersebut.Dario menyambutnya di gerbang kampus, tentunya dia sangat senang karena memiliki teman yang seprofesi.Tatapan mata beberapa mahasiswa terarah pada mereka.TapSeseorang tiba-tiba melompat dan berdiri tepat di hadapan mereka."Hai, anak baru ya?" pria yang tampak keren itu menatap Sean dari atas hingga ke bawah. Sean yang memiliki pengendalian diri yang cukup tinggi tampak biasa saja, "Dia temanmu, Dario? Ah, dari penampilannya aku yakin kalian pasti sama-sama miskin, haha!" Tawanya mengundang perhatian sebagian orang, walau ada juga yang tidak peduli."Hei!" Ia menuding bahu Sean dengan jarinya hingga Sean sedik
Ancaman Dari Neve Ternyata Neve serius dengan ucapannya, ia meminta kontak Sean dari kepala petugas kebersihan dan menghubunginya langsung."Kalau Kau tidak mau, maka aku akan memecatmu!" Gadis itu mengancam sambil memandangi kuku cantiknya yang berwarna peach."Nona Neve, maafkan saya, itu bukan tugas saya." Lagi, Sean menolaknya.Terdengar helaan nafas dari Neve, "Baiklah, mulai besok tidak perlu datang ke hotel ini lagi dan bersiaplah menerima bullyan di kampus!" Neve mematikan sambungannya sepihak. Gadis itu menghempaskan bobotnya di sofa.Sean menggedikkan bahunya, "Siapa dia yang berani memecat Sean Zoku. Dialah yang akan kutendang dari hotel itu." Sean sedikit kesal. Ia memutuskan untuk ke luar dari apartemen.Dengan memakai pakaian mewah dan kali ini Sean menggunakan mobil bugatti la voiture noire yang di produksi hanya sepuluh unit saja dengan harga nyaris mencapai tiga ratus miliar rupiah.Yang memiliki mobil itu pasti tahu betapa kayanya mereka. Sean masuk ke dalam m
Alfonso Bukan Alberto Sean terus mengikuti mobil tersebut meski masih berjarak dengan kendaraan lain hingga mobil itu berbelok ke sebuah komplek dan motor Sean di tahan oleh security."Anda siapa dan ke mana tujuan anda?" Security tersebut bertanya setelah Sean membuka helmnya."Saya tamu Tuan Charles yang baru saja masuk, beliau menyuruh saya mengikuti mobilnya." Sean memang pintar memilih alasan."Baiklah, silahkan lewat!" kata security tersebut."Terimakasih!" ucap Sean lalu melajukan motornya. Mobil Tuan Charles sudah jauh, dan tidak terlihat, Sean terpaksa memasuki setiap gang untuk mencarinya.Sean melambatkan laju kendaraannya sambil melihat ke arah rumah di sisi kiri dan kanan.Hingga matanya melihat mobil biru terparkir di dalam pagar, Sean pun menghentikan motornya tepat di depan pagarnya.Sean membuka helmnya dan memencet bel yang ada di pagar. Seorang wanita datang dari dalam."Siapa?" tanyanya."Saya Sean, mau bertemu dengan Tuan Charles," jawabnya."Tunggu sebent
Tunggu Pembalasanku, Sean! Dario juga masuk ke kamar Sean, lagi-lagi dia berdecak kagum, ada beberapa bintang sepak bola terpasang di dinding, kamar Sean benar-benar luas."Pamanmu sangat kaya, apa pekejaannya?" Dario jadi penasaran. Meskipun tidak kaya, dia tahu semua isi apartemen ini mahal. "Dia seorang pengacara," jawab Sean asal sambil berjalan."Pantas saja," ucap Dario, dia mengikuti langkah Sean yang ingin kembali ke luar."Astaga! Karena melihat apartemen ini aku jadi lupa sesuatu." Dario menepuk keningnya.Sean menuju lemari pendingin mengambil dua botol dan menyerahkan satu pada Dario."Nyonya Belta memecatku," kata Sean setelah meneguk minuman yang mengandung ion itu."Wah, selain memiliki paman kaya, Kai juga pintar menebak," kata Dario.Sean memutar bola matanya, "Apa hubungannya?"Dario terkekeh. Entah kenapa dia menyukai Sean."Nyonya Belta mengirim pesan padaku," kata Sean kemudian."Benar-benar keterlaluan, baru izin sekali langsung main pecat. Dia pikir
Jadi Ini Benar Dirimu? "Kenapa denganmu, tampak tidak semangat, apa temanmu itu sudah mencampakkanmu?" tanya kakek Dario di akhiri dengan kekehan.Dario yang baru selesai memakai sepatunya itu menyadarkan tubuhnya di sofa hampir usang milik sang kakek, "Kami baik-baik saja, hanya saja dia sudah di pecat, Kek," jawab Dario sambil memakaikan sepatunya."Biasanya juga Kau tidak berteman dengannya, baru berapa hari dia bekerja sudah sangat mempengaruhimu." Kakek tampak mengambil pisau untuk di pakai bertani, pria itu mulai membersihkan benda itu sebelum di bawa kembali ke halaman rumah.Dario mencondongkan tubuhnya pada sang kakek, tebakannya memang tidak salah, Dario menyukai Sean, "Kakek, tahu tidak?""Tahu apa?" tanya kakek tanpa mengalihkan tatapannya."Sean itu tampak berbeda, Kek. Tadi di kampus saat Alex mendorong tubuhku, dia meninju wajah anak itu," kata Dario. "Dan orang tua si Alex itu datang meminta dia untuk di keluarkan?" tebak kakek yang sudah tahu endingnya.Da