Apa Uang Daddy Tidak Cukup Sean tidak ingin berangkat ke sekolah pagi ini. Dia duduk di sofa dengan bibir mengerucut serta tangan bersedekap, sorot matanya bercampur marah dan sedih.Han menghela napas. Tidak mudah membujuk bocah kecil itu. "Mommy harus bekerja, Sayang. Hari ini daddy yang akan mengantarmu, bagaimana?" Han menawarkan dirinya.Namun sepertinya itu tidak berhasil, air mata Sean justru mengalir. "Apa uang daddy tidak cukup untuk mommy?" lirihnya sambil terisak."Hei, apa yang Kau katakan, Son? Tentu saja banyak, apa Kau ingin membeli mainan baru?" Han mencoba mengalihkannya. Sean menggeleng. "Berikan uang itu pada mommy, katakan padanya jangan pergi bekerja!"Han terkesiap mendengarnya pun dengan Lerina yang tengah berdiri tak jauh dari sofa. Bagaimana mungkin, perusahaan ini pun penting bagi istrinya.Sean tidak ingin bicara padanya, bahkan sejak Lerina mengatakan akan pergi bekerja, dia menolak untuk di urus oleh wanita itu.Sean merasa di permainkan, baru saja ia m
Menarik Saham dari Smith GroupPagi ini tidak ada drama dari Sean, dia lebih banyak diam saat menikmati sarapan, lalu berpamitan pada daddynya, namun dengan Lerina tetap sama, dia bahkan tidak menyapanya.Jinli dan nanny mengantarnya ke sekolah. Sedangkan Han dan Lerina berangkat berdua. Han mengantarnya lebih dahulu ke perusahaan miliknya. "Sean tidak melihatku, Han," ucap Lerina pelan dan hampir manangis."Hei, jangan menangis! Hari ini penting buatmu, biarkan Sean menjadi urusanku nanti, fukus saja pada apa yang akan Kau sampaikan pada para pemegang saham," tegur Han lembut.Lerina menarik napas kemudian menghembuskannya perlahan, menekan pangkal mata dengan jari agar bulir bening itu tidak jatuh. "Fokus ke perusahaanmu, jangan pikirkan apapun, percayalah, Sean hanya butuh waktu, dia terlalu kecil untul memahami!" Han mengusap pipi itu lembut. Lerina tersenyum, dia memeluk Han dan mengucapkan terimakasih sebelum keluar dari mobil.Paman Peng sudah menunggunya di ruangannya, pun
Nanny, Apa Aku Anak Yang Jahat? Keheningan terjadi beberapa saat di ruang rapat, sedangkan Jack pergi ke ruangannya untuk mengerjakan perintah Han tadi.Di dalam ruangannya, dia langsung menghubungi Robin."Tuan, ini tidak seperti yang kita rencanakan, semuanya berantakan," lapor Jack pada Robin.Robin yang sedang duduk tadi langsung berdiri menjauhi istrinya yang sedang bersungut-sungut. Tiada hari tanpa mengeluh dan mengumpati Lerina."Apa yang terjadi disana, apa Erick dan yang lainnya tidak jadi menarik saham mereka?" tanya Robin."Ya, mereka sudah menariknya Tuan, tapi ...,""Bagus, ini adalah langkah awal Jack tunggu saja sampai psrusahaan itu berhenti beroperasi, maka akan mudah mengbilnya kembali, dan bila itu terjadi, maka aku akan menghabisi anak sialan itu!" Robin menyeringai, berharap ini akan mudah kedepannya."Tuan, Kau melupakan sesuatu," kata Jack. Dia sama sekali tidak bersemangat."Ada apa?" Robin rasanya sudah tidak sabar. Jack terlalu lambat memberikan informasi.
Mommy Im Sorry! Lerina langsung membersihkan dirinya tanpa menunggu suaminya datang. Berendam sebentar dengan air hangat untuk me relaxkan tubuhnya.Sudah satu jam berlalu dan Han belum juga masuk ke dalam kamar, tapi mata yang berat membuatnya tidak beranjak keluar.Apa yang sedang di lakukan suami dan anaknya, biarlah, lagi pula Sean selalu menghindarinya. Lerina merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Matanya ingin segera di istirahatkan saat suara pintu terdengar, Lerina tidak menggubrisnya, mungkin itu Han suaminya.Beberapa detik kemudian tubuhnya terasa di tempeli dari belakang hingga membuat matanya terbuka, namun Lerina tetap membiarkannya. Ia kembali memejamkan matanya. "Mommy, im sorry!" bisik Sean nyaris tak terdengar kemudian di ikuti oleh tangan mungil yang memeluk pinggangnya. Hal itu tentu membuat Lerina kembali membuka matanya, rasa kantuknya lenyap seketika."Sean!""Mommy!""Kau tidak salah, kenapa meminta maaf?" tanya Lerina. Posisi mereka tetap sama."Sean tidak b
Maafkan Aku, Rose! Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu. Sudah sebulan Lerina memimpin perusahaannya sendiri, segala kesulitan bisa ia selesaikan dan dia sudah mulai terbiasa. Paman Peng sudah jarang datang, Jack juga tidak menunjukkan hal yang mencurigakan selama sebulan ini, dan Lerina merasa pria itu memang baik, dia tidak begitu khawatir. "Nyonya Lerina, saya baru saja menerima pesan. Tuan sedang menunggu Anda di Resto untuk makan siang!" lapor Norin asisten yang di pilihkan Han untuknya. Lerina tidak langsung menjawab, justru dia merasa aneh, Han memiliki kontaknya, lantas kenapa menghubungi Norin. "Bagaimana Nyonya, Tuan sedang ada pertemuan di sana, jadi beliau tidak bisa menjemput Anda," tanya Norin lagi. Lerina menghela napas. "Baiklah, aku akan pergi," jawab Lerina seraya bangkit. Dia mengambil tasnya yang teronggok di meja. "Saya akan mengantar Nyonya," kata Norin yang mengikuti langkah Lerina. Wanita itu berbalik. "Tidak perlu Norin, Kamu tetap disini, kontrol
Tidak Sadarkan DiriTidak ada hal yang paling menakutkan bagi seorang Han Zoku selain menunggu kabar dari dokter yang menangani Lerina di dalam ruang operasi, ini kali kedua Lerina mengalami kecelakaan.Tidak jauh dari Han, ibunya berdiri menatap sang putra yang begitu menyedihkan, sesekali dia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Ah, ingin sekali Laura memeluk putranya membisikkan kata tabah sebagai penguat jiwanya yang hampir melayang.Tidak, apa bila Han mengetahui siapa dalang dari kecelakaan yang menimpa istrinya, akankah dia memaafkan ibunya?Laura menatap pintu ruang operasi yang sudah beberapa jam tertutup. Disana menantunya beberapa petugas kesehatan sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa menantunya.Terlambat untuk menyesali semuanya, kini Lerina telah menanggung perbuatan Laura dan Sween. Seperti orang yang kehilangan arah, Laura hanya bergeming di tempat yang tak jauh dari putranya.Han merasa ada yang memperhatikannya, dia pun menoleh bersamaan dengan Laura yang
Pengakuan LauraPaman Peng saat ini sedang di kantor polisi untuk menyelidiki kasus kecelakaan yang menimpa Lerina. Sudah hari ketiga sejak kevelakaan itu terjadi "Mobil yang menabrak korban berada di sebuah bengkel, kemungkinan besar orangnya kabur dengan mobil lain." Polisi menjelaskan temuan mereka yang menurut Paman Peng terlalu lamban. "Berarti ada unsur kesengajaan?" Paman Peng menanggapi dengan sambil memikirkan kemungkinannya."Ya, bisa di bilang begitu. Kami akan terus melakukan penyelidikan dan pencarian tersangka," kata polisi."Baik, Kami tunggu kabar secepatnya." Paman Peng mengulurkan tangannya pada polisi.Setelah itu dia pamit undur diri. Paman Peng harus ke perusahaan Lerina sekarang, untuk Zoku Holding. Philip memilih untuk turun tangan saat ini.Peng menyandarkan tubuhnya di sofa, rasa lelah kini ia rasakan, namun pengabdiannya pada keluarga Zoku, tidak bisa di nilai sebelah mata. Dia akan melakukan apapun untuk membantu permasalahan yang di hadapi keluarga itu.
Lily Of The ValleyPaman Peng dan Han saling diam setelah mendiskusikan masalah kecelakaan Lerina.Han menitipkan istrinya pada suster, dia pergi menemui Paman Peng dan mengatakan pengakuan ibunya."Tanyakan pada ibumu siapa orang yang mereka suruh itu," usul Paman Peng. Dengan begitu mereka tidak perlu lagi mencari penabrak Lerina.Sebelum Sween dan Laura, tentu saja orang suruhan mereka yang harus lebih dulu di tangkap dan di suruh mengakui kejahatan juga dalangnya."Maaf, Paman! Aku tidak bisa, untuk saat ini aki tidak ingin menemui ibu," jawab Han dengan mata menerawang.Paman Peng menghela napas. Dia mengerti, ini memang sulit untuk Han. "Baiklah, pokuslah pada istrimu! Paman yang akan mengurus masalah ini!" Paman Peng menepuk bahu Han seolah memberi kekuatan padanya."Terimakasih, Paman!" balas Han kemudian pergi."Han, Kau disini!" Ayahnya yang baru saja datang menyapanya.Han mengangguk dan berhenti. "Apa yang ayah lakukan disini?" tanyanya."Ada yang ingin ayah bahas dengan P