Pria Jelek Dario sengaja menyuruh para karyawan restauran pulang lebih dulu, sedangkan ia menunggu di luar, membiarkan Lily di ruangannya.Sungguh Dario ingin menjadi penghapus air mata Lily saat ini dan menggantikan Sean di sana.Cinta memang tidak bisa di tebak pada siapa jatuhnya, padahal waktu bertemu dengan Sean sangat singkat dan lagi Sean pun tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada Lily.Di dalam Lily menatap foto Sean yang ia curi diam-diam waktu itu, meski dari samping, tapi itulah pengobat rindunya selama ini. Setelah puas menangis, Lily bangkit dari dudukannya, di raihnya tas berwarna merah yang teronggok di atas meja lalu melangkah keluar.Alangkah terlejutnya ia mendapati Dario duduk seorang diri, menatap sekitar yang tampak sepi. Dario menyambutnya dengan tersenyum."Ke mana mereka?" Maksud Lily adalah karyawan restauran.Dario menjawab dengan menunjuk jam besar yang berdiri di sudut restauran."Astaga!" Lily baru sadar kalau waktu pulang sudah berlalu seja
Mungkin Karena Aku Miskin Sean baru saja membuka matanya siang ini, setelah satu malam perutnya perih dan melilit hingga dirinya tak bisa tidur, pagi tadi keadaannya sudah membaik dan tertidur sebentar.Di sampingnya Lucia dengan setia menemaninya, wanita hamil itu juga selalu terjaga, terlihat sekali ia khawatir, sedangkan Dario sudah pulang malam tadi dan siang ini dia datang ke restauran sebelum nanti menjenguk Sean ke rumah sakit. "Bagaimana keadaan Lucia?" Lily menarik kursi lalu mendekatkannya pada Dario mantan kekasihnya itu.Dario melirik sebentar, "Lucia baik-baik saja," jawab Dario apa adanya."Kasihan sekali, padahal dia sedang hamil, semoga saja bayinya tidak kenapa-napa!" Lily turut prihatin dan mendoakan Lucia yang justru aneh di telinga Dario."Memangnya Lucia kenapa?" tanya Dario heran.Lily menegakkan sedikit tubuhnya, "Kau yang membawanya ke rumah sakit, kenapa bertanya padaku?" Lily pun ikut heran.Sesaat kemudian Dario paham maksud Lily, "Bukan Lucia
Aku Membencimu, Sean "Sayang, apa tidak sebaiknya aku ikut denganmu?" Lucia memeluk suaminya yang telah rapi. Dia ingin selalu dekat dengan Sean. Sean sudah memakai jas lengkap karena akan ada pertemuan penting dengan seluruh pengusaha di bidang perhotelan kota Milan. Acara yang di adakan di hotel Zoku tersebut di mulai sejak pagi."Kau tidak akan betah di sana," jawab Sean menatap lembut kekasihnya hatinya tersebut.Dia sudah memprediksi kalau Lucia tidak akan nyaman berada di antara orang-orang besar di sana.Bibir Lucia mengerucut dan itu tampak lucu di mata Sean."Di restauran aku malas bertemu dengan Lily," kata Lucia beralasan. Dia sadar kalau Lily tidak menyukainya sejak awal, apa lagi sekarang ini setelah dirinya jadi istri pria incarannya. "Tidak akan, Kau tinggal di ruanganku dulu khusus untukmu. Di dalam lengkap fasilitasnya, ada televisi bila Kau bosan dengan ponselmu." Sean tetap tidak ingin membawa Lucia pergi.Lucia akhirnya menurut kata suaminya. Se
Kami Pernah Memiliki Hubungan Pasca kejadian itu, Han menyerahkan semua keputusan pada putranya, dia pun cukup geram dengan niat jahat Alberto, namun Han tak ingin memecatnya secara langsung. Sean mendatangi hotel dan langsung menuju ruangan Alberto. Tampak pria itu tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan."Sean, paman minta maaf!" ucap Alberto Ternyata dia mengucapkan permohonan maaf, Sean pun duduk di hadapannya."Paman, apapun alasannya aku sangat kecewa," balas Sean. "Paman menyesal Sean, tolong maafkan, paman berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Alberto memohon lagi serta ingin kepercayaan dari Sean.Tampak putra dari sahabatnya itu menghela nafas berat, meski usianya masih muda, Sean cukup dewasa dalam mengambil keputusan."Aku mungkin bisa memaafkan paman, tapi dengan segala pertimbangan aku ingin paman meninggalkan hotel ini!" Sean tetap menyampaikannya meski dengan kalimat sopan.Alberto terdiam, dia sempat berpikir kalau Han mungkin tidak akan me
Lily Hamil Anak Paman Patutlah Neve juga menginginkan Sean ternyata mereka pernah menjadi sepasang kekasih. Begitulah pikiran Lucia saat ini. Lucia menjadi pendiam sejak Sean menceritakannya malam tadi, seolah tidak percaya dengan kejujuran Sean bahwa mereka tidak pernah berciuman ataupun menghabiskan waktu bersama.Sean tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Lucia saat ini."Masuklah ke kelasmu, jam makan siang datang saja ke cafe depan kampus, aku ada janji dengan klien." Sean menghantar Lucia sampai ke pintu kelasnya sebelum dia sendiri masuk ke kelasnya yang ada di lantai dua.Lucia mengangguk, Sean mengusak rambutnya manja, hingga mengundang protes dari Lucia. Mereka pun berpisah untuk mengikuti pelajaran masing-masing. Sean keluar lebih dulu, dia sudah di tunggu oleh orang yang ingin menyewa ballroom hotelnya.Sepasang paruh baya, mereka ingin menikahkan putri mereka dan memilih hotel Sean sebagai tempat resepsi.Mereka ingin pihak hotel yang menyediakan semuanya, s
Bertahanlah Kakek Alberto pulang ke rumahnya yang ada di kota, satu-satunya harta yang masih tersisa yang belum ia jual."Sebenarnya Tuan Alberto tampak baik, tapi kenapa gampang sekali terpengaruh?" Lucia bertanya pada suaminya yang fokus menyetir.Mereka akan kembali ke apartemen, rencananya besok akan mempertemukan Alberto dan Lily."Terlalu ingin membahagiakan orang yang di sayangnya, jadilah dia seperti itu." Sean menilainya begitu, semua karena Neve hingga Alberto tega berbuat jahat padanya."Intinya dia benar-benar tidak baik," kata Lucia lagi yang masih ingin membahas hal ini, "Hati yang baik pasti menolak apapun itu bentuk kejahatan meski untuk mendukung orang tersayangnya sekalipun." Begitulah yang ada di pikiran Lucia dan itu sudah seharusnya. Sean setuju yang dikatakan oleh istrinya, tapi kadar kebaikan orang kita tidak tahu, pada dasarnya semua ada sebab dan akibatnya dari perbuatan manusia itu sebdiri. "Semoga saja sudah berubah setelah ini dan kita hanya perlu
Lucia Masuk Rumah Sakit Sepeninggal Dario dan kakeknya, Lily dan ayahnya ribut karena Lily menolak untuk ikut pulang. Posisi rumah Dario yang di kelilingi kebun dan jauh dari tetangga jadi tidak ada yang menyadari keributan itu."Lily, ayo pulang!" ajak ayahnya lagi untuk kesekian kali. Lily menggeleng, "tidak ayah, aku tidak akan pulang," tolaknya dengan tegas. Lily membayangkan dirinya akan di kurung atau paling buruknya di suruh menggugurkan kandungan.Kesabaran sang ayah sudah menipis, ia pun menarik Lily dengan paksa dan menyeretnya hingga melewati ladang kentang milik kakek Dario.Lily menjerit minta di lepaskan hingga membuat murka ayahnya semakin besar, sampai di dekat jalan raya ia hempaskan tubuh Lily hingga anaknya itu terjatuh, ia lalu pergi tak peduli pada putrinya yang tampak kesakitan.Lily meringis memegangi perutnya dengan kedua tangannya hingga perlahan kesadarannyapun hilang.Di salah satu bilik rumah sakit Dario baru saja selesai menyuapi sang kakek."Kita pula
Penyakit Jantung Bawaan Jarum jam seakan berputar lamban untuk sebuah penantian Sean. Rasa cemas serta pengharapan untuk keselamatan istrinya membuat Sean lupa mengabari keluarganya di belahan bumi yang lain.Ternyata cukup lama Lucia tidak sadarkan diri, tidak ada yang bisa menghubunginya. Sean juga merutuki dirinya yang meninggalkan ponselnya di ruangannya, semata demi totalitasnya dalam menyambut tamu, tapi inilah yang terjadi, istrinya jadi lambat ditangani. Padahal baru hari ini mereka tidak bersama hal buruk sudah terjadi pada Lucianya. Terlihat tangan itu berulang kali mengusap wajahnya, begitu juga dengan Nyonya Marylin yang sudah seperti orang tua bagi Lucia. Dia pun enggan pulang sebelum mengetahui kondisi Lucia pasca operasi. Setelah tidak bisa menghubungi kontak suami, teman Lucia ternyata menghubungi kontak Nyonya Marylin hingga wanita pemilik panti itu tiba lebih dulu di rumah sakit dari Sean. Dia sama khawatirnya, dalam hatinya terus menggaungkan doa agar Luci