Namun suara Mahesa terkesan tegas. Membuat Nessie terpaksa berdiri dan menghadap Riana.“Aku minta maaf, Riana.” Tangan kanan Nessie terjulur ke depan Riana.“Baik. Aku sudah memaafkanmu,” balas Riana, menyambut uluran tangan itu.Mahesa tersenyum tipis melihatnya.Namun, tanpa Mahesa tahu, Riana merasa diam-diam Nessie meremas tangan kanannya dengan kuat. Mata wanita itu pun menyiratkan benci dan kesal yang luar biasa.Tatapan Nessie seolah mengatakan bahwa ‘urusan kita belum selesai’.***Mahesa sedang melamun di ruang kerjanya sembari menatap ke luar kaca pembatas Gedung kantornya.Matanya dijamu oleh pemandangan Gedung-gedung pencakar langit di luar sana.“Masuk!” sahutnya saat telinganya mendengar suara ketukan pintu dari luar.“Permisi, Tuan Mahesa. Aku datang untuk mengantarkan laporan yang harus Anda periksa,” ujar Leo sambil membawa sebuah lapora
Karena kandungannya akan diperiksa, maka dokter kandungan itu meminta agar Nessie berbaring di atas ranjang rumah sakit.“Kita mulai ya,” ucap Dokter Wilda pada Nessie yang sudah berbaring telentang di atas ranjang.“Baik, Dok.” Nessie mengangguk.Segera, Dokter Wilda mulai mengoleskan cairan bertekstur seperti gel ke perut Nessie, kemudian menggusap-usapkan sebuah alat di perut Nessie yang kemudian menampilkan gambar Rahim Nessie di monitor.“Mahesa pasti akan sangat marah. Apa yang harus aku lakukan? Sialnya, aku tidak bisa berkutik sekarang.” Nessie cemas dalam hatinya.Sementara itu, Mahesa berdiri tak jauh dari ranjang itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Bibirnya menyunggingkan senyum puas.“Entah kenapa aku sangat yakin kalau Nessie sebenarnya tidak hamil,” ucap batin sang CEO tampan itu.Namun, ucapan sang dokter selanjutnya, membuat Mahesa dan Nessie sama-sama terkejut.“Tidak ada masalah dengan janinnya. Semuanya normal-normal saja.”Sontak Nessie melebarkan ma
Sambil menahan emosi, Aram berkata dengan bibir yang merapat.Rasanya, Aram ingin sekali bangkit dari kursi rodanya dan meninju wajah Mahesa yang menurutnya sangat pengecut itu.Tapi sayangnya, jangankan untuk bangkit berdiri, untuk menggerakan kakinya pun, Aram tak mampu.Mahesa mengangguk. “Aku mengaku ini salahku. Aku pernah tak sengaja terlibat satu malam dengan Nessie hingga akhirnya membuat dia hamil. Andai saja malam itu tidak terjadi, pasti saat ini aku sudah bisa bersama Riana dan Kenzie,” desah Mahesa, menghembuskan napas kecewa.Tepatnya, Mahesa kecewa pada dirinya sendiri.“Aku heran, mengapa Riana bisa sampai jatuh cinta pada lelaki sepengecut dirimu. Jika saja kakiku masih normal, aku akan membawa Riana dan Kenzie pergi jauh darimu. Berada di dekatmu, hanya akan membuat mereka terluka. Apa pun alasanmu, aku sangat marah karena kau telah menyakiti hati Riana,” cetus Aram, kedua tangannya mengepal di atas paha.
“Wah, Nessie. Jadi ini restoran yang dibeli oleh Mahesa Anderson? Ini kan restoran termahal di Jakarta. Keren, Mahesa memang hebat. Kekayaannya tidak tanggung-tanggung,” puji Jane—teman Nessie yang duduk bersama Nessie, menempati salah satu meja di restoran milik Mahesa.Hari ini, Nessie memang mengajak Jane dan Novita—temannya sesama model untuk makan siang di restoran milik Mahesa.Tentu saja Nessie menjadikan makan siang ini sebagai waktu yang tepat untuk pamer kekayaan calon suaminya.“Bukan hanya restoran mewah ini. Jika akum au meminta sebuah kapal pesiar pun, Mahesa pasti akan sanggup membelikannya,” ujar Nessie dengan wajah percaya diri.Jane dan Novita sampai melebarkan mata mereka, menatap takjub.“Benarkah? Menakjubkan. Beruntung sekai kau memiliki calon suami sekaya dan setampan Mahesa. Siapa yang tidak kenal dengan Mahesa Anderson. Para wanita muda pasti pernah melihat wajah Mahesa dari majalah
Sejurus kemudian, mobil milik Mahesa pun sampai di depan rumah Nessie.Segera, Mahesa mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya masuk ke dalam.“Hhmmm … kau mau ke mana?” Nessie mencekal tangan Mahesa saat lelaki itu akan pulang setelah membaringkan Nessie di sofa ruang tengah.Karena terburu-buru, Mahesa tak sampai mengantarkan Nessie ke kamar wanita itu. Ia hanya menitipkan Nessie pada pembantu.“Aku harus pulang.”“Di sini saja. Aku tidak mau kesepian,” rengek Nessie, masih memejamkan mata dan tetap menarik tangan Mahesa.Menghembuskan napas pelan, Mahesa lalu melepaskan tangan Nessie yang memegangi tangannya.“Tidurlah! Besok-besok, jangan terlalu banyak minum alcohol. Setidaknya kau harus pikirkan kalau bayiku ada dalam kandunganmu,” ucap Mahesa menatap Nessie yang kini hanya bergumam tak jelas sambil memejamkan mata.Mahesa geleng-geleng kepala, kemudian melangkahkan
Mahesa berdiri menatap pada mobil mewah yang baru saja ia beli. Mobil itu kini sudah terparkir rapi di depan teras rumahnya.“Anda yakin akan memberikan mobil ini pada putra Anda, Tuan?” Leo bertanya pada Mahesa.Ya! Sebenarnya mobil sport berwarna merah di depannya itu akan Mahesa hadiahkan untuk Kenzie.Mahesa mengangguk tanpa ragu.“Aku sangat yakin,” jawab Mahesa sembari menganggukan kepala.“Maaf, tapi bukankah Kenzie masih sangat kecil untuk memiliki sebuah mobil?”Kali ini pandangan Mahesa beralih pada Loe, kemudian ia mengangguk-anggukan kepala.“Kau benar. Tapi kuberikan mobil ini bukan untuk dikendarai oleh Kenzie. Hanya sebagai hadiah untuknya saja. Aku ingin memberi sesuatu yang akan membuat Kenzie senang. Tapi aku bingung apa yang harus kubeli. Jika hanya mainan, Kenzie sudah banyak memilikinya. Jadi kupilih mobil saja.” Jelas Mahesa.“Nantinya, aku bisa mengajak Kenzie jalan-jalan dengan menggunakan mobil ini. Kenzie juga bisa belajar menggunakan mobil ini setelah usiany
Mata Nessie melebar tak percaya.Bagaimana Mahesa bisa tahu jika bayi yang ada di dalam kandungan Nessie bukanlah darah dagingnya?Seketika, wajah Nessie berubah pias. Dengan raut wajah yang menunjukkan kepanikan.“A-apa maksudmu? Kau menuduhku berselingkuh? Aku tidak pernah bermain di belakangmu, Mahesa. Bayi yang ada di perutku ini adalah anakmu. Bukan anak orang lain seperti yang kau tuduhkan. Aku tidak menyangka kau tega menuduhku tanpa bukti.” Nessie berdiri dari duduknya. Menampilkan wajah sedihnya di depan Mahesa.Namun, tak sedikitpun hati Mahesa tersentuh atau merasa iba akan tangisan wanita di hadapannya. Sebab, Mahesa sudah mengetahui seberapa liciknya Nessie.“Kau mau bukti? Baiklah. Biar aku tunjukan padamu buktinya.” Mahesa mengeluarkan ponselnya lagi, kemudian mencari-cari sesuatu di sana.Wajah Nessie sudah semakin tegang. Kali ini benaknya berpikir keras apa kiranya bukti yang akan Mahesa tunjukan pad
Riana mendengar suara ketukan pintu. Ia pun melangkah menuju ruang tamu dan membuka pintu rumahnya.Akan tetapi, wajah Riana berubah datar setelah melihat siapa yang berdiri di hadapannya.“Riana.” Mahesa menatap Riana sembari tersenyum hangat.Namun Riana tak membalas senyum Mahesa sedikit pun. Tangannya bersiap menutup kembali pintu rumahnya, tetapi tangan Mahesa lebih dulu bergerak cepat menahan pintu itu hingga Riana kesulitan menutupnya.“Kenzie sudah tidur. Jadi sebaiknya kau pulang saja lagi,” ucap Riana dingin.“Kali ini aku datang bukan untuk Kenzie,” balas Mahesa. “Tapi untukmu,” lanjut Mahesa dengan sorot matanya yang begitu dalam menatap Riana.“Jangan bercanda. Aku tidak mau kekasihmu datang ke sini dan membuat keributan. Pergilah! Aku tidak memiliki urusan apa pun denganmu.” Kedua tangan Riana mendorong dada bidang milik Mahesa agar lelaki itu mundur dan menjauh darinya.Namun tentu saja tenaga Riana tak cukup kuat untuk membuat langkah Mahesa bergeser dari tempatnya. Tu