Safira dan para bodyguardnya, mengawasi Antoni dari ruang kontrol, yang berada di ruang lain. Mereka sengaja, membiarkan Antoni pergi, karena dia akan dijadikan umpan untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang Barra Rafeyfa Zayan. Setelah bisa meninggalkan rumah tempat penyekapannya, dia pun berusaha menghubungi Barra, namun panggilannya tidak diangkat oleh Barra. Sampai akhirnya Antoni mendatangi rumah Barra dan dengan memaksakan diri, berusaha masuk untuk menjumpai Barra. “Hey, saya sudah katakan padamu. Pak Barra, tidak ada dirumah, apa kau tidak bisa mendengar? Sekarang keluar dari rumah saya, atau akan aku panggilkan polisi untuk mengusirmu.” teriak Vano ponakan Barra geram, melihat Antoni tidak menghiraukannya. Pria tersebut semakin marah, malah menghajar sang pria dengan bringas, Antoni berusaha melawan, namun kekuatannya kalah telak. Di tambah lagi, tiga hari dia disekap dan juga disiksa, dan terus di introgasi. Barra akhirnya turun dari kamarnya, karena mendengar keri
“Aku tidak menuduhmu! Kita harus berhati-hati! Semua orang tidak bisa dipercaya, termasuk rekan bisnis! Aku harap, kita saling menjaga kesetiaan.” “Aku tidak mungkin mengkhianatimu, bahkan aku rela mengorbakan rekan kerja sekaligus sahabatku Bagas Hidayatullah, demi kelancaran misi kita….” “Ya walaupun kau berani membunuhanya, tak terkecuali aku juga akan menjadi targetmu kan, saat kau merasa terjebat disuatu kondisi?” Satu persatu saksi di datangkan, oleh pihak pembela kasus Bagas Hiyatullah, semua anak buah Barra menjadi saksi kejahatan Barra, hingga membuat para kuasa hukum Barra berkali-kali terdiam, tidak bisa membantah tim pembela kasus kematian Bagas. “Sekarang sudah jelas semuanya, pak Hakim Ketua. Pak Barra ini, sudah terlalu jauh berjalan menikmati segala kejahatannya. Sekarang waktunya, bapak Barra menerima konsekuensinya. Dia bukan hanya telah membunuh pak Bagas Hidayatullah, tapi juga merusak anak bangsa ini.” “Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
“Bubar semuanya....” perintah sang dosen.“Kita rapat sekarang! Kamu juga ikut.” lanjut sang kaprodi, seorang wanita berjilbab dan memakai baju kurung berwarna merah muda menatap Yanto dingin.“Bagaimana kau bisa melakukan ini dan ketahuan oleh gadis itu? Kau seharusnya lebih berhati-hati terhadapnya. Bukankah kau tahu, dia itu seorang mata-mata....” marah Amelia menatap Yanto dingin.“Seharusnya anda bisa menjaga nama baik kampus ini.... lalu kenapa kau malah membuat masalah? Kalau begini jadinya, kita harus bagaimana? Beri saya saran? Jangan hanya pandai melecehkan saja. Tapi kalau sudah begini, malah diam.... nama baik dosen dan kampus ini terbawa, dan sudah buruk di publik.....” Amelia melipatkan kedua tangannya ke dada.“Saya di jebak.... gadis kecil itu menjebak saya....” jawab Yanto.“Jika kau di jebak, kenapa kau melakukannya bodoh? Harusnya kau lebih hati-hati, jika seorang mata-mata sudah memasuki kampus kita....” jelas Amelia meradang.“Maaf.... saya terlalu ceroboh.... say
Detik kemudian, Zaki terkejut melihat keberaniannya, menunjukkan wajahnya di depan kamera.“Hay.... saya Safira Ramadhani, seorang mahasiswa yang menfitnah dosen bernama Yanto, melakukan pelecehan seksual terhadap Anya seorang mahasiswi keguruan, semester tiga dan juga Vina seangkatan dengan saya.... Yang berpihak dengan penjahat seperti saya, terima kasih atas dukungannya, dan bagi yang berpihak pada para malaikat ini, silahkan hujat saya sesuka kalian. Karena hujatan kalian tidak mempengaruhi niatku untuk menghancurkan malaikat seperti mereka....” ucap Safira merampas hp Zaki dan merekam wajah-wajah dosennya yang ada disitu, tidak ketinggalan juga wajah dosen yang sudah terkapar di pukulnya. Semua dosen hanya membeku saat Safira menceritakan dua korban tersebut.“Nggak ada yang mendukung penjahat prontal sepertimu....” tulis netizen.“Semangat kak, semoga kasusnya cepat selesai.... hukum semua pelaku pelecehan seksual....” tulis netizen yang membela Safira.“Munafik.... siapa sih ya
“Bagaimana pak? Apakah anda setuju dengan syarat yang saya berikan?” tanya Safira mendekati Yanto dan membuang sembarangan hp Zaki ke lantai, membuat sang dosen berteriak histeris.“Dasar mahasiswa kurangajar. Berani sekali kau membuang hpku....” teriak Zaki. Safira hanya menoleh dan tersenyum melihat sang dosen kesal. Saat Zaki mendekatinya, Safira langsung menodongkan pistol tepat di kepala sang dosen.“Sekali lagi, setuju ata tidak?” ucap Safira dingin.“Baiklah, kami akan mengembalikan beasiswa Alana Liora Gantari....” jawab Yanto.“Tapi, tetap saja hukuman akan terus berjalan....” jelas Safira tersenyum smirk.“Tidak bisa begitu dong, kan kami sudah mengembalikan beasiswa Alana Liora Gantari....” protes Zaki.“Beasiswanya akan di kembalikan, tapi trauma yang di alami Alana Liora Gantari tidak bisa dengan mudah sembuh.” jawab Safira dengan tenang.“Maka dari itu, pelakunya harus di hukum....” lanjut Safira.“Kalau begitu, kami tidak akan mengembalikan beasiswa Alana....” timpal R
Safira berjalan di lorong kampus hendak ke kantin. Namun seseorang menarik nya masuk ke dalam sebuah ruangan. Safira meronta melepaskan diri, tubuh Safira diseret dengan kasar. “Lepaskan....” teriak Safira menatap orang-orang yang bermasker tersebut, dan menendang seorang pria yang menyeretnya masuk ke dalam ruangan.Mereka tersenyum smirk, mendorong tubuh Safira hingga menghantam lantai dengan cukuo keras.”Kami tidak akan melepaskan, pengkhianat....” ucap salah satu dari lima pria tersebut.“Mau apa kalian?” tanya Safira menatap mata ke lima pria itu, dan menghajar satu persatu dari mereka. Mereka kembali tersenyum.“Dirimu....” jawabnya dengan santai. Dua dari mereka mendekati Safira, memiting tangan Safira dari belakang, dan mulai mengerayangi Safira. Safira berontak, “Lepaskan.... apa yang kalian inginkan? Jangan sentuh aku.....” teriaknya marah.“Dirimu....” dua pria memegang dua tangan Safira dan cepat mengikatnya.“Lepaskan.... brengsek....” kaki Safira menendang-nendang dua p
Breaking News“Telah tertangkapnya lima orang pria yang berstatus dosen di sebuah universitas yang ada di Riau, atas pencabulan terhadapa mahasiswinya....” Safira tersenyum saat melihat berita di hpnya. Kasus tersebut pun viral, sampai-sampai di bahas oleh beberapa statiun tv.“Itu semua fitnah.... kami telah di fitnah oleh gadis kecil itu.... dia memang suka berbuat onar....” ujar Yanto yang memakai masker saat di wawancari awak media.“Lalu bagaimana video-video yang sudah beredar di publik? Apakah itu tidak benar?”” tanya awak media lagi.“Semuanya fitnah.... kami di jebak....” jelas Yanto.“Kita lihat saja nanti di pengadilan, siapa sebenarnya yang salah dan siapa yang benar....” jelas Brahmantyo. Segera lima dosen tersebut, memasuki ruangan kantor polisi. Kembali awak media menghadang Safira dengan berbagai pertanyaan.“Saya itu mata-mata.... saya bekerja secara secara legal.... mana mungkin saya malah menfitnah seseorang, apalagi mereka seorang pendidik.... kami bekerja, jika a
“Kami juga mengenal rektor di kampus anda bernama Yunanda Asyhim.... kami juga rekannya pak Barra Rafeyfa Zayan.... kami yang selalu membantunya saat dia tersandung kasus hukum....” jelas sang polisi setengah berbisik, takut ada yang mendengar.“Lalu kenapa anda tidak membebaskan pak Barra? Bukankah sekarang pak Barra masih di penjara?”“Itu karena gadis kecil tersebut.... dia selalu mengacaukan semua rencana yang kami buat.... dia terlalu licik, makanya kami hanya berpura-pura berpihak sama dia saja.... sebenarnya, kami ingin sekali menghancurkannya, dia terlalu sombong.... karena setiap misinya terus saja berhasil....” jelas sang polisi. Satu persatu dari lima dosen pun di introgasi.“Nggak ada yang mau buka mulut.... sepertinya kamu harus menangkap pelaku utamanya.... saya yakin, pasti ada seseorang di belakang mereka yang siap membela mereka. Maka dari itu, mereka tidak takut dengan polisi....” jelas polisi yang mengintrogasi Yanto.“Ya betul sekali.... tidak menutup kemungkinan,