Chapter 32
Mine
Clara membuka pintu tempat tinggalnya untuk Poppy, gadis itu datang dengan wajah yang tampak kuyu.
"Maaf, aku merepotkanmu karena datang selarut ini," ucap Poppy.
"Aku justru bersyukur kau datang, aku kebetulan sedang memikirkanmu." Clara melemparkan senyum ramah. "Ayo masuklah."
"Boleh aku menginap di sini?" tanya Poppy dengan suara pelan sembari melangkah masuk.
Clara menutup pintu tempat tinggalnya seraya tersenyum. "Ya Tuhan, kau tidak perlu bertanya. Kau bisa tinggal di sini kapan pun kau mau."
Poppy tersenyum. "Terima kasih."
"Jangan berterima kasih. Lagi pula kita di sini sama-sama sebatang kara, rasanya sangat menyenangkan tiba-tiba memiliki teman yang berasal dari Spanyol," ucap Clara dengan nada sangat manis.
"Aku benar-benar beruntung mengenalmu d
Chapter 33Another PrinceSetelah terbangun dari koma, Lexy mengenal Nick dari cerita yang dituturkan oleh Jessie dan ibunya juga foto yang Jessie tunjukkan, kali ini ia bisa menatap langsung pria di depannya, nyaris masih tidak percaya jika ayahnya pernah memberikan kehidupan lain di luar pernikahan sebelum akhirnya menikahi Marina. Pria yang baru saja memeluknya itu memiliki rupa wajah dan perawakannya seperti dirinya, tentu saja ada perbedaan yang jelas jika dilihat lebih dekat dan teliti. Terutama warna mata."Aku masih enggan percaya jika aku bukan satu-satunya anak laki-laki ayahku," ucap Lexy dengan nada yang ringan."Tenang saja, aku tetap menggunakan nama Knight di belakang namaku," sahut Nick tidak kalah ringan. "Nah, ini istriku, Vanilla.""Jadi ini Kakak ipark
Chapter 34 The Naked Suara lembut Sabrina Claudio mengalun melalui audio car dari mobil Audi yang bergerak perlahan membelah jalanan kota Madrid. Di dalamnya Lexy dan Sunshine duduk dengan kedua telapak tangan saling menggenggam erat. Sesekali Lexy mengelus kulit tangan Sunshine menggunakan ibu jarinya. "Apa yang kalian bicarakan tadi?" tanya Sunshine. Entah karena murni rasa ingin tahu atau sekedar berbasa-basi untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung. "Bukan hal penting," jawab Lexy dengan nada lembut. "Kakakku memberitahu jika dia tetap tidak bersedia datang di pesta ulang tahun ibuku." Sunshine mengangguk-anggukkan kepalanya dengan pelan. "Kulihat hubungan Nick dan ibumu cukup baik." "Jika aku jadi kak
Chapter 35 Shower Movies Sunshine menjilat bibirnya, ia menarik lengan untuk menjauhkan le dari Lexy. Tetapi, pria itu menahannya. Tatapannya terlihat gugup dan berucap, "Kau...." Lexy tersenyum seraya mengangkat kedua alisnya. "Ya, aku." Sunshine mundur satu langkah. "Lexy...," desahnya seraya semakin mencoba membebaskan pergelangan tangannya dari cengkeraman Lexy. "Ada apa?" tanya Lexy yang ekspresinya berubah datar. "S-sejak kapan ingatanmu kembali?" Suara Sunshine bergetar, nyaris terbata-bata. Lexy mengeratkan cengkeramannya di pergelangan tangan Sunshine, ia maju satu langkah dan menatap langsung mata Sunshine. "Kenapa kau sangat takut?" Sunshine menggeleng pelan, sangat pelan hingga nyaris tidak terlih
Chapter 36 A Thousand Rose Petals Kembali Sunshine terperanjat karena Lexy yang telah berada di depannya dengan tubuh dan rambut yang masih dipenuhi busa sabun. "A-aku...." "Airnya nyaris meluap." Lexy mematikan kran air lalu mengulurkan tangannya. "Bergabung denganku sepertinya lebih baik dari pada melamun." Entah dorongan dari mana, Sunshine menurut. Ia menerima uluran tangan Lexy. Mereka berada di bawah pancuran shower dengan posisi saling memeluk. "Mau kubantu menggunakan sampo dan sabun?" tanya Lexy setelah mematikan kran. Dibantu menggunakan sabun? Berarti.... Tidak! Itu adalah fantasi paling gila yang tiba-tiba muncul di otak Sunshine. "Aku bisa sendiri," sahutnya seraya melepaskan lengannya dari pinggang Lexy dan kembali menutupi dadanya menggunakan lengannya. Lexy tersenyum,
Chapter 37 A Kiss Penjagaan di istana sangat ketat, seluruh tamu undangan yang hadir diperiksa harus melewati pemeriksaan dengan sangat detail. Seharusnya tidak akan ada bahaya di tengah pesta yang sebentar lagi akan dimulai. "Apa akan ada sesuatu terjadi?" tanya Sunshine dengan kedua alis yang berkerut. Bibir Lexy membentuk lengkungan senyum. "Karena akan ada beberapa pejabat muda dan putra pejabat yang hadir mewakili orang tua mereka, aku tidak ingin kau menarik perhatian mereka jika kau menjauh dariku." Sunshine terkekeh karena jawaban Lexy. "Seluruh daratan Spanyol atau mungkin Eropa tahu jika aku adalah calon menantu di sini." Lexy menyentuh anak rambut di kening Sunshine menggunakan ujung jemarinya. "Pria yang menginginkanmu tidak peduli
Chapter 38 Big Deal Memang benar jika Lexy bersikap selayaknya orang yang tidak mengenal Poppy, tetapi hal itu tidak lantas membuat Sunshine dapat bernapas lega. Bahkan membuat setiap detak jantung yang berdenyut di dadanya seolah harus melalui keresahan yang sangat mengganggu hidupnya. Poppy dan Lexy akan sering bertemu karena mereka kini dalam lingkungan kerja yang sama. Lexy bisa bersikap biasa saja di depan seluruh staf dan orang-orang yang ia hadapi, tetapi di depan Poppy, dipastikan hal itu tidak akan bekerja. Poppy akan menaruh curiga jika Lexy terus mengabaikannya dan gadis mana yang akan terima jika kisah cintanya berakhir begitu saja tanpa kesepakatan dari kedua belah pihak. Lagi pula bukankah kisah cinta Lexy dan Poppy bukannya menang belum berakhir?
Chapter 39 Don't Care Sunshine tersenyum ramah ke arah Lexy lalu mengalihkan pandangannya kepada Jessie dan kembali ke arah Lexy. "Yang Mulia," sapanya dengan nada yang sangat sopan. "Kami berencana minum kopi di sini, apa kau mau bergabung?" tanya Lexy. Sunshine tersenyum. "Tidak," jawabannya singkat. "Kalau begitu biar aku mengantarkanmu kembali," ucap Lexy seraya mengulurkan tangannya kepada Sunshine. Namun, Sunshine tidak menerima uluran tangan Lexy. Gadis itu mengangguk ramah lalu berucap, "Silakan nikmati waktu kalian, sampai jumpa." "Amor, tunggu...." Lexy menyusul langkah Sunshine yang menjauhinya. "Mi Amor...." Sunshine sama sekali tidak memperlambat langkahnya, ia tetap melangkah bahkan cenderung mempercepat langkahnya. "Aku sudah mendengarnya, kau ingin menikmat
CHAPTER 40 Earn Me! Sunshine memutar bola matanya seraya kembali naik ke atas tempat tidur. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ucapnya dengan nada kesal seraya menarik selimut. Claudia menahan selimut yang ditarik oleh Sunshine. "Tapi, ini pukul dua belas malam dan di luar sangat dingin." "Dia menggunakan payung." Sunshine menghampaskan punggungnya ke atas tempat tidur. "Dia berdiri di sana lebih dari tiga jam." "Kenapa kau tidak menyuruhnya untuk pergi?" "Cariño...." Claudia menatap putrinya dengan tatapan memperingatkan. Sunshine kembali duduk. "Baiklah, kenapa tidak kau suruh dia masuk atau mungkin menginap di sini? Aku telah mengatakan jika aku bersedia bicara dengannya besok. Aku perlu waktu, Mom." "Cariño, dia sedang