….. Tubuh Koa terpental usai tak sengaja menabrak seseorang karena terburu-buru. Mujurnya, dewi keberuntungan masih bersedia memberikan belas kasihnya kepada Koa. Sebuah tangan kekar dengan sigap merengkuh pinggang Koa, lalu menariknya ke depan. “Lady Koa, Anda baik-baik saja?” tanya Yona panik dalam posisi sudah siap menangkap tubuh Koa. “Anda tidak terluka?” tanya gadis itu sekali lagi. Lama tidak mendapatkan jawaban, Yona berinisiatif maju, mendekati. Namun segera diurungkannya niat tersebut setelah mengetahui identitas pria yang tengah mendekap tubuh ramping tuannya saat ini. Sementara itu, Koa yang jadi korban utama dalam insiden kecil tersebut nampak diam membisu di tempat. Ia berusaha keluar dari rasa terkejutnya dengan menarik napas dalam-dalam. ‘Oh! Wangi ini,’ batin Koa tertegun. Wanita itu mulai merasakan jantungnya berdegup kencang. Mendadak gugup, Koa berusaha menahan senyumnya ketika menyadari si pemilik parfum beraroma musk-vanilla itu sudah pulang. Butuh waktu sekit
….. Koa menundukkan kepalanya, tengah memastikan sesuatu. Wanita itu sontak mengerucutkan bibir menyadari banyak dedaunan kering yang tersangkut pada ujung rok. ‘Pantas saja gaunku jadi berat,’ batinnya agak jengkel. Kebetulan area taman yang sedang dijelajahi belum sempat dibersihkan oleh para pekerja taman sehingga masih banyak sampah daun-daun kering yang berserakan. “Kau pernah pergi ke Pulau Selatan?” tanya Koa sambil membersihkan kotoran di gaunnya. Yona yang berdiri di sisi kanan Koa menggeleng pelan. “Anda akan menerima tawaran itu, Milady?” Koa mengangkat kedua bahunya sekilas. “Sedang aku pikirkan.” Pulau Selatan merupakan pulau kecil yang masih masuk dalam teritori Dorian Dukedom. Saat musim dingin tiba, suhu di daerah yang terkenal akan keindahan pantainya ini tak sedingin daratan utama. Karena posisinya dekat dengan garis kathulistiwa, musim dingin di Pulau Selatan tergolong hangat. Madam Cleo biasa berlibur ke pulau tersebut bersama teman-teman sosialitanya. “Aku cu
….. Perpustakaan bukanlah tempat favorit Madam Cleo jika kaitannya dengan kegiatan menghabiskan waktu di kala senggang. Dibanding tempat yang identik sebagai pondok para kaum intelektual itu, Madam Cleo justru lebih tertarik mengisi hari-harinya dengan bersantai di gazebo taman atau balkon kamar yang menghadap langsung ke arah taman. Namun lagaknya kali ini, demi memperbaiki kualitas hubungannya dengan sang putri, Madam Cleo bersedia menginjakkan kaki kembali ke ruangan penuh buku itu setelah sekian lama dihindari. “Karena sudah terlanjur diumumkan, acara pertunanganmu akan dilaksanakan secara resmi ketika Duke Black kembali dari perbatasan utara.” Madam Cleo memandang Koa dengan raut wajah super serius. Ia memanggil Elena, meminta benda yang dipegang wanita itu. “Ini katalog terbaru butik Marchioness Ronan. Pilihlah yang kau suka untuk acara pertunanganmu nanti.” Koa menerima katalog itu dengan perasaan sangsi. “Kenapa tidak datang langsung ke butik, Madam?” “Selain untuk memilihk
….. Tetesan air menari indah di atas permukaan lantai saat tubuh Koa diangkat keluar dari bak mandi yang berkilau. Dalam sentuhan penuh perhatian, Yona yang selalu ada di sisi Koa dengan lembut menyelimuti tubuh tuannya dengan jubah berbahan katun yang hangat. “Aku dengar, ada surat untukku.” “Saya menaruhnya di meja kerja Anda, Lady.” “Bisa kau ambilkan,” pinta Koa sembari mengganti jubah mandinya dengan piama. Yona mengangguk, lalu pergi menghampiri meja kerja Koa yang berada di sisi lain kamar. Setelah mendapatkan barang yang diminta, Yona mengantarkannya pada Koa yang tengah duduk di depan meja rias. “Wanita ini, dia teman Putri Zehra 'kan?” tanya Koa terkejut saat membaca nama yang tertulis pada lembar amplop. “Anda terlihat tidak senang. Haruskah saya singkirkan?” “Jangan berlebihan. Aku hanya heran saja.” Penasaran, Koa lantas membuka amplop tersebut. Ia kembali dibuat terkejut saat menemukan sebuah undangan pesta di dalam sana. 'Apa yang sedang dia rencanakan?' pikir Ko
….. Di antara ke empat putra Raja Alden, Pangeran Zielle dan Pangeran Nathaniel merupakan anak yang paling aktif di dunia politik dan sosialita bangsawan Elinor. Sementara Pangeran Abel—putra raja dari selir pertama dan Pangeran Noir—putra raja dari selir kedua lebih memilih militer sebagai fokus hidup mereka. Baru-baru ini, keduanya dilaporkan mengundurkan diri dari kompetisi perebutan tahta dan memutuskan bergabung dengan pasukan Elinor, melindungi kerajaan di garda terdepan. Pada perang Elinor-Nesrin, Pangeran Noir diangkat menjadi pemimpin pasukan pemanah, sedangkan Pangeran Abel memimpin pasukan kavaleri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika nama Pangeran Zielle dan Pangeran Nathaniel lebih dikenal rakyat dibandingkan nama para pangeran lain. Keduanya memang pintar mengambil hati orang-orang, selalu giat mencari dukungan politik bangsawan sebagai modal naik tahta menggantikan Raja Alden di masa depan. “Anda sudah dengar beritanya, Lady Dorian?” Suara Marchioness Ronan memb
….. Iring-iringan pasukan Leander tiba di Adler Dukedom—lebih tepatnya di Benteng Airstone lima belas hari setelah keberangkatan. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam dua belas hari itu terpaksa mundur karena perubahan rute. Untungnya surat perizininan lintas batas mereka langsung disetujui Marquess Otsana, jika tidak, mungkin mereka baru sampai di tempat ini dalam dua hari lagi. Black turun dari atas kuda, lalu memberikan tali kekang kudanya kepada Arnold Colton. Meski baru saja menempuh perjalanan yang jauh, sama sekali tidak terlihat raut kelelahan di wajah pria itu. Musim dingin yang ganas di utara hanya membuat hembusan napasnya tampak mengepul putih di udara. “Selamat datang, Duke Leander!” Sekumpulan prajurit Elinor yang berjaga di gerbang Benteng Airstone menyapa Black. Mereka bersama-sama memberikan hormat. “Di mana Duke Adler?” tanya Black kepada salah seorang dari mereka. “Duke Adler menunggu Anda di dalam,” jawab prajurit itu. “Mari, saya antarkan.” Benteng
….. Istana - sehari sebelumnya. Cibiran yang terus berdatangan mengenai kelakuan bejat sang putra membuat kesabaran Selir Camille habis. Usaha kerasnya selama belasan tahun, mempertahankan reputasinya sebagai bangsawan terhormat justru berakhir dengan menjadi bahan gunjingan orang-orang. Selir Camille pun menyadari, semua kekeliruan ini mulai terjadi semenjak Koa Dorian mengajukan pembatalan pertunangannya ke istana. “Kau bilang apa? Lady Elle sedang mengandung anak Nathaniel?” ulang Camille Agas masih belum bisa percaya. “Astaga! Kenapa gadis itu harus hamil sekarang!” Vivi—maid pribadi sekaligus tangan kanan Selir Camille, bersama rekan-rekan kerjanya yang lain segera mengamankan diri saat istri ke-empat Raja Alden itu mulai melampiaskan amarah dengan menghancurkan barang-barang di dalam kamar. Pepatah pernah mengatakan, buah jatuh tak pernah jauh dari pohonnya. Kelakuan Camille ketika marah ini mirip sekali dengan Nathaniel. “Count Kimoni ingin bertemu dengan Anda, Yang Mulia.”
….. Pintu besar berbahan kayu oak putih itu berderit panjang saat didorong dari luar. Begitu memasuki ruangan yang sepi, Dave Lando malah kebingungan. Hanya ada beberapa jejak sepatu tanpa pemilik yang jelas. Belum juga menemukan sosok yang dicari, Dave memutuskan untuk melanjutkan penelusurannya. Skenario-skenario mengerikan mulai dirancang kepala Dave. Kebiasaan yang selalu ia lakukan guna meningkatkan kewaspadaan. “Dari luar memang terlihat rapi. Namun, area dalam seperti tidak pernah huni,” komentarnya saat memeriksa satu per satu ruangan. Saat tiba di pintu berikutnya, badan Dave sontak membeku menyaksikan sebuah teror mengerikan yang terpampang nyata di depan mata. Dave menemukan genangan darah, masih dalam kondisi segar membanjiri lantai. “D-darah siapa ini?” bisik Dave dengan nada gemetar, hatinya berdebar keras dalam ketidakpastian. Merasakan adanya tanda-tanda bahaya, pria itu segera berlari ke arah pintu keluar. Dave menarik gagang pintu tersebut, tapi berhenti tak lama