Waktu seakan-akan berhenti berputar, dan atmosfer ruangan itu menjadi aneh. Semuanya terdiam dan suara tidak lagi terdengar. Selain pemandangan pria tua berlutut dengan dikerumuni oleh puluhan orang disekitarnya, dan Arinda yang berdiri mematung di tempatnya, tidak ada yang bisa memproses apa yang sedang terjadi. Mungkin hanya Rendy yang masih tidak terpengaruh, dan dengan tenang serta santai menikmati teh ditangannya. "Sruup..." Selain suara dari Rendy yang menyeruput tehnya, ruangan itu benar-benar hening. Entah telah berapa lama waktu berlalu, dan Rendy meletakkan gelas ditangannya kembali ke meja, dia akhirnya bergerak, dan mulai melihat sekelilingnya. "Kalian semua keluar." Tidak ada kata atau penolakan. Setelah Rendy memberikan perintah, lima puluh anggota Geng Serigala Merah di ruangan segera mengangguk dan berjalan ke pintu keluar. Melewati Arinda yang masih mempertahankan posisinya dengan menodongkan pistol di tangannya, satu-satu persatu semua orang keluar dengan me
Berhenti dan merasa sangat terkejut, Rendy berbalik hanya untuk melihat bahwa Arinda sedang membuka mulut dan matanya lebar-lebar terkejut. Sama seperti Rendy, Arinda juga tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Hanya saja, selain terkejut, Arinda juga merasakan rasa malu yang membuat wajahnya merah padam. "Ada telepon...." Dengan wajah yang hampir terbakar, dan suara yang sulit didengar, Arinda buru-buru mengambil handphonenya. Melihat bahwa nama Bella yang sedang menelponnya, Arinda terlalu malu untuk meminta Rendy menerimanya, dan segera menekan tombol hijau di layar. "Halo...." Baru saja akan menyapa, Arinda segera berhenti, dan wajahnya kembali berubah. "Apa katamu? Pembunuh?! Ada beberapa pembunuh yang mendatangi kamarmu?!" Arinda berteriak dengan apa yang dia dengar dan otomatis di dengar oleh Rendy.Namun begitu, meskipun Rendy mendengar apa yang dibicarakan Bella melalui keterkejutan Arinda, dia tidak terlalu khawatir, dan dengan santai tapi pasti berjalan ke arahnya
"Ka-ka-kau...."Dengan suara dan tubuhnya yang gemetar, Arinda tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Lalu dengan suara "buk" yang tiba-tiba terdengar, tubuh Arinda sudah jatuh ke tanah dengan wajah yang penuh keringat dingin, serta tatapan ngeri. Ketakutan bukan lagi menjadi trauma Arinda. Tapi perasaan seperti separuh jiwanya akan keluar dari tubuh, dan sebentar lagi memasuki gerbang hantu adalah hal yang membuatnya hampir tidak bisa lagi bernafas. Untungnya, setelah beberapa waktu, Rendy tidak melakukan apapun padanya.Melihat polisi wanita gemetar ketakutan dengan mulut dan matanya yang melebar di tanah, Rendy sedikit mendengus, dan berkata, "Jangan berpikir bahwa Bella adalah wanita yang lemah. Jika dibandingkan denganmu, dia puluhan kali lebih pintar dan lebih kuat darimu." Itulah alasan kenapa Rendy tidak terlalu khawatir dengan para pembunuh yang mendatangi kamar hotel Bella. Karena bagaimanapun, Rendy
Henry berpikir dia salah dengar, tapi perintah Rendy kembali terdengar, "Tabrak mereka berlima sampai mati." "Ini...." Henry segera ketakutan dan gemetar saat memikirkannya. Memang benar bahwa Henry bukan tidak pernah membunuh seseorang, tapi kondisinya saat ini berbeda. Mereka berdua sedang berada di markas Black Bull! Jika membunuh mereka berlima dengan menabraknya sampai mati, bukankah itu seperti membuat harimau marah dalam kawanan?Bagaimana mungkin Henry tidak takut?Meskipun dia juga seorang Ketua dari Geng Serigala Merah, dia sebenarnya tidak pandai bertarung, dan hanya suka bermain di balik layar. Tapi, jika benar-benar berhadapan muka, dan itu harus berhadapan dengan Black Bull, terutama masih di markas pihak lawan, Henry harus memikirkannya berulang kali."Jika kau takut, sebaiknya jangan keluar." Rendy tiba-tiba berkata setelah melihat keraguan Henry.Tanpa menunggu respon Henry, Rendy juga
Menyaksikan empat pria dewasa yang sebelumnya berdiri, dan tampak galak tiba-tiba sudah tergeletak di aspal. Tidak bisa lagi hidup dan benar-benar telah mati. Black, orang terakhir yang sejak awal sampai akhir berdiri dan melihat semuanya tidak bisa lagi berkata-kata, dan hanya merasa bahwa tubuhnya mulai gemetar. Mungkin tidak ada yang tahu apa yang terjadi sebelumnya, tapi dia tahu.Sebelumnya, ketika Rendy bergerak, itu sangat cepat, dan hampir tidak terlihat sama sekali. Hanya seperti sebuah bayangan yang lewat, satu bawahannya tiba-tiba telah jatuh ke aspal dengan mulut berbusa, dan tidak tahu mati atau hidup. Lebih buruknya lagi, dua bawahan terakhirnya memiliki kepala berputar, dan hanya mati dengan cara yang lebih mengenaskan. "Kesempatan terakhir. Suruh Martin keluar atau mati?" Suara dingin Rendy tiba-tiba terdengar, dan segera membuat Black terbangun. Hanya saja, ketika baru terbangun, Black tiba-tiba mundur
"Apa kau bodoh!? Aku adalah Putra Martin! Ketua utama dari Black Bull, dan orang yang paling dihormati di kota Eco ini. Aku, Arta Luther adalah putranya! Aku orang paling kaya dan kuat di kota ini! Jika aku ingin apapun, tidak ada seorangpun yang bisa menghalanginya!" Berteriak sangat keras, Arta terlihat sangat marah pada Rendy. Di awal dirinya sudah mengatakan bahwa dirinya adalah Putra dari Martin, tapi bajingan ini masih bertanya: Apakah kamu mengenal Martin?Sudah jelas-jelas dia mengenali ayahnya, tapi masih bertanya siapa dirinya? Apakah dia bodoh?"Aku tidak tahu dan tidak pernah mengenal orang bodoh sepertimu. Tapi karena kamu mengenal ayahku, dan tampaknya salah satu dari temannya, sebaiknya kau pergi dari hadapanku. Moodku sedang buruk, jangan muncul lagi di depanku. Jika tidak---" Arta kembali berkata dengan kesal, tapi dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Karena sekarang, Rendy sudah berdiri tepat didepannya, dan sedang m
Wajah Anton berubah saat mengetahui apa yang jatuh di depannya.Bukan benda, tapi itu adalah manusia! Dengan postur aneh. Kedua tangan, dan kakinya patah, mayat yang sepertinya laki-laki itu tewas dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Beberapa tulang di anggota badannya patah, dan matanya masih melebar dengan ketidakpercayaan jika dirinya mati. Tergeletak di aspal, darah merah segar mengalir seperti kolam, dan membuat siapapun tampak sulit untuk mengenalinya. Baru ketika Anton dan yang lainya mendekat, mencoba untuk melihat lebih dekat, ekpresi semua orang segera menjadi ketakutan dan ngeri. "Di-dia.... bukankah dia Arta Luther!? Putra dari Martin Luther, ketua Black Bull!?""Mati! Dia sudah mati!""Mati sangat mengerikan seperti ini dan dilempar dari gedung atas, siapa yang melakukannya!?""Siapa yang berani membunuhnya?!""Apakah dia tidak takut akan kemarahan Martin dan seluruh anggota Bla
"Huh...." Tepat ketika mobil Rendy menghilang dari halaman, beberapa nafas panjang lega segera terdengar. Anton, dan dua polisi yang sebelumnya mendapatkan peringatan Komisaris Burhan menghela nafas panjang, dan tidak bisa menahan diri untuk menghapus keringat dingin di keningnya. "Sungguh mengerikan!" "Meskipun aku tidak tidak benar-benar tahu apa yang dilakukannya, semua kekacauan ini benar-benar membuatku sulit untuk bernafas." "Melihatnya saja aku merasa bahwa ada gunung besar yang sedang menahanku untuk berpikir." "Orang ini benar-benar tidak biasa." "Selama bertahun-tahun menjadi polisi, ini adalah pertama kalinya aku merasakan perasaan semacam ini!" "Hanya untuk menatapnya saja, aku merasa dadaku sesak!""Benar-benar mengerikan!"....Termasuk tiga orang Anton, beberapa polisi tidak bisa menahan diri untuk bergumam dengan kengerian di matanya. "Cih! Apa ya