"Huh...." Tepat ketika mobil Rendy menghilang dari halaman, beberapa nafas panjang lega segera terdengar. Anton, dan dua polisi yang sebelumnya mendapatkan peringatan Komisaris Burhan menghela nafas panjang, dan tidak bisa menahan diri untuk menghapus keringat dingin di keningnya. "Sungguh mengerikan!" "Meskipun aku tidak tidak benar-benar tahu apa yang dilakukannya, semua kekacauan ini benar-benar membuatku sulit untuk bernafas." "Melihatnya saja aku merasa bahwa ada gunung besar yang sedang menahanku untuk berpikir." "Orang ini benar-benar tidak biasa." "Selama bertahun-tahun menjadi polisi, ini adalah pertama kalinya aku merasakan perasaan semacam ini!" "Hanya untuk menatapnya saja, aku merasa dadaku sesak!""Benar-benar mengerikan!"....Termasuk tiga orang Anton, beberapa polisi tidak bisa menahan diri untuk bergumam dengan kengerian di matanya. "Cih! Apa ya
Hal yang sama juga di pertanyakan oleh komisaris Burhan, serta beberapa polisi yang sedang ada didalam ruangan. Karena biasanya, jika seorang pria mengetahui bahwa pacarnya baru saja mengalami kecelakaan, hal pertama yang akan dia tanyakan sebagai pria adalah keadaannya. Tapi Rendy ini tidak. Bukan hanya tidak bertanya, dia juga tanpa ekpresi bertanya bagaimana cara seorang wanita membunuhnya. Terlebih lagi, wanita itu adalah seorang artis, yang semua orang tahu bagaimana manjanya mereka.Bertanya semacam itu, apakah dia memang tidak memiliki belas kasihan atau kekhawatiran sedikitpun terhadap pacarnya? Sayangnya tidak. Rendy memang tidak terlalu khawatir sama sekali. Ekpresinya masih tetap sama, tidak memperdulikan reaksi di sekitarnya, dan kembali bertanya, "Apakah dia mati bunuh diri?" "Kau?" Julia tampak tercengang dan akhirnya meledak. "Apakah kau memang gila?! Bagaimana kau bisa bertanya hal se
Rendy berbatuk pelan, mencoba untuk menghilangkan semua perubahan Lilya saat berbicara dengannya, dan bertanya, "Dimana kamu?" "Wow, itu benar-benar Kakak!" Ada kejutan lagi saat Lilya mendengar kata-kata Rendy. "Bagaimana keadaanmu, kak? Apakah kamu tidak merindukanku? Yah, sebaiknya Kakak jangan dekat-dekat dengan nenek lampir itu. Oooh, yah! Jangan khawatir, aku akan segera datang dan mengikat nenek lampir itu!" "Uhuk!" Rendy kembali berbatuk, dan berkata untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Ada hal penting yang harus kamu lihat."Mengabaikan kemarahan Bella, dan sikap Lilya yang sangat bermusuhan, Rendy menekan panggilan video.Ketika terhubung, wajah gadis remaja dengan dua kuncir kuda muncul dilayar. Dilihat secara sekilas, penampilan Lilya tampak masih dibawah umur sama sekali. Hanya saja, beberapa makeup dengan lipstik merah cerah, serta pakaian malam yang dia kenakan, itu sangat berbanding terbalik dengan umurn
Tidak ada? Kelompok Black Bull sudah tidak ada? Dan bahkan Arta Luther, Putra dari Martin juga telah tiada, apa artinya ini? Bukankah itu artinya kelompok Black Bull, yang selama ini membuatnya sakit kepala telah dimusnahkan? Tidak! Bukan dimusnahkan seutuhnya. Karena Komisaris Burhan tahu, bahwa Martin dan beberapa anggotanya meninggalkan kota. Tapi tetap saja, saat mendengar tentang kematian Arta, komisaris Burhan dan beberapa polisi lainya masih tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut, dan ketakutan. Bagaimana jika Martin mengetahui bahwa putra satu-satunya meninggal? "Aku membunuh Arta, dan Martin yang sedang berada di Surabaya juga tidak akan lolos begitu saja." Kata Rendy ringan tanpa sedikitpun kekhawatiran dan berjalan pergi. Tidak lagi memperdulikan keterkejutan para polisi yang telah memiliki mata dan mulutnya melebar, Rendy pergi begitu saja. "Tunggu!" Julia, yang ada diantara komisaris Burhan
Kota Eco dan Surabaya tidak terlalu jauh, dan masih dalam satu provinsi. Menempuh perjalanan menggunakan mobil pribadi, Rendy dan Bella sudah tiba pada sore hari. Sekarang, di sebuah apartemen, Bella yang sedang duduk di depan Rendy bertanya, "Jadi, Black Bull adalah salah pelaku yang terlibat dalam tragedi itu?" Rendy mengangguk dan menjelaskan, "Dimulai dari bangunan kosong di depan rumahku, semuanya tampak tidak normal, dan saat aku bertanya kepada Henry, dia mengatakan bahwa wilayah itu adalah milik Black Bull." "Dari situ, aku mulai berpikir bahwa mereka memiliki beberapa keterlibatan. Dan setelah aku menanyakannya kepada Arta, putra dari Martin, tebakanku memang benar." "Martin Luther, yang memimpin Black Bull ternyata memiliki dukungan dari Hamdan di belakangnya." "Hamdan?" Bella tampak mengerutkan keningnya saat mendengar nama itu, dan bertanya, "Bukankah itu salah satu musuh lama, tuan?" "Memang benar," Rendy
"Mengingat bahwa hanya orang-orang khusus yang diundang ke acara pernikahan Putra Darlan, kupikir dia memang bukan orang biasa." Sudjana yang menjawab, dan dia tampak sedikit tersenyum. Kemudian melihat kearah komisaris Burhan, dan kembali bertanya, "Dengan caranya yang luar biasa saat menyelamatkan cucuku, dan bahkan berani membunuh putra Martin satu-satunya, tampaknya dia memang bukan hanya sekedar orang penting belaka, kan?" Komisaris Burhan menghela nafas panjang, dan tahu bahwa orang yang dia hadapi sekarang bukanlah orang-orang biasa. Tanpa perlu menceritakan banyak, komisaris sadar bahwa Sunjaya ini akan mengetahuinya sendiri. "Dia memang bukan biasa-biasa saja, tapi juga luar biasa." Komisaris menjawab, dan tampak ragu-ragu untuk terus menjelaskan. Sunjaya sedikit tersenyum dan mengerti saat melihat keraguan Burhan. Menoleh kearah wanita disampingnya, dia berkata, "Katakan pada Darlan, bahwa aku ingin datang."
Keesokan harinya. Siang hari, di sebuah gedung mewah dengan lebar ratusan meter, dan berbagai dekorasi menghiasi seluruh halaman, suasana tampak semarak, dan bahagia. Meskipun saat ini adalah siang hari, dan matahari masih di atas kepala, tak membuat para tamu undangan menyurutkan niatnya untuk tetap mendatangi tempat itu. Karena hari ini, acara besar sedang terjadi. Pernikahan seorang artis papan atas dan Putra dari seorang gubernur, bagaimanapun akan sangat megah. Tapi begitu, tempat itu dijaga ketat oleh beberapa pengaman, bahkan sebelum seratus meter dari gedung. Dari sekian banyak orang yang datang, semuanya adalah orang-orang berstatus dan kaya. Saat Bella dan Rendy datang ke tempat itu, mereka juga tidak datang dengan biasa-biasa. Tepat ketika mereka berdua turun di halaman depan gedung dari mobil Porsche hitam yang mengantarnya, secara alami akan menjadi pusat perhatian. Terutama Bella yang memiliki p
Bella terdiam, dan benar-benar marah dengan perilaku Garry. Hanya saja, dia benar-benar tidak berdaya dengan keputusan Rendy. Pada akhirnya, Bella hanya bisa menghela nafas, dan mau tak mau meninggalkan Rendy sendirian. Di sisi lain, Rendy yang sejak awal memang tidak tertarik pada acara ini hanya mencari mejanya sendiri, dan duduk untuk mengawasi sekelilingnya. Tujuan datang kesini bukan untuk menghadiri acara pernikahan, tapi untuk mencari keberadaan Martin dan Hamdan. Selebihnya, Rendy benar-benar tidak peduli sama sekali. Disaat yang bersamaan, salah seorang wanita dari jauh tampak sedang mengawasinya dalam diam, dan tiba-tiba tersenyum. Kemudian melihat wanita disebelahnya, dan bertanya, "Sherlina, coba tebak, apa yang aku lihat?" Sherlina, dia adalah wanita yang cantik, menawan dan tampak elegan. Dengan gaun pengantin putih dan makeup yang sedikit berlebihan, wanita yang selalu tersenyum di hari bahagia dalam hid