Share

BAB 4. Pelakor Jadi Nyonya

Adelia tergeletak pingsan di lantai, dan Arga sama sekali tidak peduli dengan kondisi istrinya itu. Dia pergi meninggalkan Adelia yang terbaring sendiri dalam keadaan pingsan.

Entah berapa lama Adelia pingsan, hingga tiba-tiba byur! Seseorang menyiramkan air ke tubuhnya. Pelan-pelan Adelia membuka matanya, akan tetapi sebelum dia sadar sepenuhnya, tiba-tiba seseorang telah menjambak rambutnya dengan kasar.

"Woy! Bangun kamu perempuan mandul!" teriak orang itu yang ternyata Indah. Dengan kasar dia menarik rambut Adelia supaya bangun.

"Denger baik-baik ya perempuan bodoh! Mulai sekarang, akulah nyonya di rumah ini! Dan kamu itu cuma pantas jadi babu!" sungut Indah, seraya menghentakkan kepala Adelia hingga wanita itu terhuyung.

Sakit! Itu yang Adelia rasakan. Bukan cuma fisik yang disakiti, tapi mental pun dipermainkan. Untungnya, sejak kedua orang tuanya meninggal saat dia berumur dua belas tahun, Adelia tumbuh jadi orang yang kuat dan tak mudah menyerah.

"Perempuan mandul! Sana pergi ke dapur, masak buat makan malam kami! Dari pada kamu di sini merusak pemandangan mending jadi pajangan di dapur, mayan kan dapat makan gratis!" dengus Arga yang tiba-tiba udah di situ.

Tangan Arga bergerak cepat menarik tangan Adelia dan langsung didorong ke dapur dengan kasar, sehingga badan wanita itu menubruk meja dapur, dan pinggangnya menghantam pinggiran meja itu dengan keras. Sakit terasa di sekujur tubuh serta menambah luka hati yang semakin dalam. Dan semua menyebabkan hilang semua rasa yang selama ini ada dalam hatinya.

Dengan susah payah Adelia memasak menggunakan sisa-sisa tenaganya. Meskipun badan terasa remuk dan hati juga hancur, dia tetap memasak.

Satu jam kemudian Adelia selesai masak untuk Arga dan Indah. Saat dia akan meletakan masakannya di meja makan, dia tertegun dengan pemandangan yang ada di depannya. Arga dan Indah sedang bermesraan di kursi meja makan.

"Sayang, kamu memang hebat banget, bisa membuatku merasa puas sampai ketagihan. Beda banget sama wanita mandul itu. Kalau dia hanya bisanya menerima tapi tak bisa untuk memuaskan." ucap Arga, di tengah aktivitasnya bersama Indah.

"Aku akan selalu membuatmu puas dan ketagihan sayang, biar kamu ga berpaling ke wanita lain. AKU bukan perempuan bodoh seperti si babu dadakan itu." bisik Indah, di tengah desahan yang bisa bikin merinding orang yang mendengar nya, sambil terus menggoyangkan badan yang ada di pangkuan Arga.

Dalam hati Adelia beristighfar, orang-orang bejat seperti Arga dan Indah memang tidak pantas disebut manusia. Baru kemarin Indah keguguran, sekarang di depan matanya sedang ena-ena saling berpacu dengan nafsu untuk mencapai kepuasan.

Kini bukan lagi rasa sakit hati yang Adelia rasakan, saat melihat mereka melakukan itu di depannya. Tapi semua sudah berubah menjadi rasa jijik, karena perbuatan mereka yang tidak tau tempat dan waktu.

'Ayolah Del, bangkit! Kamu tidak boleh terus terpuruk dalam kesedihan dan rasa sakit kamu itu, untuk apa terus bersedih dengan kelakuan dua bangsat itu! Memangnya masih mau berharap bajingan itu kembali padamu? Jangan bodoh Del, masih banyak laki-laki yang bisa menerima dan memanusiakan kamu! Untuk apa terus berharap pada iblis berkedok suami itu!' batin Adelia.

Dia berbalik arah lalu kembali ke dapur untuk meletakan makanan itu kembali. Kemudian dia berbalik menuju kamarnya dan saat melewati dua orang itu Adelia membuang pandangan karena tak ingin melihat, tapi ternyata Indah tak ingin membiarkan Adelia lewat begitu saja.

"Hey perempuan mandul! Lihatlah suami kita ini, dia lebih suka mencari kepuasan bersamaku, dari pada harus menyentuhmu yang dekil itu!" ejek Indah.

"Oh itu, silahkan kamu nikmati saja barang bekasku! Biarpun dia masih bisa memuaskan kamu, tapi dia sudah loyo, gak sehebat waktu masih muda. Kamu bisa bayangkan bagaimana perkasanya dia dulu, tapi sayang, kamu gak bisa menikmati masa-masa perkasanya dia, yang bisa kamu nikmati sekarang cuma barang bekas aku, yang udah loyo!" dengus Adelia dengan santai tapi menohok hati indah.

Ucapan Adelia berhasil membuat mood Indah hancur, dia pun menghentikan aktivitasnya di atas pangkuan Arga, sementara laki-laki itu juga merasa sangat marah, dibilang barang bekas.

"Oh iya satu lagi Indah! Kamu itu baru saja keguguran dan belum lewat masa nifas, tapi kalian sudah melakukan hubungan intim seperti itu, tunggu saja penyakit datang untukmu! Karena orang yang belum selesai masa nifas, jika melakukan hubungan intim, dia akan sangat rentan dengan penyakit yang berbahaya!" sambung Adelia lagi.

"Kamu berani-beraninya menyumpahi aku penyakitan! Dasar perempuan mandul!" geram Indah.

"Jangan berani kurang ajar sama Indah kamu perempuan mandul!" teriak Arga.

Sementara Adelia hanya tersenyum tipis, sambil tertatih-tatih masuk ke kamarnya. Hatinya puas melihat ekspresi kedua bajingan itu. Meski rasa sakit di sekujur badan membuat geraknya tertatih dan sakit dalam hati membuatnya terpuruk, tapi Adelia merasa senang karena bisa membalas tanpa kekerasan.

"Aku akan berendam air hangat dulu biar sedikit berkurang sakitnya. Ya Allah ... mereka memang iblis berwujud manusia! menyiksaku tanpa perasaan," gumam Adelia

Setelah mengunci pintu kamar dan mendorong meja untuk menghalangi pintu, buat jaga-jaga siapa tau Arga akan mendobrak pintu itu lagi. Adelia masuk ke kamar mandi dan langsung berendam di bathtub. Setelah beberapa saat akhirnya dia merasakan segar pada badannya. Selesai berendam, Adelia membaringkan tubuhnya yang babak belur di ranjang. Pandangannya menatap langit-langit kamarnya.

Berkali-kali Adelia menghela napasnya, seolah ingin menghempaskan beban berat yang ada di hatinya. Perlahan tangannya menyentuh payudaranya, kemudian ke perutnya.

"Belum juga Mas Arga tau tentang sakit ku ini, tapi dia sudah perlakukan aku seperti bukan manusia. Bagaimana kalau dia sudah tau? Mungkin Allah sengaja belum memberiku keturunan, semata agar aku tau sifat aslinya Mas Arga, dia gak pantas menjadi Ayah dari anak-anakku!" batin Adelia.

Karena lelah dan kondisi tubuh yang terasa sakit semua pada akhirnya Adelia ketiduran. Entah berapa lama dia tertidur ketika telinganya tiba-tiba mendengar teriakan dari luar kamar, serta suara pintu digedor-gedor.

"Adelia! buka pintunya! Aku akan buat perhitungan sama kamu. Kurang ajar berani-beraninya mencuri semua barang berharga dari kamarku!" teriak Arga.

Adelia menutupi telinganya dengan bantal, tak ada niatan untuk membukakan pintu.

"Adelia! Buka pintunya!" teriak Arga lagi.

"Perempuan sialan! Keluar bangsat! Pantas saja Tuhan gak mau ngasih kamu anak, karena sikap kamu yang kurang ajar dan berani menentang suamimu sendiri!" teriak Arga lagi.

Adelia tak bergeming, dia tetap berbaring di ranjang dan menutup telinga dengan bantal. Hatinya sudah merasa sangat malas untuk berhubungan dengan orang macam Arga dan Indah.

"Siapa juga yang mau punya anak dari laki-laki brengsek seperti kamu Mas!" gumam Adelia, tanpa sadar menyentuh perutnya.

Untuk kali ini Adelia merasa bersyukur, karena belum diberikan keturunan, coba kalau sudah ada anak di antara dia dan Arga, pasti semua akan semakin mempersulit langkahnya dalam mengambil keputusan, karena bagaimanapun perasaan anak harus dipertimbangkan. Berbeda dengan sekarang, karena belum ada anak maka dia hanya mempertimbangkan perasaan sendiri untuk mengambil keputusan tentang hubungannya dengan Arga.

"Adelia! Dasar setan betina! Beraninya kamu abaikan perintahku! Buka pintunya!" teriak Arga lagi, dia belum menyerah juga.

Adelia tak juga menanggapi Arga, dia memejamkan kembali matanya, ingin sekedar menenangkan hatinya yang sudah terlalu sakit.

Prang! Prang! Tiba-tiba jendela kamar Adelia pecah, dihantam kursi oleh Arga dan Indah. Tak lama kemudian kedua orang itu masuk lewat jendela, dan menghampiri Adelia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status