Share

BAB 7 : Kenyataan Tentang Adelia

Sang Bos, berjalan memasuki ruangan, begitu sampai di samping ranjang pasien, matanya membulat sempurna, mulutnya menganga, dan tubuhnya terpaku.

"A ... Adelia? Benarkah ini Adelia?" ucap Lelaki itu, ragu.

"Bos kenal wanita ini?" tanya Pak Isman.

"Gimana ceritanya, Pak Isman bisa sampai bertemu dia dan menolongnya?" tanya si Bos, tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan sang sopir.

Pak Isman pun menceritakan semua detail kejadian, yang barusan dialami, hingga akhirnya dia memutuskan untuk membawa Adelia ke Rumah Sakit. Bosnya mendengarkan dengan seksama.

"Apa Bos tau siapa wanita ini?" tanya Pak Isman, memberanikan diri, bertanya kembali.

"Apa Bapak sudah lupa dengan Dia?" tanya balik Bosnya.

Pas Isman yang mendapatkan pertanyaan, kembali memandang wanita malang yang ada di hadapannya. Dia me mengernyitkan alis, mencoba untuk mengingat, tapi tidak juga bisa mengingat siapa orang itu. Pak Isman, membuka mulutnya, ingin menanyakan kembali ke Bosnya, tapi suara pintu dibuka, membuatnya urung untuk bertanya.

"Selamat siang Pak, Dokter ingin bicara dengan keluarga pasien," ucap Perawat yang baru datang.

Pak Isman melihat ke arah Bosnya, dan dia seperti mengerti maksud tatapan sopirnya. Lelaki itu pun mengangguk, tanda dia yang akan menemui Dokter.

"Saya suami pasien, bisa tolong antar saya untuk ketemu Dokter?" tanya Syafiq.

"Baik Pak, silahkan ikuti saya." ucap Perawat itu, lalu berbalik dan meninggalkan ruangan Adelia.

Lelaki itu mengikuti Perawat itu. Banyak hal yang ada dalam pikiran dan hatinya saat ini. Ada rasa bahagia, karena akhirnya bisa ketemu lagi dengan wanita yang masih sangat dicintai. Tapi kalau melihat kondisinya hati Lelaki itu pun jadi Sedih. Tak lama kemudian mereka sampai ke ruang Dokter,

Tok ... Tok ... Tok, Perawat mengetuk pintu.

"Permisi Dokter, ini Suami Pasien sudah datang," ucap sang perawat.

"Baik terima kasih Suster," jawab Dokter, "Silahkan duduk Pak ...." lanjutnya lagi, sambil mengacungkan jempolnya, seolah bertanya siapa namanya.

"Syafiq Dok," jawab Lelaki itu, yang ternyata bernama Syafiq.

"Silahkan duduk Pak Syafiq," ucap Dokter, mempersilahkan.

"Terima kasih Dok," jawab Syafiq, kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Dokter.

"Bagaimana kondisi Istri saya Dokter?" tanya Syafiq, setelah duduk.

"Begini Pak, kondisi Istri Bapak sangat memprihatinkan, kenapa bisa sampai mengalami kekerasan seperti itu?" tanya Dokter.

Ada rasa curiga dalam tatapannya, seolah menuduh Syafiq telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Melihat dari kondisi Adelia saat ini, yang penuh dengan luka, dan kondisi yang sangat lemah.

"Saya sendiri belum tau apa yang terjadi sebenarnya Dok, dua belas tahun yang lalu, dia tiba-tiba menghilang tanpa jejak, dan saya tidak bisa menemukannya, sampai akhirnya tadi sopir saya telpon, mengatakan kalau dia telah menemukan istri saya, dan dalam kondisi yang luka parah," terang Syafiq.

Dokter terdiam, mendengarkan semua penjelasan dari Syafiq. Ada keraguan dalam hati Dokter itu, untuk menjelaskan tentang kondisi Adelia. Dia menghela nafas panjang, kemudian kembali menatap Syafiq. Seulas senyum Dokter paksakan untuk muncul dari bibirnya.

"Begini Pak Syafiq, kondisi istri Anda saat ini sangat mengkhawatirkan. Luka di sekujur tubuhnya itu sangat parah, saya khawatir itu akan menyebabkan trauma pada diri pasien. Belum lagi dia dalam kondisi hamil, jika terjadi sesuatu, maka akan membahayakan keduanya." terang sang Dokter.

"Ha ... Mil Dok?" tanya Syafiq.

"Benar Pak, usia kandungannya saat ini sekitar lima minggu.

"Allah ... " gumam Syafiq.

"Selain itu, Istri Pak Syafiq ini sepertinya memiliki gumpalan darah di otak, tidak terlalu parah, hanya saja mungkin mempengaruhi daya ingatnya." terang Dokter lagi.

"Maksudnya Adelia Amnesia Dok?" tanya Syafiq, lagi-lagi terkejut.

"Melihat kondisi pasien yang terluka parah di sekujur tubuhnya, kami tim Dokter telah melakukan Medical Check Up untuk pasien. Dan dari hasil MCU ini, kami menemukan kejanggalan pada bagian payudara pasien, karena nampak jelas sebuah benjolan yang sudah membesar, di payudara bagian kanan, dan setelah diteliti lebih jelas, ternyata pasien juga mengidap kanker payudara, dan ini sudah stadium tiga," urai Dokter lagi.

Jedar! Bagai disambar petir hati Syafiq, mendengar semua penjelasan dari Dokter. Ternyata separah itu kondisi orang yang sangat dia cintai itu. Entah apa yang telah terjadi pada Adelia, selama dua belas tahun ini. Dan kenapa dia tiba-tiba menghilang tanpa kabar sedikitpun.

Pikiran Syafiq berkelana, kembali mengingat kejadian dua belas tahun yang lalu, saat dia dan Adelia bertunangan. Hari bahagia itu hancur saat Syafiq dan kedua orang tuanya mengalami kecelakaan, saat pulang dari acara pertunangan itu. Kedua orang tuanya meninggal di tempat, Pak Isman yang memegang stir pun terluka parah, sedangkan Syafiq sendiri mengalami koma selama dua bulan.

Setelah siuman dari koma, dan berhasil melewati masa kritis, Syafiq menjalani perawatan hingga lima bulan, untuk memulihkan kondisinya, yang saat itu hampir tidak bisa berjalan. Setelah keluar dari Rumah Sakit, Syafiq berusaha mencari Adelia ke rumahnya, tapi ternyata rumah itu sudah dijual ke orang lain, sehingga Lelaki itu kehilangan Jejak sang tunangan. Apa lagi, selama Syafiq koma maupun menjalani perawatan, tak ada yang datang menjenguk, kecuali Pak Isman dan Istrinya.

"Apa masih ada kemungkinan untuk sembuh Dok?" tanya Syafiq, dengan lesu.

Sang Dokter tersenyum, lalu berkata, "Kemungkinan akan selalu ada Pak Syafiq, hanya saja, sekarang kondisi istri Bapak, belum memungkinkan untuk menjalani pengobatan, karena ada janin dalam rahimnya," urai Dokter.

"Saya mengerti Dokter, akan kami bicarakan nanti, setelah dia sadar," jawab Syafiq.

"Baik Pak Syafiq, Saya akan kasih tau lagi nanti, kalau sudah ada perkembangan baru," ucap Dokter.

"Baik Dok, terima kasih. Kalau begitu, saya permisi dulu Dok," pamit Syafiq.

"Sama-sama Pak, iya silahkan."balas Dokter itu lagi, sambil mengantarkan Syafiq sampai pintu ruangannya.

Di rumah Adelia, Arga mengamuk. Dia pecahkan semua barang-barang yang ada di dekatnya. Indah dan Roni, hanya bisa diam melihat apa yang Arga lakukan.

"Sial! Brengsek! Perempuan tidak tau diri! Sudah mandul, banyak tingkah pula! Awas saja kalau aku bisa dapatkan kamu kembali, akan ku buat hidupmu lebih menderita dari yang kemarin!" teriak Arga frustasi.

Arga sangat marah, ketika hampir bisa menangkap Adelia, tetapi ternyata wanita itu bisa terlepas dan masuk ke mobil orang. Lebih marah lagi ketika mobil itu dengan cepat membawa pergi Adelia.

Mereka bertiga berusaha mencari di Rumah Sakit sekitar rumah Adelia, tapi ternyata tidak ada satu pun pasien yang baru datang, atas nama Adelia. Tentu saja tidak ada pasien atas nama Adelia, karena Pak Isman tidak tau namanya, sehingga mendaftarkan administrasinya dengan nama Putri. Bukan karena dia tau namanya Adelia Putri, tapi karena dia melihat wanita yang ditolongnya seperti anaknya sendiri, sehingga dikasih nama Putri.

Sedangkan Arga dan Indah, berpikir mungkin saja Adelia tidak dibawa ke Rumah Sakit, melainkan dibawa ke rumah orang yang menolongnya.

"Terus apa rencanamu selanjutnya Ga?" tanya Roni.

"Belum tau Bang, padahal semua sudah di tangan, tapi ternyata aku kecolongan. Dia mengambil semua surat-surat penting itu, saat Aku membawa Indah ke Rumah Sakit," terang Arga.

"Bagaimana kalau Abang suruh anak buah buat bantu nyari?" tawar Roni.

"Aku rasa, itu bukan ide yang buruk Bang," jawab Indah.

"Ya, Aku juga setuju," ucap Arga.

Tiba-tiba ada suara pintu diketuk, mereka bertiga pun saling pandang, seolah bertanya melalui tatapan mata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status