"Cia! Bisa gak sekali aja jangan ganggu aku! kamu tau nggak besok tuh ada ulangan jadi harus belajar, emang kamu gak mau belajar maunya main terus kayak gitu. Hah?!" Cla berkata dengan membentak. Membuat Nevan. Cia juga Siska terkejut dengan apa yang barusan mereka dengar dari Cla. Gadis kecil itu membentak sodara kembarnya hanya karena tidak ingin diganggu saat belajar.
"Huaaa.... Kakak kok bentak Cia sih? Kan Cia cuma pengen main sama Kakak tapi Kakak malah bentak-bentak Cia hiks... hiks...." Kini Cia pun menangis dengan isakan yang terdengar memilukan.
"Ada apa ini kok ribut-ribut?" Tanya Raka yang baru saja pulang dari kantor, tapi dia mendengar ribut-ribut dari ruang televisi dan melihat Cia tengah menangis sambil terduduk di lantai dengan isakan yang terdengar memilukan.
"Merra ada apa ini? Kok Cia nangis ampe kayak gitu?" Tanya Raka lagi. Dia ingin mendengar penjelasan dari Siska yang memang ber
Raka baru saja dari ruang kerjanya. Namun dia tak melihat istrinya didalam kamar. Tapi saat pintu balkon terbuka dia tersenyum melihat sang istri tengah berdiri sendirian di balkon sambil menatap langit yang memang sedang ditaburi bintang yang terlihat sangat indah.Raka pun membawa selimut untuk menghangatkan mereka karena diluar memang terasa sangat dingin. Devana pun tersenyum saat merasakan ada tangan kekar yang melingkar dipinggangnyan memeluk perutnya dengan hangat karena ada selimut juga yang menghangatkan tubuh mereka."Sayang gimana Anak-anak?" Tanya Raka. Sambil memeluk Devana dari belakang dengan selimut yang kini membungkus tubuh mereka berdua."Udah pada tidur, Mas. Cla juga udah biasa lagi sama Cia. Itu semua berkat putra kita, Nevan." Devana menjawab sambil mendekap tangan kekar Raka yang melingkar diperutnya. Tidak lupa senyuman manis yang tak luntur dari bibir ranumnya.
Dikamarnya Raka masih tidur hanya mengenakan celana pendek saja dengan bertelanjang dada. Namun, tiba-tiba dia terkejut karena tiba-tiba seseorang berdiri di samping ranjangnya dengan tatapan intens. Membuat Raka terkejut karena kehadiran perempuan yang bukan lah istrinya."Kau! A-apa yang sedang kau lakukan disini?"Tanpa menjawab. Wanita itu hanya tersenyum dan terlihat genit. Dia mengenakan pakaian yang sangat seksi mungkin dia sengaja karena ingin menggoda Raka."Siska! Sedang apa kau di kamarku. Mana istriku?"Bukannya menjawab wanita yang ternyata adalah Siska itu malah duduk disamping Raka yang kini menatapnya dengan tatapan tajam."Dirumah gak ada orang pak. Anak-anak juga masih tidur. Mumpung sepi gimana kalau kita senang-senang, jujur aku penasaran dengan keperkasaan bapak yang membuat kak Devana mendesah setiap malam." Siska berucap dengan nada suara dibuat-buat seperti mendesah."Gila kamu! Keluar dari kamarku. Mau be
Devana pun meletakan kotak kecil yang dia bawa di pangkuan suaminya. Raka menoleh pada Devana dengan raut wajah bingung."Ini apa?" Tanya Raka."Buka aja, Mas. Tadinya aku mau kasih kado ini saat Anniversary kita. Tapi masih agak lama," Jawab Devana. Dengan senyuman manisnya.Raka pun membuka kotak itu dan dia sangat terkejut saat melihat isi kotak itu. Dia menoleh ke arah Devana dan menatap lekat wajah cantik istrinya itu."Ini beneran kan, Yang? Kamu gak lagi becandain Mas." Raka bertanya pada Devana dengan mata yang berkaca-kaca.Devana mengangguk lalu tersenyum dengan menatap wajah suaminya. Air mata Raka pun menetes. Karena sangat bahagia dengan kabar yang diberikan oleh istrinya. Raka memeluk istrinya dengan erat sambil menggenggam kotak yang ternyata berisi alat tes kehamilan dan juga beberapa lembar kertas hasil pemeriksaan dari dokter kandungan."Sudah 5 minggu sayang. Dan kamu bermaksud merahasiakan ini sampai Anniversa
9 TAHUN KEMUDIANNaila dan Naela kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik dan. Putri dari Devana dan Raka itu juga selalu jadi pusat perhatian dimana pun mereka berada terutama Naela karena dia ceria dan humoris. Naela benar-benar junior sang mama, Devana.Sekarang Naila dan Naela sedang berada di caffe. Jika saat diluar rumah mereka akan memakai nama depan mereka. Dan panggilan Cla juga Cia hanya untuk di rumah dan sahabat dekat mereka saja."Ya ampun, Kak. Lihat tuh, itu kan cowok yang satu camp sama kita iya kan? Itu loh yang pernah gue ceritain ke lo, Kak." Pekik Naela sambil menepuk-nepuk pundak Kaila."Mata Naira pun menatap pria yang sedang dibicarakan oleh adiknya. Naela. Kening Naila pun berkerut dia seperti kenal pemuda itu."Rafael." Naila berkata dengan pelan. Dia kenal pemuda itu."Naela memegang pip
Hari ini ada yang berbeda dari dalam diri Naela. Bukan tentang mak'up Naela. Namun kali ini Naela memakai baju yang kancing atasnya sedikit terbuka. Dan dengan roknya yang super mini. Naela berjalan dengan anggunnya. Ocehan sang kakak pun tidak dihiraukan olehnya. Sedang para siswa yang melihat penampilan Kaela. Mereka berdecak kagum karena penampilan Kaela kini seperti primadona di sekolah itu.Sesampainya dikelas. Naela duduk dengan wajah yang sengaja dia datarkan. Entah mimpi apa anak itu tadi malam, Naila hanya bisa pasrah melihat kelakuan sang adik. Meski kini kepalanya dilanda migrain.Hari ini Naela bener-bener menjadi pusat perhatian banyak orang. Harusnya Naila tidak membantu adiknya itu untuk satu sekolah dengannya. Harusnya dia biarkan saja Cia bersekolah bersama Nathan.Kalau sudah seperti ini siapa yang akan mengontrol Naela. Cuma Nathan yang bisa mengontrolnya tapi Adiknya itu sedang ada tour d
"Cia, kenapa kamu gak tidur semalaman?" Tanya Naila. Naela menenggelamkan kepalanya di atas meja. Dia hanya mengangguk, sekarang dia benar-benar ngantuk. "Ya udah, kamu cuci muka gih. Siapa tau ngantuk nya bisa hilang." Naila memberikan saran pada adik kembarnya itu. "Ogah ah kak. Males," Jawab Naela. Lalu gadis itu pun menelungkupkan kepalanya di meja." Naela merasakan guncangan di pundaknya tidak berhenti. Dia pikir jika Naira lah yang mengganggunya. "Aku bil-" Naira tiba-tiba menghentikan ucapannya. Dan dia menelan ludahnya yang terasa kering. Bukan Naila tapi Rafael lah yang kini ada dihadapannya. "Ngantuk?" Rafael menaikan sebelah alisnya, saat dia melihat Naela masih menatapnya. "Naila mengedipkan matanya pada Naela. Dia memilih untuk kabur dan membiarkan adiknya itu dengan Rafa. Brukk Hampir saja tub
Naela kini tengah duduk sendirian. Dia merutuki nasibnya. Kemarin di taman belakang sekolah, dia baru saja membayangkan hal yang tidak senonoh. Dan jujur saja itu sangat memalukan."Naela terus menatap layar ponselnya. Layar ponsel itu menampilkan sebuah nomor yang bernama 'Cool Men My Love' Siapa lagi kalau bukan nomor Rafael. Naela sengaja tidak menulis nama Rafael, karena dia lebih suka nama panggilan itu. Jari telunjuknya sudah siap menekan tombol berwarna merah tapi gadis itu ragu. Naela pun menekan kembali tombol off, dan dia menatap keatas langit dengan menggelengkan kepalanya."Udah telepon aja kali, dek." Naila memberikan saran pada adiknya."Takut aku, Kak." Cicit Naela."Ya ampun, sejak kapan adik kakak yang satu ini jadi penakut cuma gara-gara cowok. Lebih baik sekarang cepetan telepon atau perlu Nevan, mama dan papa tau. Kalau putri pemberani
"Jadi perjuangan kamu selama ini bakalan sia-sia dong, Dek." Naila berkata sambil duduk disamping adiknya itu."Aku pengen Rafa berjuang juga. Biar gantian dong. Biar dia juga ngerasain, gimana rasanya ngejar orang dicintai kayak Naela.""Oh kirain nyerah. Tapi kamu masih suka kan sama, Rafa?" Tanya Naila."Masih dong Kak. Terus gimana hubungan Kakak sama Daffa?" Tanya balik Naela."Maksud kamu? Kakak gak paham loh, Dek.""Jangan pura-pura gak paham kak. Gak boleh main rahasia-rahasiaan sama adik sendiri, Kak. Kakak gak akan bisa bohongin Naela.""Hehe iya juga sih. Mana bisa kakak bohongin kamu, Dek. Tapi masalahnya aku gak tahu kelanjutannya hubungan aku sama dia. Daffa kan belum ada nembak Kakak." Naila menundukkan kepalanya terlihat sedih."Cup.... Cup, jangan cengeng kayak gitu. Udah lihat nanti aja."