Devana pun meletakan kotak kecil yang dia bawa di pangkuan suaminya. Raka menoleh pada Devana dengan raut wajah bingung.
"Ini apa?" Tanya Raka.
"Buka aja, Mas. Tadinya aku mau kasih kado ini saat Anniversary kita. Tapi masih agak lama," Jawab Devana. Dengan senyuman manisnya.
Raka pun membuka kotak itu dan dia sangat terkejut saat melihat isi kotak itu. Dia menoleh ke arah Devana dan menatap lekat wajah cantik istrinya itu.
"Ini beneran kan, Yang? Kamu gak lagi becandain Mas." Raka bertanya pada Devana dengan mata yang berkaca-kaca.
Devana mengangguk lalu tersenyum dengan menatap wajah suaminya. Air mata Raka pun menetes. Karena sangat bahagia dengan kabar yang diberikan oleh istrinya. Raka memeluk istrinya dengan erat sambil menggenggam kotak yang ternyata berisi alat tes kehamilan dan juga beberapa lembar kertas hasil pemeriksaan dari dokter kandungan.
"Sudah 5 minggu sayang. Dan kamu bermaksud merahasiakan ini sampai Anniversa
9 TAHUN KEMUDIANNaila dan Naela kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik dan. Putri dari Devana dan Raka itu juga selalu jadi pusat perhatian dimana pun mereka berada terutama Naela karena dia ceria dan humoris. Naela benar-benar junior sang mama, Devana.Sekarang Naila dan Naela sedang berada di caffe. Jika saat diluar rumah mereka akan memakai nama depan mereka. Dan panggilan Cla juga Cia hanya untuk di rumah dan sahabat dekat mereka saja."Ya ampun, Kak. Lihat tuh, itu kan cowok yang satu camp sama kita iya kan? Itu loh yang pernah gue ceritain ke lo, Kak." Pekik Naela sambil menepuk-nepuk pundak Kaila."Mata Naira pun menatap pria yang sedang dibicarakan oleh adiknya. Naela. Kening Naila pun berkerut dia seperti kenal pemuda itu."Rafael." Naila berkata dengan pelan. Dia kenal pemuda itu."Naela memegang pip
Hari ini ada yang berbeda dari dalam diri Naela. Bukan tentang mak'up Naela. Namun kali ini Naela memakai baju yang kancing atasnya sedikit terbuka. Dan dengan roknya yang super mini. Naela berjalan dengan anggunnya. Ocehan sang kakak pun tidak dihiraukan olehnya. Sedang para siswa yang melihat penampilan Kaela. Mereka berdecak kagum karena penampilan Kaela kini seperti primadona di sekolah itu.Sesampainya dikelas. Naela duduk dengan wajah yang sengaja dia datarkan. Entah mimpi apa anak itu tadi malam, Naila hanya bisa pasrah melihat kelakuan sang adik. Meski kini kepalanya dilanda migrain.Hari ini Naela bener-bener menjadi pusat perhatian banyak orang. Harusnya Naila tidak membantu adiknya itu untuk satu sekolah dengannya. Harusnya dia biarkan saja Cia bersekolah bersama Nathan.Kalau sudah seperti ini siapa yang akan mengontrol Naela. Cuma Nathan yang bisa mengontrolnya tapi Adiknya itu sedang ada tour d
"Cia, kenapa kamu gak tidur semalaman?" Tanya Naila. Naela menenggelamkan kepalanya di atas meja. Dia hanya mengangguk, sekarang dia benar-benar ngantuk. "Ya udah, kamu cuci muka gih. Siapa tau ngantuk nya bisa hilang." Naila memberikan saran pada adik kembarnya itu. "Ogah ah kak. Males," Jawab Naela. Lalu gadis itu pun menelungkupkan kepalanya di meja." Naela merasakan guncangan di pundaknya tidak berhenti. Dia pikir jika Naira lah yang mengganggunya. "Aku bil-" Naira tiba-tiba menghentikan ucapannya. Dan dia menelan ludahnya yang terasa kering. Bukan Naila tapi Rafael lah yang kini ada dihadapannya. "Ngantuk?" Rafael menaikan sebelah alisnya, saat dia melihat Naela masih menatapnya. "Naila mengedipkan matanya pada Naela. Dia memilih untuk kabur dan membiarkan adiknya itu dengan Rafa. Brukk Hampir saja tub
Naela kini tengah duduk sendirian. Dia merutuki nasibnya. Kemarin di taman belakang sekolah, dia baru saja membayangkan hal yang tidak senonoh. Dan jujur saja itu sangat memalukan."Naela terus menatap layar ponselnya. Layar ponsel itu menampilkan sebuah nomor yang bernama 'Cool Men My Love' Siapa lagi kalau bukan nomor Rafael. Naela sengaja tidak menulis nama Rafael, karena dia lebih suka nama panggilan itu. Jari telunjuknya sudah siap menekan tombol berwarna merah tapi gadis itu ragu. Naela pun menekan kembali tombol off, dan dia menatap keatas langit dengan menggelengkan kepalanya."Udah telepon aja kali, dek." Naila memberikan saran pada adiknya."Takut aku, Kak." Cicit Naela."Ya ampun, sejak kapan adik kakak yang satu ini jadi penakut cuma gara-gara cowok. Lebih baik sekarang cepetan telepon atau perlu Nevan, mama dan papa tau. Kalau putri pemberani
"Jadi perjuangan kamu selama ini bakalan sia-sia dong, Dek." Naila berkata sambil duduk disamping adiknya itu."Aku pengen Rafa berjuang juga. Biar gantian dong. Biar dia juga ngerasain, gimana rasanya ngejar orang dicintai kayak Naela.""Oh kirain nyerah. Tapi kamu masih suka kan sama, Rafa?" Tanya Naila."Masih dong Kak. Terus gimana hubungan Kakak sama Daffa?" Tanya balik Naela."Maksud kamu? Kakak gak paham loh, Dek.""Jangan pura-pura gak paham kak. Gak boleh main rahasia-rahasiaan sama adik sendiri, Kak. Kakak gak akan bisa bohongin Naela.""Hehe iya juga sih. Mana bisa kakak bohongin kamu, Dek. Tapi masalahnya aku gak tahu kelanjutannya hubungan aku sama dia. Daffa kan belum ada nembak Kakak." Naila menundukkan kepalanya terlihat sedih."Cup.... Cup, jangan cengeng kayak gitu. Udah lihat nanti aja."
Brakk!Tiba-tiba Naela menabrak sesuatu yang sepertinya tubuh seseorang. Naela mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali. Jujur dia sangat takut akan hal ini."Hantu ya?" Tanya Naela tanpa melihat."Hantu," Jawabnya.Dan tanpa menoleh Naela pun memilih untuk segera berlari. Namun, sayang saat dia akan berlari tangannya ditahan."Gue butuh penjelasan!"Naela pun tersadar. Suara itu tidak asing baginya dan dia pun langsung melihatnya dan benar saja dugaannya, dia adalah Rafael."Rafa...!" Seru Naela. Saat dia melihat wajah yang ternyata adalah benar-benar Rafael."Gue butuh penjelasan." Lagi-lagi Rafael berkata."Penjelasan apa? Gak ada yang perlu dijelaskan kok!" Ketus Naela."Jelasin!" Kekeh Rafael. Lalu dia mendekatkan wajahnya pada wajah Naela. Dan gadis itu kin
"Rafa, Rafa. Dia beneran lupa sama gue." Gumam cowok itu.****"Naela berjalan dengan langkah pelan. Tatapannya menusuk kedepan lurus. Naela tidak berkedip sama sekali. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan sekarang.Langkahnya terhenti. Dia melihat seorang pria sedang duduk berdua dengan seorang perempuan. Mereka begitu dekat membuat dada gadis itu terasa sesak. Satu tetes air jatuh disudut kanan mata Naela. Entah kenapa diam Naela seakan diinjak-injak oleh Rafael, seharusnya dia sadar Naela diam buakn dia tidak ingin bertindak. Gadis itu hanya ingin Naela mengerti dan menghargai kehadirannya disini.Semenjak kesalah pahaman itu terjadi. Rafael seperti menjaga jarak dari Naela. Rafael salah paham tentang kedekatan Teja dan Vino. Vino adalah sepupu jauh Rafael.Dari awal Vino sudah berniat untuk menceritakan tentang siapa dirinya pada Rafael. Namun pria itu enggan
“Daffa. Jangan...!” Tiba-tiba saja Naela datang dan sontak saja pukulan Daffa yang siap melayang kepada Rafael kini mendarat tepat ditelinga Naela.Tidak butuh waktu lama. Darah keluar dari telinga Naela. Gadis itu kini tidak mendengar apa pun. Melihat itu Rafael terlonjak kaget. Naela nya menyelamatkan dirinya.Bugh!Rafael memukul Daffa. Sampai-sampai tubuh Daffa terpental dan jatuh kelantai. Daffa diam dalam kesakitan. Sudut bibirnya sekarang telah berwarna biru.“Stop!" Teriak Vino. Pria itu berhasil menghentikan tangan Rafael yang siap memukul Daffa lagi.“Ngapain lo disini hah?! Lo udah puas lihat hubungan gue dan Naela hancur!" Bentak Rafael.“Gue gak punya tujuan seburuk itu. Lo harus tau siapa gue!" Vino melemparkan sebuah foto ke arah Rafael.“Lo pikir baik-baik.