Cui Ji mengeluarkan batu jiwa yang telah dia janjikan. Dia memberikan dua buah cincin rungan yang masing-masing isinya ada 200.000 batu jiwa. Kalau ditotalkan, maka mereka 400.000 batu jiwa. Jumlah yang banyak, tetapi Cui Ji tidak punya pilihan lain.Dia bisa saja menyewa orang lain, tetapi harus menunggu esok hari. Dia tidak bisa menunggu selama itu karena itu akan membahayakan penduduk desa yang lain. Dia butuh saat itu juga."Aku sangat berterima kasih," ucap Cui Ji. "Aku juga sangat berterima kasih karena kami sudah disambut dengan baik. Makanan yang kalian sediakan juga sangat enak-enak. Aku sangat menyukainya, aku harap anakmu bisa mendapatkan suami yang baik. Dia akan menjad orang yang beruntung karena bisa makan enak setiap hari," ujar Zhou Lu. Cui Ji agak kecewa karena Zhou Lu tidak menawarkan dirinya untuk menjadi suami dari anaknya. Tentu saja dia ingin Cui Ling mendapat suami. Dia tidak akan membiarkan anaknya digauli sebelum dia menikah seperti apa yang Zhou Lu tawarkan
"Kalau kau memerlukan bantuanku. Kau hanya perlu pergi ke sekte Seribu Pedang dan kau bisa memberikan ini kepada mereka yang ada di sekte Seribu Pedang. Mereka tahu apa yang mereka perlu lakukan," ucap Fu Shi sambil memberikan sebuah lencana kepada Liu Heng. Lencana itu adalah benda penting bagi setiap tetua. Siapa pun yang memegang itu, maka akan dianggap sebagai permintaan dirinya karena itu lencana itu tidak akan diberikan kepada sebarang orang. Dia mempercayakan itu kepda Liu Heng. "Baiklah dan terima kasih," ucap Liu Heng. Fu Shi pun pamit dan pergi dari sana. Liu Heng masih di sana. Dia ingin membuat pill awalnya, tetapi dia mengubah niatnya. Dia pun lebih memilih untuk berkultivasi saja. Dia mengeluarkan banyak pill dari menelan sepuluh pill secara langsung. Itu adalah pill Peningkat Qi. Saat pill itu ditelan, tubuh Liu Heng langsung dipenuhi oleh Qi. Dia berkonsentrasi dan mengelola qi itu dan beberapa saat kemudian Liu Heng berhasil menerobos ke tahap selanjutnya. Bukan s
Liu Heng, Lui Bi dan Zhou Lu makan di rumah makan di dekat Pulau Teratai Biru. Ada rumah makan yang sangat terkena di sana. Tempatnya sederhana, tetapi olahan ikan di sana dikatakan nomer satu. Harganya juga terjangkau. Mereka memesan semua menu yang tersedia. Tentu saja Zhou Lu harus membayar makanannya sendiri karena dia punya batu jiwa sendiri. Dia menatap Liu Heng dengan tatapan kecewa. Liu Heng tidak perduli. "Kau punya milikmu sendiri. Kau bayar sendiri. Kalau kau ingin aku membayarkan makanan untukmu, berikan semua batu jiwa itu!" pinta Liu Heng. "Kau pelit," protes Zhou Lu. Tidak lama kemudian makanan mereka tiba. Itu membuat mereka bersemangat. Lui Bi makan hanya sedikit. Sisanya akan dimakan oleh Liu Heng. Liu Heng tubuh asupan energi yang besar karena berlatih butuh energi. "Hah! Kau tidak tahu siapa aku?" bentak seseorang. Liu Heng menoleh dan melihat ada seorang pria botak bertubuh besar sedang memarahi pelayan yang bekerja di sana. Dia menuduh pelayan itu memasukka
Liu Heng, Lui Bi dan Zhou Lu sudah berada di daerah sekte Seribu Pedang. Perjalan mereka untuk tiba di sekte Seribu Pedang masih butuh dua hari lagi. Mereka bertiga beristirahat lebih dulu. Tidak perlu terlalu tergesa-gesa karena turnamen itu masih akan diadakan 3 minggu lagi. Mereka bertiga sekarang berada di depan gedung Langit Surga. Itu adalah cabang yang cukup besar. Lebih besar daripada cabang yang sebelumnya Liu Heng datangi. Liu Heng butuh senjata yang bagus untuk turnamen itu. "Ada yang bisa saya bantu?" "Apa kalian memiliki senjata kelas surga?" tanya Liu Heng. Pelayan itu kaget. Pertanyaan yang sungguh gila. Pelayan itu menatap Liu Heng dari atas hingga bawah. Pakaian Liu Heng tidak menunjukkan dia adalah orang yang kaya raya. Pakaian itu juga bukan pakaian dari sekte besar sekalipun. "Maaf tuan, harga senjata kelas surga itu sangat mahal dan itu adalah benda berharga yang tidak dimiliki sebarang orang. Kami tidak memiliki itu, tetapi kalau tuan butuh senjata kelas bum
"Ayah, aku ingin ikut dalam turnamen itu," pinta Fu Ehuang.Ayahnya langsung menggeleng. Dia sudah menentukan siapa yang akan ikut dalam turnamen Naga dan Phoenix. Tentu saja kakak dari Fu Ehuang yang akan ikut dalam turnamen itu. Fu Ehuang terlalu mudah. Ayahnya akan memberikan kesempatan itu kepada Fu Tao lebih dulu. Fu Ehuang bisa ikut pada kesempatan selanjutnya."Kau pilih kasih," keluh Fu Ehuang. "Aku sudah berlatih dengan keras untuk kesempatan ini, tetapi kau masihs aja menolak permintaanku. Sedikit-sedikit kak Fu Tao yang kau dahulukan daripada aku. Ayah, kau pilih kasih.""Kau masih muda. Kau mashi berumur 10 tahun. Kau masih bsa ikut turnamen itu di kesempatan selanjutnya. Sedangkan, kakakmu sudah 17 tahun. Kau harusnya mengerti," jelas Fu Tianfen.Fu Tianfen adalah patriarch sekte Serbu Pedang. Dia tidak pilih kasih, tetapi memang itu yang harus dia lakukan. Dia memberkan kesemptan kepada Fu Tao lebih dulu. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga untuk Fu Tao."Kau pili
Fu Tianfen melihat keget melihat teknik milik sekte Seribu Pedang bisa ditangkis begitu mudah. Bukan hanya itu, tetapi Fu Ehuang juga ditekan oleh lawannya. Lawannya unggul dengan sangat jauh. Bahkan Fu Ehuang seperti dipermainkan."Siapa anak itu?" tanya Fu Tianfen.Tidak lama kemudian Fu Shi datang. Dia sedang melihat sekitar. Ketika dia sedang berkeliling, dia melihat Fu Tianfen yang sedang duduk di atas atap gedung. Dia langsung menghampiri Fu Tianfen."Apa yang kau lakukan di sini?" sapa Fu Shi."Kau lihat! Pemuda itu memiliki permanan pedang yang sangat bagus. Aku penasaran siapa dia," ucap Fu Tianfen.Fu Shi pun melihat ke arah tempat pertarangan Liu Heng melawan Fu Ehuang berlangsung. Fu Shi terkejut. Orang yang ingn dia jadikan murid ternyata ada di sana. Dia tersenyum lebar. Dia tidak kaget kalau Fu Ehaung bisa ditekan seperti itu."Dia memang hebat. Aku pernah meminta dia menjadi muridku, tetapi dia menolak. Pemuda yang menarik," ungakp Fu Shi. Fu Tianfen langsung menoleh.
Pertarungan demi pertarungan Liu Heng jalani dan semuanya bisa dia menangkan dengan mudah. Tidak ada yang berani maju kembali. Mereka sudah menyerah karena kemungkinan mereka untuk menang sudah tidak ada lagi.Kalau saja Liu Heng telihat kesulitan dalam pertarungannya. Itu mungkin bisa membuat sedikit harapan. Sayangnya lawannya Liu Heng itu dikalahkan hanya dalam beberapa gerakan saja. Semua lawannya tidak ada yang lebih dari lima menit kecual Fu Ehuang."Kalau tidak ada yang ingin maju lagi, maka Lin Heng yang akan menjad pemenangnya," ucap wasit itu.Dia tidak bersemangat sama sekali. Pertarungan di sana sama sekali tidak menarik. Liu Heng terlalu mendomnasi. Membosankan, itu adalah kata yang paling tepat. Dia menjad wasit karena ingin melihat sesuatu yang seru."Kalau begini, lebih baik aku kembali ke sekte bagian dalam," keluh Wasit itu.Beberapa saat kemudian seseorang melompat naik ke atas arena. Wasit itu berharap kalau orang itu kembali turun. Dia ingin semuanya cepat selesai
Hari yang ditunggu pun tiba. Liu Heng, Zhou Lu dan Lui Bi masuk ke bagian dalam sekte Seribu Pedang. Liu Heng dan Zhou Lu adalah peserta pertama yang datang. Keduanya diizinkan masuk. Turnamen itu akan diadakan dalam dua hari lagi. Murid dari berbagai sekte pasti sudah berada dalam perjalanan dan sebentar lagi mereka akan tib di sekte Seribu Pedang. Pada saat Liu Heng, Zhou Lu dan Lui Bi berjalan masuk ke dalam. Tiba-tiba saja ada seseorang menyapa."Ah, ternyata aku ada di sini. Aku kira kau tersesat," ucap seseoang dari arah belakang.Zhou Lu kenal dengan suara itu. Itu adalah suara kakak seperguruannya. Itu adalah Qi Leina. Dia adalah seorang gadis yang cantik dengan rambut pendek dan kulit yang eksotis. Zhou Lu tidak mengherapkan kehadiran Qi Leina.Qi Leina langsung mendekati Zhou Lu. Dia langsung menggaet kepala Zhou Lu dan mengusap kepala Zhou Lu dengan kasar. Itu membuat rmabut Zhou Lu berantakan. Zhou Lu mendorong tubuh Qi Leina. Ketika mendorong dia tidak sengaja menyentuh