Deru napas Zevanya menghantam wajah Alejandro. Pria itu memejamkan mata. Menikmati aroma wanita yang lama tak ia jamah. Rahangnya mengeras saat mengingat Zevanya yang menari diatas pusakanya.Beruntung kini wanita itu ada di atas pangkuannya. Gemuruh dada Alejandro kencang. Jika waita itu hanya berjarak beberapa centi meter saja mungkin akan terdengar kencang sekali.Pria itu mengecup dagu Zevanya dan sedikit menggigitnya.“Ackhh!” pekik Zevanya protes.Dengan cepat Alejandro menyerbu leher jenjang Zevanya. Wanita itu menggelinjang hebat. Kepalanya menengadah menikmati sesapan demi sesapan lidah dan mulut Alejandro. sesekali pria itu menggigit dan menjilat leher putih ibu anak satu itu.“Hmph … angh … Ale. cu-kuph!” suara Zevanya terbata dan melemah.“Kau yakin, sayang?” alis Alejandro terangkat satu.Tangannya menyelundup masuk ke dalam pakaian yang dikenakan Zevanya. jarinya lihai membuka pengait bra milik Wanita yang berada di atasnya.PLUB!Gundukan kenyal dan sintal itu berayun s
Kehidupan Alejandro dan Zevanya terasa seperti roller coaster. Siapa yang akan menyangka kedua insan itu akan bertemu kembali setelah sekian lama berpisah?Hal yang didambakan Alejandro dan Zevanya sama-sama terwujud. Melihat orang yang dicintai berkumpul lengkap. Apalagi ada kehadiran malaikat kecil dalam hidup mereka.Alejandro dan Zevanya tidur di ranjang yang sama. Sama seperti dulu. Bedanya sekarang ada balita atau bayi lima tahun yang menyempil di tengah-tengah mereka.Mereka bertiga tidur pulas. Karena tengah malamnya sempat terbangun, Matt menggantinya dengan bangun lebih siang. Tidak hanya Matt, tetapi Mama dan Papanya juga sama.Jam menunjukkan pukul 2 siang. Mereka tidur atau layak disebut pingsan?Seperti biasa saat dulu Zevanya masih dalam masa hamil. Alejandro selalu bangun lebih awal. Sama seperti sekarang. Pria itu bangun lebih dulu dari anak dan Ibu dari anaknya. Dia tak bisa menyembunyikan senyum karena sangat bahagia.Wajah Zevanya ditatapnya penuh cinta. Rasa sena
Wanita itu selalu saja diuji kesabarannya oleh Alejandro. Bagaimana tidak? Saat sedang ada Matt meski berbeda ruangan, Alejandro bertingkah seenaknya sendiri dengan menjamah sana sini.Wanita mana yang tak terbuai. Apalagi pria itu sangat lihai dalam memainkan tubuh Zevanya dari atas hingga kakinya. Namun kali ini tak akan seperti semalam. Dia harus tegas.“Jangan gila kau!” Zevanya menghindarinya dengan buru-buru hingga merapikan baju yang tadi diangkat oleh Alejandro.“Hei kau mau ke mana, sayang?” tanya Alejandro mendekat.“Kau berani mendekat, piring ini akan melayang untuk memecahkan kepalamu!” ancam Zevanya.Zevanya menggigit sandwich yang ada di piringnya. Kemudian kedua tangannya meraih piring. Dia akan melempar piring itu ke pria mesum itu.“Kalian kenapa lagi?” tanya Matt anak yang polos itu sudah selesai dengan sandwich dan memegang gelas kosong bekas susu. Lalu anak itu menaruh piring dan gelasnya di meja.Alejandro menggendong Matt. “Mamamu itu dulu seperti kucing. Tetapi
Kedua pasang bibir yang baru saja bertaut akhirnya terlepas juga. Kedua pasang manik dari masing-masing saling adu pandang. Beberapa detik ini taka da suara dari mereka. kecuali kedua pasang matayang berusaha menemukan makna dibalik semua.Alejandro memejamkan mata saat napas Zevanay menyapu wajahnya. indra penciumannya bekerja keras menikmati udara yang keluar dari mulut Zevanya. tak menyangka mereka bisa sedekat ini sekarang. Namun pertanyaan yang baru terlontar dari Alejandro tak mendapat jawaban. Apakah akhirnya mereka berdua harus berpisah kembali?Padahal keduanya sama-sama saling nyaman satu sma lain. Mereka tak sungkan untuk menunjukkan rasa cinta melalui berbagai sentuhan. Apa itu semua tak cukup bagi Zevanya? sehingga dia masih enggan menjawab pertanyaan Alejandro?Akhirnya setelah beberapa saat menunggu. Bibir Zevanya terbuka. Terciptalah suara dari rongga mulut dan pita suaranya.“Aku tak mengatakan bahwa tidak ada kesempatan lagi untukmu. Tetapi maaf karena aku memang ha
Setelah mengantar Zevanya sampai bandara. Alejandro mendapat panggilan.“Dia orang yang bekerja di perusahaan Papa, nak,” jelasnya. Kemudian jarinya menekan tombol dengan gambar telepon berwarna hijau.“Halo, Mikha,” sapa pria itu.“Oke, besok kita bertemu,” pungkasnya dengan menutup panggilan telepon.Matt memiringkan kepalanya. “Papa akan bertemu wanita lain?”Alejandro melangkahkan kakinya meninggalkan bandara. Dia harus sampai rumah dan menidurkan Matt, anaknya.Mansion yang dituju adalah mansion kedua orang tuanya. Bianca dan Ronald sudah tak sabar menyambut kedatangan anak dan cucunya yang seperti pinang dibelah dua itu. Karena memang semakin bertumbuhnya Matt, mereka berdua semakin mirip saja.Sesampainya di mansion. Di sana sudah ada Bianca dan Ronald. Mobil yang dikendarai Alejandro sudah sampai di depan pintu. Roanld yang tak sabar langsung menghampiri mobil. Di sana Alejandro sedang membukakan kuncian carseat Matthew. Alejandro berhasil menggendong Matt keluar dari mobil.N
“Lian! Kau yang benar saja! Jadi dari tadi Ale menghubungiku karena ini?” Zevanya shock mendengar kabar bahwa anaknya sakit dan sedang di rawat di rumah sakit. “Aku akan segera mengatur penerbanganku ke sana sekarang,” Zevanya memutuskan sambungan telepon.Ponsel yang masih ia genggam berdering kembali. “Ada apa lagi, Lian?”“Eem, penerbangannya jam berapa?” tanya Lian memastikan.“Sekarang, siang ini. Mungkin sore sudah sampai estimasi kotornya.” Wanita itu segera mematikan kembali sambungan telepon dari Lian.“Aduh hari ini kenapa aku sial sekali. Berita yang berada di media itu juga membuat public salah paham. Benar aku memang dilamar tapi aku menolak. Bukan menerimanya. Astaga!” pekiknya membanting setir mobil.“Matt juga sedang di rumah sakit sekarang. Mimpi apa aku semalam. Ya Tuhan,” Zevanya menyugar rambutnya kasar.Dia langsung pergi ke bandara. Tak pulang terlebih dahulu.Semenjak meninggalkan Matt dan Alejandro. Dia memang selalu membawa paspor ke mana pun dia pergi. Untuk
Sampai di mansion tepatnya di kamar Zevanya benar-benar mengamuk pada Alejandro dan Matt.“Kalian benar-benar!”BUGH!Suara hantaman itu berkali-kali mengenai Alejandro. “AMPUN YANG MULIA!” teriaknya kencang.Melihat Mama dan Papanya sedang kejar-kejaran, Matt hanya bisa tertawa di ranjang sampai terguling-guling. “AHAHAHHA!”“Kau tahu betapa panic dan takutnya aku di pesawat! Dasar tak punya hati!” teriak Zevanya yang masih mengejar Alejandro.“STOP! Ampun, sayang. aku akan menjelaskan. Jadi berhentilah. Kumohon,” pinta Alejandro memelas.Dengan penampilan aacak-acakan pria yang tak bisa menahan lelah jatuh tersungkur di lantai. Tak hanya Alejandro, Zevanay pun juga lelah. Napasnya naik turun.“Aduh, ha … ku ca … pek. Hahh …” keluh wanita itu.“Mah … kanya ku … bilang berhen … ti,” napas Alejandro tak kalah tersengal.“AHAHAH! Kalian itu lucu!” Matt masih tak bisa menahan tawa. Seperti melihat kucing dan anjing yang sedang bertarung.“Hey! Kau bocah kecil!” Zevvanya menangkap Matt ya
“Lepaskan! Jangan bilang ini bekas wanita itu. Ich …” Zevanya mengelap bibirnya menggunakan punggung tangan.“Astaga, sayang. Apa aku terlihat sebegitu murahannya dimatamu?” kedua tangan Alejandro menyilang menutupi dadanya. Ekspresi pria itu memelas merasa dirinya sangat hina.Zevanya memukul lengan kekar Alejandro.BUGH“Katakan, memang ada urusan apa yang harus kita selesaikan? Sampai aku harus ke sini pula?” tanya Zevanya.Pria itu mulai mendekat lagi pada Zevanya. menempel bak lebah yang mengerubungi bunga untuk menyesap putiknya. “Kita akan fitting baju pengantin. Karena waktu sudah sangat mepet.”Coba tebak bagaimana mimik muka Zevanya? Yap, kaget!“Apa maksudmu waktu sudah mepet? Kau juga baru melamarku kemarin. waktu kita masih banyak. kau tak perlu berlebihan begitu, Ale. kita bisa jalani semua pelan-pelan,” papar Zevanya.Berbeda dengan Alejandro. Pria itu tak bisa menganggap enteng. Dia menegakkan badannya dan pandangannya fokus kedepan, serius.“Bagiku tidak, Anya. kita m