RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 47. **Adnan menatap Raka dengan tatapan sengit. Adnan melepaskan tangan sang istri yang dari tadi dipegangnya begitu saja. Sebenarnya Adnan ingin membawa istrinya ke rumah Raka untuk menyelesaikan masalah ini. Tapi, Raka ternyata sudah datang sendiri. Melihat tatapan Adnan yang tidak menyukainya Raka. Raka heran, apakah Adnan nggak suka dia datang ke rumah mereka untuk bertemu anaknya? Padahal sudah ada perjanjian kalau dia bisa datang kapanpun untuk berjumpa anaknya selama dalam batas wajar. "Ada apa ini kenapa kamu kayaknya nggak suka sekali melihat ku. Seakan-akan aku punya banyak hutang sama kamu?" tanya Raka heran. "Ya, kamu memang punya banyak hutang kepadaku tanpa kamu sadari kamu tetap punya banyak hutang kepadaku. Tapi aku nggak mau membahas masalah itu karena ada masalah lebih penting yang ingin ku bahas."Tangan Adnan terangkat kemudian dia mengambil kerah baju Raka dengan kasar dia mencengkram kerah baju lelaki itu. Adnan mendekatkan dirinya
"Iya ini bener-bener Siska dan kamu sama Siska berada dalam satu mobil? Kalian ke hotel? Apa yang sebenarnya kalian lakukan, Adnan? Kalau seperti ini aku jadi ragu anak di kandung Siska itu Anakku atau bukan. Jangan-jangan anak kamu!" kata Raka sengit. "Brengsek kamu! Kamu juga udah termakan oleh istrimu sendiri. Gara-gara istrimu yang sudah menghancurkan Rumah tanggaku. Aku nggak mau Nara khawatir. Aku nggak mau Nara cemburu dan curiga. Aku melakukan ini karena warga di sana yang menyuruhku untuk membawa siswa ke rumah sakit karena dia menabrakkan dirinya di mobilku. Sebagai suami kamu bilangin sama Siska jangan berbuat seperti ini dan jangan mengganggu Rumah tanggaku! Seberapa besar dia fitnah aku. Aku cintanya cuma Nara. Siska cuma masa lalu. Bilang sama istrimu!" Mata Adnan berkilat marah. Dari tadi amarah ini sudah ditahan-tahannya. Kalau saja tidak ada Nara. Mungkin pukulan bertubi-tubi sudah diberikannya ke Raka yang tidak becus memberitahu istri. Walaupun dulu Adnan sama sep
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 48. **Siska tersentak kaget, yang menghubunginya itu Raka bukan Nara. Siska merutuki kebodohannya, dia nyeletuk begitu saja. Berpikir yang ada di seberang itu Nara. Gak sangka ternyata Raka. Lagian ngapain Raka menghubungi dia pakai gawai Nara? Pasti Nara segera ke rumah untuk memberitahu kalau Siska di Hotel. Bagaimana kalau ibunya tahu? Siska mendesah, ibunya masih berada di rumah kontrakan mereka. "Mas Raka. Kenapa kamu pakai gawai Nara? Apakah Nara ngadu yang nggak-nggak sama kamu?" "Udahlah, Siska! Aku nggak mau tahu. Sekarang kamu pulang. Kenapa kamu bohongi aku? Kenapa kamu ke Hotel dan kenapa kamu buat story yang tidak tidak.""Sorry apa maksud kamu? Aku nggak ada nulis story. Jangan halu deh, Mas. Aku ke hotel juga karena ada sesuatu. Lagian aku di Kafe nggak ada di Hotel. Aku janjian di Kafe sama teman ku yang kebetulan ada di Hotel dan aku nggak masuk ke dalamnya. Jangan dengarkan ucapan Adnan sama Nara mereka itu membohongi kamu!" kilah Siska
Pikiran Siska bercabang kemana-mana. Belum selesai masalahnya. Dia sudah dihadapi dengan masalah lain. Sementara itu Raka marah sekali karena panggilannya dimatikan secara sepihak oleh Siska. Dia akan bertanya ke Siska yang sebenar-benarnya terjadi kalau memang benar itu bukan anaknya maka dia siap menceraikan Siska. **"Siska. Kenapa kamu ke sini?" kata Irman kaget Siska di ruangannya. Siska sengaja datang ke Vila milik Irman. Biasanya laki-laki itu sering berada di Villa itu ketika sedang tidak ada pekerjaan dan Siska tahu tempat itu karena sering diajak Irman ke sana. Mereka sering memadu kasih di villa tersebut. "Kenapa, Mas? Apa Aku nggak boleh datang kemari? Apa setelah kamu selingkuh dengan wanita lain kamu mencampakanku begitu saja. Bagaimana dengan anak yang ada dalam kandunganku ini. Kamu harus tanggung jawab!" "Iya aku sedang berpikir dengan cara apa aku bertanggung jawab. Kayaknya aku nggak bisa bertanggung jawab untuk menikahimu. Kita bersenang-senang bersama-sama. K
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 49. **Siska bergegas meninggalkan Villa itu. Dia sudah membawa kunci mobil Irman. Siska segera menaiki mobil itu dan mengendarainya keluar dari Villa tersebut. Irman sama sekali nggak sadar kalau mobilnya dibawa Siska. Ketika suara mobil itu terdengar di sana lah Irman benar-benar kaget kalau mobilnya sudah dibawa Siska. "Naik, Moly!" kata Siska ke temannya. Moly bingung tapi tanpa pikir panjang dia naik saja. Sebenarnya dia menemani Siska datang ke Villa Irman. Tetapi dia tidak berani masuk ke dalam dia hanya menunggu di luar saja. Saat Siska menyuruhnya naik. Dia bergegas naik dan nggak tahu lagi apa yang terjadi sebenarnya. Siska melajukan mobil itu dengan cepat. Irman tak bisa mengejarnya. Dia kalah karena dia hanya mengejar dengan cara berlari sedangkan Siska sudah melaju kencang. Irman kesal, dia cuma membawa mobil itu saja datang ke Villa ini. Kenapa Siska begitu nekat membawa mobilnya segala? Padahal dirinya sudah mentransfer sejumlah uang ke Sis
Sekali lagi Nara menangis. Padahal dia sudah menggunakan make up. Adnan tahu istrinya itu sedih. Mungkin hormon kehamilan menghinggapinya. Adnan segera memeluknya tapi Nara tidak menggubris malah menghindar dari suaminya. "Jangan sentuh aku, Mas." "Mas Adnan sayang sama Nara. Berapa kali Mas Adnan bilang sama Nara kalau Nara satu-satunya wanita yang ada di hati Mas Adnan. Ini semua hanya akal-akalan Siska untuk menjatuhkan rumah tangga kita. Mas Adnan akan cari cara menjumpai Siska dan membuat Siska mengaku kalau kami tidak punya hubungan apa-apa dan akan melakukan seperti Nara lakukan, tegas dengan perbuatan Siska." Nara diam saja ketika Adnan menjelaskan. Rasanya dia sudah lelah untuk berbicara. Dia ingin mempercayai Adnan tetapi tetap saja rasa sakit hati itu ada. "Ya udah sekarang kamu berangkat aja kerja." "Nara, mungkin saat ini kamu masih kesal, marah dan benci sama Mas Adnan tapi yang perlu Nara tahu. Hanya kamu yang ada di hatiku. Gak ada wanita lain dan gak ada Siska.
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 50**Nara akan pergi ke Balai Desa seperti yang dikatakannya ke Adnan, sang suami. Adnan sendiri sudah pergi lebih dulu dan Nara tidak mau diantar suaminya. Rasa kesal dan marah masih menghinggapi Nara. Padahal Adnan sudah minta maaf. Tapi tetap saja yang namanya kesal tetap kesal. Bagaimana Nara nggak kesal. Siska berada di dalam mobilnya, memfoto suaminya kemudian memfoto bunga pemberian Adnan yang seharusnya diberikan untuk Nara, dia juga memfoto kalau mereka seolah-olah berada di Hotel. Tentu saja itu membuat kemarahan Nara memuncak. Hati perempuan mana yang nggak marah melihat postingan tersebut? Semua perempuan pasti marah dan curiga ke suami mereka. Tidak mungkin semudah itu minta maaf walaupun dimaafkan, tetap ada rasa kesal dan rasa nggak percaya. Dan itulah yang dirasakan Nara jadi dia masih berusaha jual mahal untuk menerima bantuan sang suami mengantarkannya ke balai desa. "Nara, kamu mau ke mana?" tanya Raka. Dia menghampiri Nara. Nara sepe
Nara menganggukkan kepalanya. Dia setuju dengan perkataan Raka. Raka lalu menyuruh Nara untuk duduk di becaknya. Nara harus segera ke rumah sakit secepatnya. Memeriksa kondisinya dan bayi di kandungannya.Nara segera menghubungi suaminya agar datang ke rumah sakit. Dia baru saja menghadapi kecelakaan secara tiba-tiba. Mendengar hal itu Adnan terkaget. Dia pun bergegas pergi untuk menjumpai sang istri dengan perasaan berkecamuk. Adnan juga merasa takut terjadi apa-apa dengan istrinya. "Mas Raka kamu gak apa-apa?" tanya Nara lembut. Raka yang mengendarai becak itupun tersentuh mendengar ucapan Nara yang dianggapnya sebagai bentuk perhatian. Ucapan lembutnya sangat dirindukan Raka terutama perhatiannya sebagai istri dulu. Ah, Raka menyesal membuang berlian berharga seperti Nara.**Sementara itu Siska datang lagi untuk menjemput Moly. Moly naik ke mobilnya. Siska mendengkus kesal karena dia tidak berhasil menabrak Raka dan Nara. Namun, Moly mengambil gambar yang bagus untuk dijadikan b