Hari kedua masuk kantor, Mike memilih untuk datang lebih siang. Dia merasa tak perlu mengerjakan pekerjaan apa pun, selama Andrew bisa membantunya. Sebuah toko bunga mahal di tepi jalanan kota, menjadi tujuan Mike hari ini.Dari etalase toko, Mike sibuk memilih-milih mana bunga yang paling segar dan cantik. Namun, pilihannya akhirnya tetap jatuh pada bunga mawar merah yang baru saja akan mekar. Aroma mawar itu, selalu otomatis mengingatkan Mike pada Vyolin."Apa anda mau menuliskan sesuatu di kartu ini, Mas?" tanya seorang penjaga toko yang melayani Mike."Mm, ya. Boleh. Tuliskan kalimat untuk saya," jawab Mike. Lalu otaknys mulai berpikir keras, apa yang harus dia tuliskan pada kartu itu.Mike meminta pihak toko untuk mengirimkan bunga itu ke alamat rumah Vyolin. Harga melangit yang diberikan penjaga toko, tak pernah menjadi masalah bagi Mike.Selama melajukan mobilnya menuju kantor, Mike dilanda rasa cemas dan penasaran. Dia ingin melihat sendiri bagaimana reaksi Vyolin saat mendapa
Kamu kenapa, Sayang?" Kevin menangkap sikap Vyolin yang salah tingkah."Eng-enggak, Mas. Tadi aku cuma lagi ngerasain gerakan bayi di perut aku," sahut Vyolin sambil memegangi perutnya."Ohya? Makin sering geraknya?" Kevin lalu duduk di samping Vyolin dan meletakkan sebelah tangannya di perut Vyolin."Iya, Mas. Makin sering gerak," ucap Vyolin."Berarti bayinya sehat, besok kita ke rumah sakit ya. Mas hampir lupa kalau ada jadwal pemeriksaan kesehatan kamu, sekalian imunisasi," ujar Kevin."Harus banget, Mas?" tanya Vyolin tak bersemangat."Iya, dong. Untung tadi Mas diingatkan sama Julia," jawab Kevin.Vyolin merasa malas, saat mengetahui dirinya harus kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Namun, dia tak ingin membuat Kevin khawatir."Mas gak mulai kerja?" tanya Vyolin lalu merebahkan diri."Semua sudah aku selesaikan semalam. Nanti sore baru aku cek lagi hasil kerja anak-anak di kantor," jawab Kevin."Mas masih jarang ngobrol sama karyawan lain?" tanya Vyolin iseng."Apa yang m
Kediaman Brandon masih satu komplek dengan kediaman Kevin dan Vyolin. Semesta begitu berpihak padanya untuk bisa membantu mendapatkan nomor ponsel Vyolin, dia hanya perlu pergi ke rumah Mbak Surti. Tetangganya yang merupakan istri ketua RT."Mbak, saya boleh pinjam laptop Pak RT sebentar?" tanya Brandon dengan wajah polos membawa sebuah flashdisk ke rumah Mbak Surti."Lah, kemarin pinjem juga. Belum diperbaiki laptop-mu?" Mbak Surti melirik kesal."Belum selesai perbaikannya, Mbak. Sekarang saya perlu banget buat lihat berkas kerjaan saya dan dipindahkan ke flashdisk ini. Tenang aja, Mbak. Ini saya bawa uang pinjemnya," ucap Brandon lalu mengeluarkan kertas merah lima lembar dari dompetnya.Mbak Surti yang mata duitan, langsung membulatkan mata melihat lembaran uang di tangan Brandon. Dia pun mengizinkan Brandon untuk masuk ke rumah dan meminjam laptop."Pak Asep ke mana, Mbak?" Brandon menanyakan Pak RT yang suda
Dengan buru-buru, Vyolin menyelesaikan rutinitas mandinya. Memakai pakaian sembarangan, lalu meringkuk di atas tempat tidur memegangi ponsel.Vyolin menyalakan layar ponselnya, memastikan nomor Mike tak akan bisa menghubunginya lagi. Bahkan, Vyolin dengan cepat menghapus semua media sosial yang dimilikinya. Rasa cemas membuat Vyolin gemetar sendirian."Sayang … kamu sudah siap-siap?" ucap Kevin yang tak Vyolin sadari sudah membuka pintu kamar."Si-siap? Ke mana, Mas?" tanya Vyolin."Loh, kan kita mau ke rumah sakit untuk imunisasi dan cek kehamilan," jawab Kevin sembari membuka lemari pakaian."Ooh, eh, tapi aku tiba-tiba pusing, Mas. Lain kali aja ya."Vyolin merebahkan tubuhnya dan menggelar selimut. Kevin pun merasa khawatir dan segera memeriksa suhu tubuh istrinya itu."Kamu gak panas, pusing aja?" tanya Kevin sambil meraba kening dan leher Vyolin."Iya, Mas. Tiba-tiba aja pusing," jawab Vyolin."Kalau gitu aku suruh dokter ke sini aja," ujar Kevin lalu beranjak ingin mengambil po
Udara malam menjadi lembab dan dingin, setelah hujan reda. Jarum jam kian bergerak menuju tengah malam, dan Vyolin telah tertidur di sofa. Kevin dengan berhati-hati menggendong tubuh istrinya itu untuk berpindah ke kamar.Kevin membalutkan selimut pada Vyolin, dan membiarkan perempuan yang dicintainya itu tertidur lelap. Kevin yang merasa telah mengantuk pun menyusul berbaring ke samping istrinya dan segera memejamkan mata.***Mike merasa kesal karena Vyolin yang telah memblokir nomornya. Namun, setelah beberapa saat dia memikirkan cara untuk menghubungi Vyolin lagi, akhirnya Mike memutuskan untuk menghubungi Rion.Temannya itu dulu pernah mengajarinya cara untuk menyembunyikan nomor ponsel agar tak terlihat oleh ponsel orang lain. Hal itu pernah dia lakukan saat mengejar perempuan yang sangat dia cintai di masa lalunya. Kini Mike melupakan perempuan itu, juga cara untuk menyembunyikan nomornya."Mau buat apa lagi sih, Bos? Bos besar kayak kamu ngapain masih urus beginian?" tanya Rio
Gubrak!Sebuah dorongan keras telah menjatuhkan tubuh Mike ke lantai, seketika dia terbangun dari tidurnya dengan sambutan rasa sakit. Rianti dengan wajah memerah, berdiri memegang pinggang menunggu reaksi Mike."Kamu yang bikin aku jatuh?" tanya Mike sembari bangkit dengan lunglai dari lantai."Siapa Vyolin? Siapa dia sampai ada dalam mimpi kamu!" bentak Rianti dengan nafas menggebu."Kamu ngomong apa sih?" gumam Mike memasang wajah polos.Rianti lalu mengambil ponsel Mike dan memperlihatkan foto Vyolin yang ada di ponselnya. Mike sontak saja terkejut, gelagapan harus memberi jawaban apa."Ini foto siapa, Mike?" tanya Rianti."Oh, itu. Itu foto dari grup WA kantor. Mungkin salah satu karyawan baru perusahaan. Aku gak tahu juga," jawab Mike sambil garuk-garuk kepala."Pembohong!" ucap Rianti keras."Terserah kamu percaya apa gak. Sejak kapan juga kamu peduli sama urusan aku? Hah?"Mike menyahuti Rianti dengan suara lebih keras, lalu merebut ponselnya dari tangan Rianti. Dengan langkah
Vyolin mematikan panggilan telepon dari Mike, lalu bergegas ke dapur untuk membuat susu. Julia yang selalu memperhatikan kebutuhan Vyolin, telah menunggu di dekat meja makan."Ayo, sarapan dulu," ucap Julia lalu menarik kursi mempersilahkan Vyolin duduk."Kakak sudah bikinkan susunya?" tanya Vyolin."Sudah dong. Makan yang banyak," jawab Julia lalu pergi ke area dapur basah untuk melanjutkan membilas pakaian.Vyolin menatap sejenak hidangan di meja, perutnya keroncongan akan tetapi rasa gelisah telah membuatnya malas untuk makan nasi. Diminumnya saja segelas susu bersama dengan dua potong roti yang diolesnya selai coklat.Drett.Ponsel yang diletakkannya di meja kembali bergetar, kali ini panggilan dari Anna. Vyolin hampir melupakan janji mereka untuk melakukan body care home service."Iya, Anna. Kamu sudah mau ke sini?" tanya Vyolin sambil mengunyah roti."Vyolin, aku mau
Setiap jam makan siang, Kevin lebih suka datang ke warteg sederhana yang berdiri di depan kantornya. Di sana menjual nasi dengan berbagai menu khas warteg yang menurutnya selalu enak dan tidak membosankan. Hanya perlu satu kali menyebrang jalan, untuk tiba di sana."Saya mau nasi putih, terong balado dan ayam goreng," ucap Kevin sambil menunjuk lemari kaca di etalase warteg."Baik, Mas," sahut empunya warteg.Di warteg, terlihat beberapa karyawan lainnya. Cukup ramai setiap jam makan siang, meski banyak restoran kecil lainnya di dekat kantor.Sambil bersiap untuk makan, Kevin menyalakan layar ponsel. Berniat untuk mengirim pesan pada Vyolin yang selalu hadir dalam pikirannya.[Sayang, sudah makan siang] ketik Kevin dalam pesannya.Kevin meletakkan ponsel di atas meja, tepat di samping piring. Hingga dirinya sudah mulai menikmati makanan, belum terlihat balasan pesan dari Vyolin.[J