"Kau datang sendiri? Di mana Alex?" sinis mama mertua."Iya, Ma, aku ke sini sendirian. Mas Alex sakit dan sedang istirahat di rumah, Ma."Mama mertua berdecak-decak."Apa yang kau lakukan sebagai istri? Alex itu tidak mudah sakit. Giliran menikah denganmu baru beberapa hari saja sudah jatuh sakit!"Anakmu kemarin malam tertembak, Ma!Ingin aku menjawab seperti itu. Tapi, mama mertua jelas tidak akan percaya ucapanku.Kalaupun percaya, aku tidak bisa mengatakannya. Takut mama mertua akan pingsan mengetahui rahasia anak kebanggaannya."Mas Alex kelelahan bekerja, Ma. Cuma demam biasa saja. Mama tidak perlu khawatir.""Lalu, buat apa kau datang ke sini dan bukannya merawat suamimu?"Lihat, mulut mama mertua saja sampai berkedut-kedut ke atas. Jelas sekali mama mertua sangat tidak menyukaiku.Kenapa? Apa karena aku dari desa? Atau latar belakang pendidikanku? Mungkinkah ... karena parasku?Bukan hal yang aneh mengingat kecantikanku hanya mempan terhadap kaum Adam. Sebaliknya, para wanita
"Hai, Kat!"Alexa baru saja datang dan bergabung ke meja makan. Kecanggungan aneh pun hilang ditelan suara nyaring kembaran Alex itu."Hai, Kak Alexandra.""Ih, jangan panggil aku kakak! Panggil Alexa atau Lexa saja. Aku tidak mau terlihat lebih tua dari kembaran jelekku."Aku tersenyum manis dan mengacungkan ibu jari sebagai tanda setuju. Maksudnya, aku setuju waktu dia bilang kembarannya jelek. Alex memang jelek kelakuannya."Ini masakan darimu, Kat?" "Iya, coba cicipi."Alexa duduk di sebelahku, kemudian mengambil segunung nasi dan lauk. Dia mengingatkanku kepada Alex yang porsi makannya juga banyak."Kau memang mirip sekali dengan mas Alex. Dia juga banyak makan." Aku terkekeh-kekeh canggung karena tidak sengaja mengeluarkan isi hatiku."Jangan mulai, ya, Kat! Aku jadi kehilangan nafsu makan saat mendengar orang membandingkanku dengan si jelek itu. Kami berdua hanya statusnya saja kembar, tapi sebenarnya kami sangat berbeda ... jauuuuh sekali!" Begitu kata Alexa, tetapi dia tetap
"Sebenarnya, aku bisa langsung mengabulkan permintaanmu, Kat, tapi apa Alex sudah mengizinkanmu?""Kalau soal itu ... aku ingin memberi kejutan pada Mas Alex. Selain orang tuaku, aku juga ingin sekali-kali membelikan sesuatu untuk suamiku, Pa."Papa mertua tidak bisa lagi membendung air mata. Diambilnya sapu tangan untuk menyeka matanya yang memerah dan basah."Aku tidak salah menjadikanmu menantu, Kat. Alex beruntung sekali memiliki istri seperti dirimu.""Papa ...."Aku juga sedikit terharu. Papa mertua memiliki sikap yang sangat hangat dan baik sekali kepadaku. Bahkan, orang tuaku sendiri tidak pernah memujiku seperti beliau. Tanpa aku sadari, rasa hormatku kepada papa mertua tumbuh semakin dalam."Tapi, aku tidak bisa memberikan apa yang kau mau, Kat."Suara pintu berderit lirih. Aku melirik sekilas ke arahnya, mendapati mama mertua dan Sabrina beranjak pergi. Mereka mungkin muak mendengar kasih sayang papa mertua padaku.Dan aku juga baru ta
"Dari mana saja kau?!" Suara Alex pelan, tetapi penuh penekanan."Ke rumah papa, Mas."Alexa melesat masuk begitu saja. Dia sama sekali tidak peduli kembarannya sedang ingin meledakkan amarah padaku."Buat apa kau ke sini?" tanya Alex kepada Alexa.Pertanyaan pertama belum terjawab dia sudah bertanya lagi, "Kenapa keluar tidak minta izin dulu?" Kali ini ditujukan padaku."Maaf, Mas. Tadi Mas Alex tidur sangat nyenyak. Aku tidak ingin menganggu. Lagi pula, aku niatnya cuma mau memberi makanan untuk keluarga Mas Alex, tapi malah jadi kelamaan ngobrol.""Mau memberi makanan juga kau harusnya minta izin dulu! Kau selalu saja membuatku jengkel!""Maaf, Mas. Aku tadi juga sudah mengirim pesan, tapi Mas Alex tidak menjawab.""Jangan banyak alasan! Kalau belum dapat izinku, kau tidak boleh keluar ke mana-mana!" bentak Alex."Istrimu datang ke rumah, itu hal yang wajar. Tidak perlu marah-marah sampai begitu! Kau tidak suka punya istri yang perhatian kepada
"Aku sudah tidur, Mas."Sial! Aku jadi kelepasan menjawab!"Mau pura-pura tidur? Kenapa? Takut atau tidak mau melakukan tugasmu sebagai istri?"Tubuhku menggelenyar aneh ketika bibir Alex menempel di tengkuk. Suara napasnya semakin menggebu. Aku merasakan bibirnya mulai menyesap leherku. Dia pasti sangat menginginkanku malam ini. Aku dapat merasakan gairahnya menggebu dari deru napasnya yang memburu.Aku tidak mau penyakitan! Dia juga tidak boleh melihat tatoku!"Mas Alex ..." Tidak! Mengapa suara yang keluar dari mulutku justru bernada manja? Hampir mendesah pula! Rasanya aku ingin menampar bibirku sendiri."Hemm?" Suara Alex begitu rendah dan berat.Leherku basah oleh jilatan Alex yang semakin liar. Lidahnya yang kasar tidak jeda menyapu kulitku. Sesekali dia menyesap sangat kencang dan membuatku hampir mendesah lagi. Tangannya mulai melingkar di perutku yang rata. Kemudian, semakin naik ke atas membelai dadaku. Beruntung, aku masih
"Kau siapa, ya? Seenaknya mau nyelonong masuk ke mobil orang!" ketus Alexa."Ya ampun, ini aku, Katminah!"Mata Alexa membola sempurna. Dia menatapku dari kepala hingga ujung kaki, sampai kepalanya mendongak keluar jendela. Lalu, mulutnya terbuka lebar karena takjub dan terkejut oleh perubahanku.Alexa membukakan pintu mobil. Dia sama sekali tidak berkedip dan terus mengikuti pergerakanku yang begitu anggun."Kau ... bagaimana bisa berubah sekali?!" seru Alexa seraya menutup mulut menggunakan telapak tangan."Biar tidak ketahuan mas Alex." Aku terkekeh pelan."Suaramu juga ... kau bisa mengubah suaramu? Gila! Hebat!" puji Alexa."Sedikit bisa. Hehehe.""Kau barusan ke salon, ya?""Tidak, kok. Aku cuma melihat tutorial dandan yang ada di n-tub."Alexa menggeleng-geleng masih mengagumi kemampuanku mengubah diri sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya kami sampai di depan gedung kantor Arion Group."Sampai sini saja. Terima kasih, Lexa.""A
Aku masih sempat melihat Erlina membuka lebar mulutnya tatkala Alex menaikkan daguku. Mungkin Erlina pikir Alex akan menciumku. Kenyataannya tidak seperti itu.Setelah pintu elevator tertutup, Alex memiringkan wajahku ke kanan dan ke kiri. Dia seolah-olah sedang menilai benda antik dalam genggaman tangannya."P-pak?"Alex kemudian mendorong wajahku dengan kasar ketika lamunannya buyar. Dia berdehem dan wajahnya sedikit merona."Namamu Kat?""Iya, Pak. Katerina Orchid. Biasanya saya dipanggil Rina, tapi rekan-rekan saya maunya panggil saya Kat."Alex berbalik memunggungiku setelah mendapat jawaban. Dia tidak menanggapi ucapanku. Tahu begitu, aku tidak akan bicara.Sampai di lantai lima puluh, aku membuntuti Alex. Dia semakin mempercepat langkah kakinya. Aku pun sama, mengekor Alex, seperti anak ayam pada induknya.Saat Alex membuka pintu, dia akhirnya memandangiku lagi. Raut wajahnya tampak begitu kesal."Kenapa kau membuntutiku?!" sentaknya."
"Parfum?"Aku mencium kedua lenganku. Ah ... benar! Aku belum mandi setelah pulang kerja. Hanya sempat membuka topengku di unit sebelah.Parfumku memang tahan lama. Alex juga sempat mendekatiku saat di lift tadi. Dia tidak curiga 'kan?"Tumben pakai parfum." Alex melengos pergi."Tadi barusan beli online, Mas."Alex melempar jasnya sembarangan. Aku lantas mengambilnya dan memasukkan ke tempat pakaian kotor.Sebal rasanya hidup bersama suami serampangan seperti Alex. Mungkin karena dari kecil dilayani banyak orang, dia tidak sadar sekarang hanya hidup denganku.Aku ini istrimu, Mas! Bukan babu!"Sudah masak? Aku lapar.""Belum, Mas. Tadi habis nonton film sampai ketiduran. Mas Alex mandi dulu, biar aku siapkan makanan."Setelah memastikan Alex menyalakan pancuran air, aku langsung berlari ke apartemenku. Gina rupanya telah memasak berbagai menu makanan yang menggugah selera.Selain cantik dan pandai memasak, Gina cukup peka menyiapkan kebut