-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
"Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
Aku menatap pantulan diriku sendiri di cermin. Gaun putih panjang melilit tubuhku yang indah. Rambutku disanggul modern dan dihiasi bunga-bunga putih kecil.Cantik sekali!Sayangnya, hari ini tidak secantik diriku. Sebab, aku akan menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal.Aku dijodohkan ayah dengan anak teman semasa kecilnya. Janji bodoh masa lalu itu menyeretku ke dalam pernikahan yang tidak pernah aku inginkan.Aku memang belum mau menikah dengan siapa pun meski tidak dijodohkan. Bukan karena aku tidak laku. Namun, karena aku orang penting yang masih sibuk dengan pekerjaan. Kehadiran lelaki di hidupku hanya akan menjadi batu sandungan dalam meniti karir. Lagi pula, aku bukan perempuan yang pandai mengurus rumah. Mau jadi istri seperti apa aku? Tidak bisa masak, malas mencuci, bahkan aku tidak pernah bersih-bersih.Karena itu, orang-orang menjuluki aku sebagai perempuan pengangguran malas yang tidak punya keahlian apa-apa, bunga desa yang hanya modal cantik saja, atau p
Dari gelagat dan cara menatap Alex ke arahku, dia sengaja ingin membuatku marah atau cemburu. Aku tahu, Alex ingin membatalkan pernikahan ini.Baru pulang dari luar negeri, tahu-tahu disodorkan wanita cantik untuk dijadikan istri. Dia pasti bingung dan marah setengah mati. Karena bagi papa mertua, pendapatnya tidak berarti.Mungkin dia sengaja agar aku tidak betah dan meninggalkannya. Jadi, dia tidak perlu disalahkan orang tuanya.Dasar licik! Aku pun mau bercerai denganmu. Tapi, bukan begini caranya. Kau hanya akan mempermalukan nama baik keluarga besarmu.Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat pria maskulin itu bertingkah kekanak-kanakan. Lagaknya seperti orang pintar, tapi melakukan hal-hal klise yang mudah ditebak untuk mendapatkan keinginan.Baiklah, kalau itu caramu. Aku bisa melakukan sesuatu yang sama. Lihat saja, siapa yang akan pergi lebih dulu, kau atau aku?Rendy, teman Alex, baru saja kembali dari kamar mandi dan duduk di sampingku. Dia tersenyum sekilas padaku lalu m
Terdengar degup jantung Rendy yang begitu kencang saat aku sempat memeluknya. Pria itu sekarang terdiam dan tiba-tiba kehilangan amarah."Astaga, Suamiku! Jangan pukul dia lagi! Nanti tanganmu sakit!"Beruntung, aku sangat gesit dan cepat tanggap situasi. Aku langsung berbalik berhadapan dengan Alex. Merentangkan kedua tangan seakan melindungi orang di belakangku."Kau, dasar perempuan desa! Baru beberapa jam jadi istriku sudah nempel-nempel lelaki lain!""Bukan begitu, Lex. Aku cuma mengajak Kat cari angin." Sekarang giliran Rendy yang menghalangi Alex supaya tidak memarahiku. Bak kuda hitam, pria itu mendorong lembut bahuku sampai berdiri di belakangnya.Orang-orang mulai mencaciku. Perlakuan Rendy justru membuat kami terlihat memiliki hubungan spesial, sampai-sampai tidak segan saling melindungi. Seharusnya, aku memungut biaya dari mereka yang berkerumun karena telah menyuguhkan drama rumah tangga secara langsung."Kau tidak usah ikut campur urusan rumah tanggaku!" hardik Alex."B
"Aku sudah sampai di depan. Cepat bersiap dan segera turun." Suara dari seberang telepon penuh dengan penekanan.Seorang kurir bertopi yang enggan menampakkan wajah, mengantar mantel hitam panjang dan sepatu dengan warna senada. Aku bergegas ganti baju lalu turun ke parkiran."Cepat masuk! Kenapa lama sekali?" Di dalam mobil sport hitam mewah, Ray, pemilik suara yang meneleponku tadi, bersungut-sungut kesal.Ray selalu saja begitu. Selalu terburu-buru menghadapi sesuatu. Karena itu, dia sangat membutuhkanku.Berbeda darinya, aku memiliki pembawaan tenang dan pandai mengontrol emosi. Aku juga satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Ray jika dia mulai mengamuk."Suamiku baru tidur," jawabku santai."Cih, suami ...." Ray menginjak pedal gas dengan kuat."Kenapa? Kau cemburu, Bos?""Ya, aku cemburu! Ingat, ya, meski sudah menikah, kau tetap milikku. Pokoknya, aku yang harus selalu menjadi prioritas!""Siap, Bos!"Aku terkekeh melihat reaksi Ray yang kesal dan masih menggerutu. Wajah ga
Hati wanita mana yang tidak hancur ketika melihat suaminya bercumbu dengan perempuan lain? Istri mana yang tidak sakit hati mendapati perselingkuhan sang suami?"Mas ...." Aku membungkam mulut yang terbuka lebar dengan jemari."Oh, kau sudah datang rupanya." Alex mendorong pinggul perempuan itu dari pangkuannya. Tapi, si perempuan kembali menduduki paha Alex."Hei, pergi dulu dari sini. Dia istriku." Alex mengusap lembut pipi perempuan itu.Perempuan itu hanya berpindah ke sofa sambil melipat tangan di depan dada. Dia menyilangkan kaki jenjangnya sehingga rok mininya terangkat sampai memperlihatkan paha putih mulus tanpa noda.Dengan tidak tahu malunya, perempuan itu menggerutu ketika aku melewati dirinya. "Mengganggu sekali!"Aku mengambil bekal makan siang yang sudah hancur di dalam kantong plastik. Tapi, aku tetap menyerahkannya ke meja kerja suamiku dengan tangan bergetar."Maaf, aku tidak tahu kalau kau datang secepat ini." Alex menutup kancing teratas yang tadinya terbuka."Mas