"Aku sudah sampai di depan. Cepat bersiap dan segera turun." Suara dari seberang telepon penuh dengan penekanan.
Seorang kurir bertopi yang enggan menampakkan wajah, mengantar mantel hitam panjang dan sepatu dengan warna senada. Aku bergegas ganti baju lalu turun ke parkiran."Cepat masuk! Kenapa lama sekali?" Di dalam mobil sport hitam mewah, Ray, pemilik suara yang meneleponku tadi, bersungut-sungut kesal.Ray selalu saja begitu. Selalu terburu-buru menghadapi sesuatu. Karena itu, dia sangat membutuhkanku.Berbeda darinya, aku memiliki pembawaan tenang dan pandai mengontrol emosi. Aku juga satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Ray jika dia mulai mengamuk."Suamiku baru tidur," jawabku santai."Cih, suami ...." Ray menginjak pedal gas dengan kuat."Kenapa? Kau cemburu, Bos?""Ya, aku cemburu! Ingat, ya, meski sudah menikah, kau tetap milikku. Pokoknya, aku yang harus selalu menjadi prioritas!""Siap, Bos!"Aku terkekeh melihat reaksi Ray yang kesal dan masih menggerutu. Wajah garangnya jadi semakin mempesona. Dia satu-satunya pria yang tidak bisa aku miliki sebagai suami, namun tetap terlihat tampan dan bersinar.***Alex membangunkanku pukul enam pagi. Aku yang masih mengantuk karena baru pulang dua jam lalu, malas untuk menanggapi. Tapi, dia cerewet sekali. Rasanya, ingin kubungkam mulutnya dengan kaos kaki."Perempuan mana yang belum bangun jam segini?! Cepat bangun!" Alex menggoyang tubuhku dengan kasar."Kepalaku agak pusing, Mas."Biarkan aku tidur beberapa jam lagi, sialan!"Tch, aku mau berangkat ke kantor. Kau tidak menyiapkan sarapan untukku?"Sudah tiga hari aku menikah dengan Alex. Dan setiap malam aku diam-diam memasukkan obat tidur ke dalam minumannya.Aku berangkat kerja setelah Alex benar-benar terlelap dan baru pulang sampai jam empat pagi. Dia tidak tahu betapa lelahnya aku mencari rezeki.Kami sekarang sudah tinggal di apartemen hadiah dari papa mertua. Hari ini menjadi awal dari kehidupan rumah tanggaku yang sebenarnya.Aku menyeret badanku ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah itu, menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.Isi dalam kulkas besar dua pintu penuh dengan bahan makanan. Sayur, daging, ikan, dan semua jenis minuman tersedia. Lalu, apa yang harus aku buat untuknya? Aku tidak bisa memasak!Untungnya, Alex masih ada di kamar mandi. Aku bergegas menghubungi seseorang untuk mengantar makanan.Tidak sampai lima menit, kurir pengantar makanan datang. Cepat-cepat aku tata di meja makan."Mas, sudah selesai belum mandinya? Jangan banyak-banyak pakai sabun!" Aku terkekeh dari balik pintu kamar mandi.Lucunya, Alex yang memiliki banyak wanita dan katanya tidak bernafsu dengan perempuan desa itu, semalam berusaha keras untuk mendapatkan malam pertama denganku. Dia langsung ketiduran setelah hampir berhasil menciumku.Maaf, Mas. Itu memang kewajibanku sebagai istri, tapi aku tidak mau hamil dulu, apalagi denganmu. Lagi pula, mana bisa aku melakukannya dengan orang yang tidak aku cinta!Alex keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian. Badan dan rambutnya masih sedikit basah. Dia hanya melilitkan handuk kecil di bawah perut.Mungkin dia sengaja agar aku bisa melihat. Memang badannya cukup bagus, tapi aku tidak bernafsu padanya.Biarpun begitu, aku harus terlihat malu-malu untuk menghibur hatinya. "A-aku ke meja makan dulu, Mas."Alex meraih pergelangan tanganku. Kemudian, menarikku sampai berada dalam pelukannya. Bau sabun begitu kentara oleh indra penciumanku.Aku bisa mendengar irama jantung Alex berdetak cepat. Suara napasnya mendesah di telingaku. Apa dia ingin melakukan 'itu' sekarang?Gawat! Obat tidur spesialku hanya bisa digunakan sehari sekali. Dan tidak mungkin aku menjejalkan ke mulutnya saat ini juga!Alex menarik kepalaku sampai menempel di dadanya yang lembab. Tangannya membelai rambutku dengan lembut.Getaran suara Alex terdengar jelas ketika dia berkata, "Maaf, ya, semalam aku ketiduran. Kau pasti kecewa, bukan? Nanti malam aku akan memuaskanmu."Tidak! Aku justru senang."Aku tahu Mas Alex lebih suka wanita-wanita itu daripada aku. Aku cuma wanita desa yang tidak bisa membangkitkan gairah suamiku. Justru aku yang seharusnya minta maaf."Alex kembali membelai rambutku yang ikal sebahu. Diciumnya pucuk kepalaku."Maafkan aku. Sebenarnya aku juga tidak pernah tidur dengan mereka. Aku hanya ingin mengetesmu."Aku mendongak ke arahnya. Tetapi Alex kembali mendesakku ke dada kekarnya agar aku tidak bisa memperhatikan wajahnya yang merona. Meski aku sudah terlanjur melihat itu.Apa lagi trik yang ingin dimainkan Alex? Pura-pura jadi suami baik supaya bisa mengambil milikku yang berharga?Dasar, suami mata keranjang! Aku tidak mau ketularan penyakit kelamin, tahu! Kau pasti pernah melakukan itu dengan para wanita itu. Aku pun tidak sudi mencicipi bekas mereka!"Aku ingin memastikan apa kau pantas bersanding denganku. Banyak wanita yang menginginkan suami tampanmu ini. Banyak juga yang kurang ajar menggodaku sampai berbuat nekat. Aku perlu tahu kalau kau bukan perempuan yang gegabah menilai sesuatu."Cih, lagakmu, Mas ... Mas!"Maksud Mas Alex apa?""Kalau kemarin kau marah-marah sampai mempermalukanku dan dirimu sendiri di depan umum, aku pasti sudah minta papa supaya diizinkan bercerai denganmu. Tapi, aku salah menilaimu. Sekarang kita mulai lagi semuanya dari awal, ya?""Iya."Tidak mau! Najis!"Ya sudah, sekarang kita sarapan bersama. Nanti jam dua belas, tolong bawakan makan siang ke kantorku. Aku ingin menikmati masakan istriku.""Dengan senang hati, Mas." Aku tersenyum manis.Merepotkan saja kau ini, Mas!***Aku baru tahu, ternyata perusahaan Arion Group sangat besar. Gedungnya saja menjulang tinggi sampai kepalaku sakit ketika mendongak mencari ujungnya."Ada yang bisa dibantu?" tanya seorang resepsionis manis."Saya mau bertemu dengan Pak Alexander Arion, Mbak.""Sudah ada janji temu dengan Pak Alex?""Sudah, Mbak. Ini saya disuruh mengantar makan siang untuk Pak Alex."Resepsionis manis itu pasti mengira aku pembantu. Sebab, penampilanku memang sederhana. Alas kaki pun hanya mengenakan sandal karet biasa yang dibelikan ibu dari pasar."Mbak bisa langsung naik ke lantai lima puluh. Nanti, di sana ada sekretaris Pak Alex. Saya akan bilang kepada beliau. Silakan naik." Wanita itu menunjuk lift dengan sopan menggunakan kedua tangan."Terima kasih, Mbak."Seperti kata mbak resepsionis tadi, aku disambut oleh Leo, sekretaris Alex. Pria berkacamata itu tampak gugup oleh kedatanganku.Leo tentu tahu aku adalah istri Alex. Hanya orang-orang penting saja yang diundang ke pesta pernikahan kami waktu itu."N-nyonya, mencari Pak Alex?"Jelas, bukan? Masa aku mau mencari bapakmu?!"Iya, dia ada di ruangannya, bukan?"Dari gelagat Leo yang sedikit-sedikit melirik ke arah pintu ruangan Alex, dia seperti menyembunyikan sesuatu."Itu ... Nyonya bisa menunggu dulu di sini." Leo mengarahkanku ke sofa yang tidak jauh dari ruangan Alex."Suamiku sedang sibuk, ya?"Leo semakin resah dan kesulitan menjawab pertanyaaan sederhana itu. Aku justru semakin penasaran, apa yang sedang dilakukan Alex di balik pintu?"Aku masuk sekarang saja. Cuma mau mengantar makan siang untuk suamiku sebentar."Leo memegang lenganku, kemudian cepat-cepat melepasnya. "Maaf, Nyonya. Tunggu sebentar lagi, ya?""Apa aku tidak boleh masuk ke ruangan kerja suamiku sendiri?"Leo tidak menjawab dan justru menghalangi pintu. Dia sangat ketakutan sambil menunduk. Butiran keringat mengalir dari keningnya di ruangan dingin ini."Minggir." Aku tidak segan lagi mengeluarkan nada suara dingin yang tidak pernah aku tunjukkan ke orang-orang di sekitarku.Karena tidak mau menuruti, aku mendorong badan Leo sampai dia menyingkir dari depan pintu. Aku langsung membuka pintu itu sebelum Leo kembali mencegahku.Mataku terbuka sempurna. Tas berisi makanan terlepas dari genggamanku. Menimbulkan suara gaduh yang menarik perhatian seorang pria yang sedang memangku wanita dengan sangat mesra.Hati wanita mana yang tidak hancur ketika melihat suaminya bercumbu dengan perempuan lain? Istri mana yang tidak sakit hati mendapati perselingkuhan sang suami?"Mas ...." Aku membungkam mulut yang terbuka lebar dengan jemari."Oh, kau sudah datang rupanya." Alex mendorong pinggul perempuan itu dari pangkuannya. Tapi, si perempuan kembali menduduki paha Alex."Hei, pergi dulu dari sini. Dia istriku." Alex mengusap lembut pipi perempuan itu.Perempuan itu hanya berpindah ke sofa sambil melipat tangan di depan dada. Dia menyilangkan kaki jenjangnya sehingga rok mininya terangkat sampai memperlihatkan paha putih mulus tanpa noda.Dengan tidak tahu malunya, perempuan itu menggerutu ketika aku melewati dirinya. "Mengganggu sekali!"Aku mengambil bekal makan siang yang sudah hancur di dalam kantong plastik. Tapi, aku tetap menyerahkannya ke meja kerja suamiku dengan tangan bergetar."Maaf, aku tidak tahu kalau kau datang secepat ini." Alex menutup kancing teratas yang tadinya terbuka."Mas
Tadi malam aku tidak bisa tidur nyenyak. Gara-gara terkejut, aku sampai tidak sadar ada anak buah BDS yang berjaga tidak jauh dari lokasi persembunyianku.Suara gemerisik dari kakiku yang gemetaran karena kesemutan saat mencoba berdiri, menarik perhatian dua penjaga BDS. Terpaksa aku pergi sebelum melihat ke mana mereka membuang jenazah suamiku.Dua penjaga melintas tidak jauh dariku dengan senter di masing-masing tangan. Cahaya senter itu hampir menyapu area di sekitarku. Namun, aku diselamatkan oleh seekor kucing yang melompat di dekat mereka entah dari mana asalnya. Perlahan aku mengembuskan napas lega.Untung saja, mereka juga sama sekali tidak menyadari keberadaanku. Aku langsung kabur secepat kilat ketika perhatian mereka teralihkan dan malah bermain-main dengan si kucing lucu.Sampai di rumah, aku segera menghubungi Ray untuk minta izin libur kerja malam ini. Dengan alasan sakit dan susah beranjak dari tempat tidur. Tentu saja, bosku itu marah besar. Awalnya, Ray tidak mengiz
Arion Group merupakan perusahaan multinasional yang cukup terkenal dan bisa dibilang bersih dari berbagai masalah hukum. Tidak pernah ada gosip buruk yang menerpa perusahaan maupun karyawan.Perusahaan milik keluarga suamiku itu sudah ada sejak ayah dari papa mertuaku masih hidup. Dari dulu, Arion Group juga terkenal karena ikut andil dalam pembangunan negara.Biarpun bukan perusahaan nomor satu, banyak pihak, mulai dari pengusaha dan pemerintah yang menghormati keluarga Arion. Dan meski Arion Group sudah mulai membuat cabang di luar negeri, tidak ada tanda-tanda mereka bekerja sama dengan mafia seperti Black Devil Scorpion. Jika melihat prinsip keluarga papa mertua, hanya satu persen kemungkinan mereka menjalin hubungan dengan mafia secara diam-diam. Tidak mungkin papa mertua sudi mencoreng nama baik keluarga hanya demi berbisnis di dunia hitam.Tapi, aku pun tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Kalau mereka saling berhubungan pun, mungkin hanya antara Alex dan kelompok BDS. Kerja s
Tatapan Ray begitu sensual. Dia seolah menelanjangi tubuhku hanya dengan mata coklat gelap itu. Rasa gugup yang baru saja aku rasakan menguap begitu saja."Apa yang harus aku lakukan, Bos?""Mudah. Mulai sekarang, jangan datang ke sini dulu."Aku mengerutkan kening. Tidak paham mengapa dia meminta aku menjauh darinya sampai tidak diizinkan datang. Bukankah aku kupu-kupu favoritnya? Apa dia akan membuangku karena aku memiliki suami yang berhubungan dengan kelompok BDS?Spontan aku mengutuk Alex dalam hati. Mengapa juga dia harus kebanyakan tingkah? Tidak! Seharusnya aku tidak bilang tentang apa yang dilakukan suamiku kepada Ray sejak awal. Tapi, itu juga tidak benar. Aku tidak berani membohongi Ray dan tidak mau menyembunyikan sesuatu darinya."Kenapa, Bos? Apa kau tidak membutuhkan aku lagi?" Akhirnya aku bertanya."Aku selalu butuh kau, Baby. Jangan khawatir, aku akan memberimu bayaran dua kali lipat dari yang biasanya selama kau tidak datang. Setuju?"Mataku langsung berbinar-bina
"Kok, Mas Alex sepertinya meremehkan aku? Jangan begitu, Mas. Biarpun aku hanya lulusan SMK, aku langganan juara satu dari kecil. Lagi pula, aku juga tidak minta posisi tinggi. Cukup menjadi karyawan biasa."Lagi-lagi, Alex berdecih menghina. Sikap Alex sungguh menguji kesabaranku. Ingin sekali aku siram wajahnya dengan kopi. Apa salahnya lulusan SMK? Banyak orang sukses yang bahkan tidak menamatkan sekolah!"Semua karyawan, termasuk karyawan biasa di Arion Group, pernah menempuh pendidikan tinggi. Dengan ijazahmu, kau hanya bisa jadi petugas bersih-bersih.""Tidak masalah. Aku mau, Mas.""Apa kau gila?! Kau sudah menikah denganku. Mau ditaruh di mana mukaku kalau semua karyawan tahu istri direktur yang sebentar lagi jadi presiden direktur mereka jadi tukang bersih-bersih?!"Suara Alex melengking tinggi. Aku pun terkekeh-kekeh geli."Ya, mukamu tetap di kepala, Mas. Mau dipindah ke mana lagi?""Maksudnya bukan secara harafiah! Bicara denganmu cuma bikin capek hati dan pikiran! Hal se
"Kau datang sendiri? Di mana Alex?" sinis mama mertua."Iya, Ma, aku ke sini sendirian. Mas Alex sakit dan sedang istirahat di rumah, Ma."Mama mertua berdecak-decak."Apa yang kau lakukan sebagai istri? Alex itu tidak mudah sakit. Giliran menikah denganmu baru beberapa hari saja sudah jatuh sakit!"Anakmu kemarin malam tertembak, Ma!Ingin aku menjawab seperti itu. Tapi, mama mertua jelas tidak akan percaya ucapanku.Kalaupun percaya, aku tidak bisa mengatakannya. Takut mama mertua akan pingsan mengetahui rahasia anak kebanggaannya."Mas Alex kelelahan bekerja, Ma. Cuma demam biasa saja. Mama tidak perlu khawatir.""Lalu, buat apa kau datang ke sini dan bukannya merawat suamimu?"Lihat, mulut mama mertua saja sampai berkedut-kedut ke atas. Jelas sekali mama mertua sangat tidak menyukaiku.Kenapa? Apa karena aku dari desa? Atau latar belakang pendidikanku? Mungkinkah ... karena parasku?Bukan hal yang aneh mengingat kecantikanku hanya mempan terhadap kaum Adam. Sebaliknya, para wanita
"Hai, Kat!"Alexa baru saja datang dan bergabung ke meja makan. Kecanggungan aneh pun hilang ditelan suara nyaring kembaran Alex itu."Hai, Kak Alexandra.""Ih, jangan panggil aku kakak! Panggil Alexa atau Lexa saja. Aku tidak mau terlihat lebih tua dari kembaran jelekku."Aku tersenyum manis dan mengacungkan ibu jari sebagai tanda setuju. Maksudnya, aku setuju waktu dia bilang kembarannya jelek. Alex memang jelek kelakuannya."Ini masakan darimu, Kat?" "Iya, coba cicipi."Alexa duduk di sebelahku, kemudian mengambil segunung nasi dan lauk. Dia mengingatkanku kepada Alex yang porsi makannya juga banyak."Kau memang mirip sekali dengan mas Alex. Dia juga banyak makan." Aku terkekeh-kekeh canggung karena tidak sengaja mengeluarkan isi hatiku."Jangan mulai, ya, Kat! Aku jadi kehilangan nafsu makan saat mendengar orang membandingkanku dengan si jelek itu. Kami berdua hanya statusnya saja kembar, tapi sebenarnya kami sangat berbeda ... jauuuuh sekali!" Begitu kata Alexa, tetapi dia tetap
"Sebenarnya, aku bisa langsung mengabulkan permintaanmu, Kat, tapi apa Alex sudah mengizinkanmu?""Kalau soal itu ... aku ingin memberi kejutan pada Mas Alex. Selain orang tuaku, aku juga ingin sekali-kali membelikan sesuatu untuk suamiku, Pa."Papa mertua tidak bisa lagi membendung air mata. Diambilnya sapu tangan untuk menyeka matanya yang memerah dan basah."Aku tidak salah menjadikanmu menantu, Kat. Alex beruntung sekali memiliki istri seperti dirimu.""Papa ...."Aku juga sedikit terharu. Papa mertua memiliki sikap yang sangat hangat dan baik sekali kepadaku. Bahkan, orang tuaku sendiri tidak pernah memujiku seperti beliau. Tanpa aku sadari, rasa hormatku kepada papa mertua tumbuh semakin dalam."Tapi, aku tidak bisa memberikan apa yang kau mau, Kat."Suara pintu berderit lirih. Aku melirik sekilas ke arahnya, mendapati mama mertua dan Sabrina beranjak pergi. Mereka mungkin muak mendengar kasih sayang papa mertua padaku.Dan aku juga baru ta