Presley melompat dari kursinya. Fakta kalau mereka baru saja berciuman segera terlupakan. Udara meningkat dalam sekejap.“Apa maksudmu, Ariston. Bagaimana kau tahu tentang wanita itu? Kau memata-mataiku? Atau kau yang melakukannya?” lontarnya marah.“Maksudmu membunuh wanita malang itu? Kau tahu kesukaanku bukan darah, meski mungkin itu pertunjukan menarik.”“Kau sinting.”“Sama sintingnya dengan tuduhanmu.”Presley mencoba membaca ekspresi Ariston, meski itu bukan hal mudah.“Apa kau memata-mataiku?” tanyanya curiga. Hanya itu alasan masuk akal kenapa Ariston tahu tentang wanita itu.“Itu membuatmu terkejut?”“Kenapa kau melakukannya? Untuk melihat seperti apa aku melanjutkna hidup atau untuk melihat sejauh mana kemampuanku dalam menyelidiki kematian adikku?” bisiknya sinis. Matanya menyipit saat bertemu pandang dengan Ariston.“Rahasia mengerikan apa yang sangat ingin kau sembunyikan sampai kau harus melakukan tindakan kotor ini? Apa nyawa manusia benar-benar tidak berharga bagimu,
“Setelah kecelakaan hebat yang dialaminya Ariston menjadi sosok yang lebih misterius dari sebelumnya. Calon pewaris Kavakos itu bahkan tidak bersedia di wawancara untuk alasan apa pun.”Presley kembali membaca informasi yang tertera di layar ponselnya. Tangannya dengan cekatan mengetik kalimat di mesin pencarian dan hanya butuh waktu sekejap informasi yang dia inginkan sudah tersedia.“Dan meski sudah memiliki pulau prbadi ternyata Ariston merasa hal itu tidak cukup. Kembali miliuner Yunani itu membeli sebuah hunian pribadi di pulau Naxos dan sekali …”Presley menghentikan kegiatannya saat merasa ada yang salah. Kenapa tidak ada bahasan tentang orang tua Ariston? Apa yang terjadi dengannya? Dengan masa kecil Ariston? Hanya ada informasi tentang Ariston di asuh oleh pengasuh. Lalu … apa yang terjadi dengan orang tuanya?Presley yang frustrasi menjambak rmabutnya sendiri. pasti ada yang disembunyikan Ariston, tapi apa? Kenapa menemukan informasi tentang Ariston sama sulitnya melihat pri
Tidak ada apa pun. Kosong. Presley mengangkat kepalanya, menatap Ariston yang berdiri di ujung pintu sambil bersedekap. Apa pria ini sedang mempermainkannya?“Apa maksudmu dengan memberikan kotak kosong ini?”Ariston berjalan, sama sekali tidak terpengaruh dengan suara Presley yang meninggi.“Kau mau tahu bukan kenapa adikmu memutuskan bunuh diri?”“Apa?”Ariston meraih gelas minumnya dan meneguk isinya. Pandangannya sekarang terarah pada Presley.“Hadiahnya ada padaku, Presley.”“Jangan main-main denganku, Arsiton katakan apa maksudmu dengan memberikan kotak kosong ini padaku.”“Aku akan menjawab satu pertanyaanmu. Satu. Sebagai hadiah untukmu.”Kebingungan adalah apa yang mendominasi Presley. Dia tahu Ariston bukan orang yang mudah ditebak, tapi memberi hadiah dengan cara seperti ini?“Dan bagaimana aku yakin kalau kau berkata jujur dengan jawaban yang kau berikan?”Wajah Ariston mengeras mendengarnya. “Karena aku orang yang berpendirian, Presley. Aku benci ketika orang-orang berboh
Presley tidak pernah merasa seburuk ini saat bekerja menjadi pelayan. Pandangan menghina dan merendahkan bisa dia atasi, hal itu sudah biasa baginya, tapi bisik-bisik dan ucapan sinis ditujukan secara terang-terangan? Orang-orang yang melihatnya bahkan tidak segan-segan menunjuk dirinya hanya untuk membuktikan keberadaannya.Presley sekali lagi berusaha mengabaikan tatapan penuh minat dari wajah-wajah para tamu undangan Ariston. Dia berjalan mengitari setiap meja dan mulai mengisi gelas yang kosong.“Siapa sangka menjadi kekasih seorang miliuner ternyata tidak menjamin hidupmu.”Tangan yang sedang mengisi gelas panjang membeku mendengar ucapan yang sengaja dilakukan agar dia dengar.“Tunangan? Wawancaranya pasti berjalan buruk. Sejak kapan selera Ariston berubah? Seorang pelayan? Yang benar saja!”Presley memejamkan mata, berusaha mengabaikannya. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya, seolah tidak mendengarnya. Pesta ini semewah yang bisa dia bayangkan. Semua tamu datang mengenakan pak
Ariston menghempas tubuh Presley kasar begitu mereka berada di kamarnya.“Kau pikir apa yang kau lakukan? Kau baru saja mempermalukan dirimu sendiri!” teriak Ariston marah, berhasil membuat Presley berjengit.“Itu bukan urusanmu! Apa yang kulakukan tidak ada hubungannya denganmu,” salak Presley sama marahnya. “Sekarang, jika kau sudah selesai biarkan aku pergi,” tukas Presley berapi-api. Air mata membuat pandangannya mengabur tapi Presley bahkan tidak berusaha mencegahnya.“Jangan berani-beraninya kau …”Tapi Presley mengabaikannya. Dia tetap melangkah dan bersiap membuka pintu.“Brengsek!”Tangan yang sudah memegang daun pintu berhenti saat Ariston menarik tubuhnya dan mendorongnya ke dinding, menciumnya buas. Saat bibir mereka bertemu gairahpun membara diantara mereka. Ledakan gairah itu begitu primitif hingga terasa bagai terperangkap di pusaran air.Presley hanyut, pikirannya kacau balau tak sanggup menghadapi ledakan yang terjadi pada dirinya. Bibir Presley terbuka menerima desak
Presley menatap wajah Ariston yang dibingkai sinar bulan sehingga terlihat seperti siluet malaikat tanpa hati. Wajah itu begitu kaku dan dingin.“Maksudmu …,” Presley kesusahan mengumpulkan kata-katanya. Bagaimana bisa anak kecil melalui kejadian berat seperti itu?“Jangan menatapku seperti itu, aku menceritakan ini bukan untuk mendapatkan rasa kasihanmu, Presley. Aku sudah melewati masa itu.”“Pasti berat. Memiliki orang tua yang bahkan tidak menyadari kehadiranmu.”“Ouh mereka menyadari keberadaanku. Ariston Kavakos pewaris Kavakos yang terhormat. Anak yang dipilih dan berbagai julukan lainnya,” balas Ariston sinis. Kepahitan dalam suaranya membuat Presley yakin kalau luka itu masih ada.Inikah alasan dibalik kesinisan Ariston pada hubungan dan juga wanita?“Apa ibumu tidak pernah menjengukmu setelah … dia pergi?”Ariston mengangkat bahu. “Aku tidak tahu dan sejujurnya aku tidak peduli. Aku sudah belajar bahwa berharap hanya akan menimbulkan rasa sakit. Aku menjauhi semua ikatan yan
Presley mengintip lewat bulu matanya saat melihat Ariston berdiri menuju kamar mandi. Pria itu sama sekali tidak terusik dengan ketelanjangannya. Begitu pria itu berada di bilik kamar mandi, Presley buru-buru bangun dan menyambar lemari Ariston.Tangannya dengan cekatan mengambil salah satu kemeja Ariston dan memakainya dengan cepat. Presley menggulung rambutnya, sebelum berlari kearah pintu. Dia berjalan mengendap-endap seperti pencuri karena tidak ingin ada orang yang melihatnya. Penampilannya saat ini bisa dikatakan seperti orang yang baru diterjang badai.“Huft,” desahnya lega begitu berada di dalam kamarnya sendiri. Presley buru-buru mandi dan mengganti pakaiannya dengan seragam. Saat dia meraih stoking, pandangannya tanpa sengaja tertuju pada laci yang ada di dekat ranjang. Hati-hati dan berusaha mengabaikan jantungnya yang berdetak kencang, Presley membuka lacinya hanya untuk menyadari kalau dia telah kehilangan botolnya. Bagaimana bisa? Pikirnya panik. Dia ingat dengan jelas m
“Pergilah, sebelum orang-orang melihatmu dan mereka mulai curiga,” ucap Presley setelah tersadar dari lamunannya. Dia lelah luar biasa dan pembicaraan dengan Ariston tidak pernah berjalan mudah.Kedua tangan Ariston dilipat di depan dada. Tatapannya yang mengintimidasi menyapu tubuh Presley. Matanya tidak menyiratkan ekspresi apa pun.“Kenapa kau tidak datang, Presley?”“Karena aku tidak punya kepentingan untuk mendatagi kamarmu, Ariston. Aku bekerja di sini sebagai pelayan, bukan menjadi pengisi ranjang sialanmu. Sekarang, jika ucapanku sudah cukup memuaskanmu sebaiknya kau pergi,” ucap Presley lelah. Dia berjalan menuju pintu dan membukanya. Mereka berdua beradu pandang untuk waktu yang lamanya terasa berabad-abad.“Kau tahu kalau ucapamu tidak masuk akal bukan?” Ariston melangkah mendekati Presley layaknya predator yang siap melahap mangsanya.“Jangan …” Presley mengkeret ke sudut ruangan, merasa rapuh dan juga putus asa.Satu sudut mulut Ariston terangkat. “Kenapa? Takut pada diri