"Kurang ajar! Jadi penyusup itu kalian, hah?" teriak salah seorang lelaki di ujung ruangan sana, ia memegang senapan bersiap untuk menembak kami.Jantungku berdetak sangat kencang, seumur hidupku aku baru pertama kali memegang senjata api seperti ini, tetapi aku harus bisa, aku harus berani, karena jika aku tidak melawan maka mereka duluan lah yang akan menembak kami.Saat ini aku dan Kak Dimas menodongkan pistol ke arah lelaki itu, sedangkan lelaki itu tak mau kalah, ia juga menodongkan senapan ke arah kami."Apa tujuan kalian datang kemari, hah?" tanya lelaki itu membentak."Turunkan senjatamu sekarang juga!" ucap Kak Dimas dengan suara penuh penekanan."Kamu siapa? Berani-beraninya kamu menyuruhku, justru kalian yang harus meletakkan senjata api itu!" Tiba-tiba ada sebuah belati melayang di sela-sela kami berdiri dan mendarat tepat di dada lelaki itu hingga membuat ia tersungkur ke lantai.Aku menoleh ke belakang ternyata yang melemparkan belati itu adalah Mbak Wati.Di saat yang
Aku dan Kak Dimas sontak menoleh ke arah pintu depan, terdengar suara beberapa langkah kaki mendekat."Kalian berdua ke sana, biar Kakak disini dan jangan lupa siapkan senjatanya!" bisik Kak Dimas.Aku dan Mbak Wati pun segera bersembunyi di balik dinding sebelah kiri, sementara Kak Dimas bersembunyi di balik dinding sebelah kanan. Senjata api pun sudah kusiapkan di depan wajah."Ayo, cepat kalian cari mereka di dalam!" teriak salah satu orang itu.Suara langkah kaki pun terdengar mendekat, lalu beberapa detik kemudian masuklah dua orang penjaga yang membawa senapan panjang.Di saat itu juga aku langsung menembak kepala orang itu, hingga membuat ia terkapar di lantai dengan darah yang mengalir deras. Sementara Kak Dimas menembak orang kedua, ia juga sama menembak lelaki itu di bagian kepalanya. Suara erangan dua orang itu cukup mengalihkan perhatian para penjaga lain yang masih ada di ruangan depan, Kak Dimas menoleh ke arahku memberi kode untuk bersiap.Tak berselang lama terlihat t
Tetapi aku tidak hilang akal, dengan sekuat tenaga aku menggigit bibir lelaki itu dan kali ini ia tidak berhasil melepaskan diri dari gigitanku."Aaarrggghhh!""Aaaargghh!"Ia terus mengerang kesakitan hingga akhirnya ia berusaha bangkit, dan di saat itu pula aku menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini air liurku terasa asin, mungkin gigitan itu menyebabkan luka berdarah pada bibir lelaki itu.Aku merangkak menjauh dengan meraba rerumputan, berharap bisa menemukan belati yang di bawa lelaki itu. Aku harus bisa membunuh baj*ngan ini, saat ini juga!Terus meraba ke segala arah, tetapi aku tidak menemukan belati itu. Hingga aku memutuskan untuk bangkit berusaha melarikan diri. Saat melangkahkan kaki, tiba-tiba tanpa sengaja aku menendang sebuah batu yang sudah di tumbuhi lumut. Tidak ada pilihan lain, aku pun mengambil batu itu untuk berjaga-jaga jika lelaki itu berhasil menikamku lagi.Aku melanjutkan langkahku di dalam kegelapan hingga akhirnya tubuhku terjatuh karena menabrak sebuah
(POV BU SULIS)Tiga puluh tahun silam Mas Bayu kepergok berselingkuh di belakangku, yang membuatku sakit suamiku itu kerap menemui wanita itu secara diam-diam. Sedangkan aku di rumah sambil mengasuh anak ke tiga kami.Saat aku bertanya, kenapa ia pulang malam? Ia selalu mengatakan jika ia habis mencari angin dengan bapak-bapak di pos ronda, tetapi aku ragu dengan jawabannya karena setiap ia pulang pasti ada aroma parfum wanita yang menempel di bajunya.Seperti malam ini, Mas Bayu pulang larut malam lagi. Entah apa yang ia lakukan dengan selingkuhannya itu di luar sana. Sedangkan aku, semalaman begadang untuk mengurus bayi kami yang rewel. Tetapi aku hanya bisa diam, berbicara pun rasanya percuma karena pasti ujung-ujungnya kami bertengkar."Aaahh, tuh anak nangis terus susui dulu sana! Berisik tau nggak, ganggu tidurku aja!" ujar Mas Bayu sambil melemparkan bantal ke arahku.Aku langsung menoleh menatap lelaki itu dengan tatapan tajam, aku sudah muak dengan tingkah lakunya yang selalu
(POV BU SULIS)Dahulu aku tidak pernah ikut program keluarga berencana, sehingga setiap tahunnya aku selalu melahirkan seorang anak. Tetapi di saat mengandung anak ke tiga Mas Bayu malah berselingkuh dengan janda itu.Tentu saja aku tak terima anak pertamaku dibawa olehnya, dan hari itu juga aku mencari informasi keberadaan Mas Bayu di Kota. Akhirnya aku berhasil mendapatkan alamat rumahnya setelah ibu berhasil menyuap banyak orang untuk buka suara."Ingat Lis, balas sakit hatimu itu dengan cara cantik dan jangan lupa bawa Gilang kembali ke rumah ini!" ucap Ibu ketika aku hendak pergi.Di kota akhirnya aku berhasil menemukan tempat tinggal Mas Bayu dan Rista yang baru, yang membuatku miris ternyata mereka mengontrak sebuah rumah kecil di permukiman warga yang kumuh.Meski wajah Rista sudah tidak cantik lagi ternyata hal itu tidak memudarkan cinta Mas Bayu padanya, bahkan yang ku dengar dari para tetangga mereka juga sudah menikah. Seandainya Mas Bayu setia, tentu ia akan hidup enak be
(POV BU SULIS)Tahun demi tahun berganti dengan cepat, kini ke dua anakku sudah tumbuh dewasa. Sejak menginjak remaja pun aku sudah mengenalkan bisnis rahasia ini pada mereka.Awalnya aku takut mereka akan menolak mengembangkan bisnis ini, tetapi karena aku sering memanjakan mereka dengan uang banyak akhirnya mereka pun bisa menerimanya. Karena yang terpenting bagi kedua putraku itu ia bisa menikmati hidup enak tanpa kekurangan uang. "Bu, aku menyukai Sarah, salah satu wanita yang bekerja di apartemen ini, dan aku juga sudah berhasil menjalin hubungan baik dengannya. Apa Ibu setuju jika aku menikahinya?" tanya Rama.Jujur aku tidak setuju dengan keinginan anak bungsuku itu, seharusnya ia menikah dengan gadis desa saja, karena aku lebih suka gadis desa yang polos ketimbang gadis kota yang terpelajar."Rama, di desa kita itu juga ada banyak gadis yang cantik, kamu tinggal pilih mau yang mana biar Ibu yang lamarkan untukmu," jawabku."Tapi aku sudah nyaman dengannya, Bu dan aku ingin men
(POV BU SULIS)Hingga tiba saatnya Rama dan Sarah kembali ke desa, aku menyambut baik wanita itu dan memperlakukannya bagaikan ratu di rumah ini. Dengan harapan Sarah mau menerima bisnis rahasia yang kujalani, nantinya.Setelah ia melahirkan, aku begitu bahagia karena ternyata bayi yang di lahirkan Sarah di hargai dengan harga yang sangat fantastis lantaran bayi mungil itu memiliki paras yang sangat cantik seperti ibunya. Akhirnya kami bertiga menikmati hasil penjualan bayi itu untuk bersenang-senang di kota meninggalkan Sarah di rumah. Satu hari satu malam kami menginap di apartemen untuk berpesta dengan mengundang beberapa rekan bisnisku.Namun, saat kami pulang ke desa aku terkejut kala mendengar kabar jika Edy menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun. Edy merupakan pengawal yang paling kupercaya dan ia juga orang yang paling bisadiandalkan ketika aku memberinya sebuah perintah.Aku mencoba menyelidiki kasus menghilangnya Edy, dengan berbagai cara tetapi tetap saja aku tidak men
(POV SARAH)"Gawat! Nyonya Sulis dan Tuan Rama datang," ucap wanita itu panik.Ternyata pertempuran ini belum selesai, aku segera meneguk segelas air hingga tandas"Ayo kita lawan mereka!" ucapku sambil menatap mereka dengan tatapan yakin.Sementara Kak Dimas terlihat berpikir sejenak, lalu ia mengambil senapan dan mempersiapkannya."Gawat, mereka datang dengan banyak pengawal dan mereka juga membawa beberapa orang wanita. Bagaimana ini?" tanya salah satu wanita yang menjadi tahanan ibu.'Beberapa orang wanita? Apa mereka membawa para tahanan di ruang bawah tanah itu, kesini?" gumamku pelan.Mereka semua terlihat panik, ada yang berlari kesana-kemari untuk mencari tempat persembunyian dan ada juga yang bersemangat untuk ikut melawan Sulis dan kedua anaknya."Ayo kita lawan mereka, kalian ambil senjata yang ada untuk berjaga-jaga!" ucapku tegas."Kalian di sana dan kalian di sini bersamaku," titah Kak Dimas.Akhirnya kami bersiap sambil bersembunyi di balik pintu besi, ada yang berdir