Happy Reading Semuanya!Otaknya benar-benar kosong, sangat kosong mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Irene sepertinya sebentar lagi akan menjadi orang gila mengingat orang yang membuatnya menjadi seperti ini, ia sama sekali tidak tahu harus berkata apa-apa lagi untuk menghadapi kehidupannya sekarang ini, semuanya berputar seperti mimpi buruknya. Masalahnya belum selesai tapi sudah mengakar kemana-mana.Bahkan hari yang seharusnya ia melarikan diri tetap hadir membayangi dirinya. Ia tidak ingin melakukan pernikahan dengan orang yang membuatnya hampir gila seperti sekarang ini."Irene," panggil MiraTidak ada sahutan."Irene," panggil Mira lagi.Gadis cantik itu tampak menoleh kearah sang kakak yang kini tersenyum manis."Kenapa melamun?" tanya Mira"Enggak," ungkap Irene."Enggak apanya? Kakak sudah memanggil kamu dari tadi, kamu hanya melihat kosong kearah depan."Irene hanya tersenyum singkat dan menghela napas pelan, memang benar dirinya melamun karena mengingat kelakuan gila
Happy Reading Semuanya! “SAH!” Seruan terakhir yang menggema di seluruh ruangan membuat Irene dengan Rangga resmi menyandang sebagai suami dan istri. Rencananya tadi ia memang ingin kabur tetapi melihat tatapan dari ibunya Rangga dan ayahnya membuat nyalinya terasa ciut. “Silakan untuk kedua mempelai memasang cincin sebagai tanda kalau kalian sudah menikah,” Rangga tersenyum sembari memasangkan cincin di jari manisnya. “Kamu cantik hari ini,” bisik Rangga tepat di telinga Irene . “Jadi sebelumnya saya enggak cantik, semua orang mengakui kalau saya cantik setiap hari.” Rangga terkikik pelan, “Tapi hari ini cantiknya double dan saya semakin suka.” Irene bergidik ngeri mendengar jawaban dari sang suami barusan. Memang tidak bagus mengajak bicara seorang Rangga di saat seperti ini. Tangan Irene memasang cincin hasil request kemarin pada jari manis milik Rangga dan membiarkan lelaki yang kini menjadi suaminya itu mengecup keningnya lembut. Tadinya Irene ingin sekali mendorong
Happy Reading Semuanya! Irene sibuk mengurung diri di dalam kamarnya sebelum mereka pergi menuju tempat yang namanya bulan madu. Dan sekarang orang yang bisa ia suruh adalah Rangga, suaminya mendadak jadi pembantunya untuk mengambilkan makanan untuknya dan sekarang lelaki dengan wajah rupawan tampak mengambil ice cream untuknya. "Mas ngambil ice cream saja lama sekali! Mas mengambilnya di Hongkong?" tanya Irene kesal. "Bukan, Mas membuat jus dulu." "Alasan!" kesal Irene. Rangga hanya menghela napas pelan dan memberikan mangkuk berisi ice cream yang seperti biasa di sediakan untuk mendinginkan kepala Irene ketika pusing dengan urusan kantor. "Apa yang kamu bilang dengan Mira?" tanya Rangga setelah mengunci kamar mereka. "Enggak ada," "Jangan berbohong, mas tahu semuanya sayang." Perempuan cantik itu berdecak pelan, "Kalau sudah tahu kenapa pakai tanya segala? Nyebelin banget sih!" kesal Irene. Rahang Rangga mengeras. Lelaki dengan wajah tampan itu tampak mengukung tubuh Iren
Happy Reading Semuanya!Selama di perjalanan Irene hanya melamun memandang keluar jendela dan Rangga yang melihat itu hanya menghela napas pelan. Apakah sebegitu berat untuk menikah dengannya? Tangannya mengusap kepala Irene lembut, Rangga masih memikirkan cara agar Irene luluh pada dirinya walaupun kenyataannya sangat sulit untuk lelaki itu lakukan."Irene," panggil Rangga"Heumm..." "Irene, kamu ingin makan apa? Perjalanan ini akan panjang,"Istrinya tampak tidak menjawab. Pikirannya sudah terbang jauh dan menanggapi luka kakaknya yang tidak ia sadari.“Mas tahu apa yang menjadi awal mula terjadinya luka hati?” tanya IreneRangga menghela nafasnya pelan, “Mungkin karena sebuah perbedaan yang bisa menimbulkan gesekan dan gesekan itu menjadi konflik yang bisa menyakiti hati satu orang dan lainnya.” Tatapan mata Irene tidak lepas dari dirinya saat ini, tatapan sayu dari sang istri untuk dirinya.Tangannya mengusap lembut kepala sang istri di sebelahnya itu, Rangga sudah menduga jika
Happy Reading Semuanya! Rangga memberikan kecupan panas pada bahu Irene dan membuat bulu roma perempuan muda di depannya itu berdiri tegang, sebuah kecupan yang pertama kali Irene rasakan dalam hidupnya. Tangan Irene mencengkram erat pinggiran bathup saat kecupan panas dari sang suami tampak turun ke bawah dan berhenti pada punggu di bagian tengah. “M-mas,” desis Irene “Kenapa kamu seperti ular Irene ? Mendesis yang membuat saya semakin jatuh dan menginkan lebih,” bisik Rangga tepat di telinga Irene . Mungkin kalau ia menceritakan ini pada teman-temannya yang memiliki otak miring mereka akan membayangkannya, sumpah Irene saat ini merinding bercampur menjadi satu apalagi suara Rangga yang membuatnya seperti di hadang dosen killer dan tidak bisa kabur begitu saja. Sama seperti kehidupannya sebagai mahasiswa di Kampus. “Irene boleh saya menghisap bukit kembar kamu?” “Mas saya mengantuk, ayo kita selesaikan acara mandi kita.” Ajakan dari Irene membuat Rangga memasang wajah ke
Happy Reading semuanya! “Kalau saya minta hak saya sama kamu—kamu mau ngelakuinnya?” Wajah perempuan muda dengan nama Irene itu langsung merah merona mendengar perkataan dari lelak yang menjadi suaminya. Ayolah saat ini Irene harus menanggung malu karena Rangga mengatakannya tepat di depan resepsionis hotel tempat mereka akan honeymoon, walaupun pegawai hotel tidak mengerti perkataan mereka berdua tapi tetap saja. Rasa malu masih ada. “Mas bisa bicaranya nanti saja enggak? Walaupun si Mbak nya enggak bisa bahasa Indonesia tapi tetap saja itu urusan nanti,” sela Irene membuat Rangga terdiam. “Tapi Mbak nya bisa di jadikan bukti, kalau kamu menolak ya sudah dan kalau kamu menerima ada buktinya yang bisa saya tagih!” seru Rangga. Irene hampir saja ingin meninju lelaki di depannya itu. Bagaimana bisa ia di anugerahi takdir yang seperti ini? Sepertinya Irene akan mengalami hipertensi berkala nantinya. “Mas, saya cape loh! Dari Indonesia terus transit dulu dan terbang ke sini! Ta
Happy Reading Semuanya! Ini bukan Jakarta yang bisa Irene pergi seorang diri, tapi ini Korea Selatan dan ia sendiri belum begitu fasih berbahasa inggris ataupun Korea agar mudah berkomunikasi. Langkahnya berjalan mengikuti Rangga di depannya menyusuri jalanan penuh dengan bunga yang tengah mekar. Tubuh Rangga berbalik memperhatikan Irene menubruk punggung belakangnya, perempuan muda yang sudah sah jadi istrinya itu benar-benar seperti anak ayam yang mengikuti induknya kemana pun sang induk pergi. Tangan Rangga menarik lembut Irene dan menggandeng tangannya untuk berjalan beriringan. “Bagaimana? Pemandangannya cantik, ‘kan?” tanya Rangga “Iya, cantik.” “Mau foto?” tawar Rangga Iris mata Irene memperhatikan pemandangan sekitarnya yang tampak sangat cantik, sepertinya ia tidak boleh melewatkan hal ini. Meskipun hatinya tidak ada di sini dan berada bersama dengan sang kekasih, tetapi ia mencoba untuk memenuhi hati keinginan Rangga. Kepala Irene mengangguk dan mengeluarkan pons
Happy Reading Semuanya! Mira berusaha untuk menyembuhkan lukanya sendiri setelah mendengar semua perkataan dari sang adik, setelah dipikir-pikir lagi. Irene tidak pernah berbohong soal apapun itu, adiknya selalu jujur tentang perasannya pada mereka dan tidak ada kebohongan. Mira tahu jika suaminya begitu mencintai Irene. Ia sangat tahu. Bahkan suaminya menolak panggilannya karena ia sudah bersama dengan orang tercintanya, membayangkannya saja sudah membuat hatinya mendadak sakit. Mira sibuk menggigiti kukunya menunggu kabar dari sang suami yang sampai saat ini belum menghubunginya, padahal Mira jamin kalau keduanya pasti sudah sampai di negara bulan madu mereka. adiknya juga tidak ada kabar ke orang tua mengenai keberadaan sang adik. “Ma, kenapa Irene belum kasih kabar? Enggak terjadi sesuatu kan sama mereka?” tanya Mira sembari duduk di hadapan sang ibu yang sedang membaca buku kebudayaan. “Mungkin mereka lagi istirahat karena penerbangan ini makanya belum kasih kabar, tunggu saj