"Hu ... hu ... Aku takut sekali, terimakasih tuhan kau masih bersedia membantuku menjaga kesucianku," gumam Freya sambil merapikan cd dan celananya. Setelah itu dia langsung berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil kemeja milik Kenzi untuk dia pakai.
Setelah memakai kemeja Kenzi yang pastinya sangat kebesaran di badannya, dan membuat Freya nampak seperti kunti dengan rambut yang acakadul seperti itu. Freya pun menggunakan kain seprai dan selimut yang dia sambung untuk turun dari lantai tiga mansion itu.Kenzi memang tak mengunci jendelanya, dan hanya mengunci pintu kamar itu saja. Karena pastinya dia tak pernah menyangka Freya akan seberani itu untuk melarikan diri dari lantai 3. Namun kenyataanya, dia telah meremehkan seorang Freya.Setelah berhasil turun dari lantai 3, Freya pun berusaha keluar dari gerbang dengan mengelabuhi para penjaga dan untungnya dia berhasil. Dia pun keluar dari mansion itu dan terus berlari tanpa menengok ke belakang. Yang ada dipikirannyaSuami istri itu pun saling beradu pandang, seolah mengisyaratkan sesuatu yang entah apa itu. Sang suami segera merogoh sakunya dan mengambil Hp untuk sejenak mengetikkan pesan singkat, yang entah dia kirim untuk siapa.Tak lama setelah itu, mobil yang mereka tumpangi pun berhenti. Freya di tuntun oleh si wanita itu untuk masuk ke dalam, namun Freya tetap berjalan sambil terus menundukkan kepalanya hingga dia di minta untuk duduk di sofa."Tunggu sebentar ya, bibi ambilkan minuman dulu untukmu supaya kau lebih tenang," Wanita itu pun melenggang menuju dapur untuk mengambilkan Freya segelas air."Ini, minumlah!" Sekembalinya dari dapur dia menyodorkan segelas air itu pada Freya, dan dia pun meneguk habis air itu."Sayang, kau temani dia dulu di sini. Aku akan ke atas sebentar," Sang suami pun segera naik ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan.Brak!!"Kenzi!" serunya sambil menendang daun pintu ruangan itu dengan kasar, sampai-samapi pintu yang tadinya terkunci itu rusak dan terbuka
"Ke-Kenzi?" badan Freya mendadak gemetar saat mendengar nama yang paling tidak ingin dia dengar lagi itu kembali di sebut.Nayla Dewangga, Ibu dari Kenzi yang saat ini duduk di sebelah Freya pun melihat dan menyadari ketakutan Freya saat mendengar nama anaknya di sebut. Dia pun berusaha menenangkan Freya dengan memeluk tubuh gemetar Freya itu."Tenanglah, dia tidak akan berani menyakitimu," ucap Nayla lirih, sambil mengusap-usap lembut puncak kepala Freya dengan sayang."Jelaskan!" satu kata ampuh yang Ayahnya ucapkan ini, mampu membuat lidah Kenzi kelu seketika."A-apa maksudmu ayah? Aku sungguh tidak mengerti," kilah Kenzi yang masih berusaha mengelak dari kesalahannya."Kau mau menjelaskan semuanya dengan cara baik-baik, atau aku yang harus membuatmu buka suara meski harus menggunakan cara paling kejam?! Kai tau aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, Kenzi Adinata!" sentak Robert dengan sangat-sangat marah."Apa yang harus ku jelaskan Ayah? Dia hanya seorang Jal*ang! Dia gagal
Tak ...Tak ...Tak ...Terdengar suara langkah kaki yang tengah berlari ke arah mereka saat ini. Dan saat sosok itu berada di hadapan mereka semua, mata Freya dan juga Kevin pun auto membulat sempurna dengan mulut ternganga menatapnya.Bugh!!Bagh!!Bugh!!"Kau baji*ngan!" serunya sambil melayangkan pukulannya pada Kenzi.Dan hal itu pun membuat Kenzi tersungkur ke lantai dengan ujung bibirnya yang berdarah. Namun tak ada sedikit pun niatan di hati Kenzi untuk membalas pukulan itu."Apa yang kau lakukan padanya, hah! Aku tau kau memang brengsek! Tapi kenapa kau juga melakukanya pada wanita yang kusukai!? Apa kesalahannya!?" Yups, benar! Dia adalah Vano yang datang terburu-buru setelah mendapatkan pesan singkat dari Robert, yang mengatakan tentang Kenzi yang melecehkan wanita yang dia sukai.Vano yang tadi baru saja tiba di bandara pun, langsung mengemudi ke rumah utama dengan kecepatan tinggi. Bahkan pak Tejo yang harusnya duduk di kursi pengemudi, justru jadi harus duduk di kursi pe
"Kita masuk dulu, bicarakan di dalam saja," Nayla pun mengajak kedua orang tua Freya untuk masuk ke dalam rumah. Namun saat mereka sampai di ruang tengah, suasana di sana sangat canggung. Kenzi masih setia dengan posisinya yang terduduk di lantai dengan lebam di wajahnya. Begitu pun dengan Freya yang masih setia menundukkan kepalanya, juga Vano yang masih setia memandangi Freya dengan sendu."Huft ... sebelumnya aku mau meminta maaf dulu padamu, Varo. Anakku yang brengsek itu, sudah melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan pada putrimu. Jadi aku memutuskan untuk menikahkan mereka, itulah kenapa aku memintamu datang kesini," jelas Robert dengan berat hati.Varo dan Renata pun kaget saat mendengar penjelasan Robert. Mereka menatap lekat pada Kenzi, yang terduduk di lantai. Kemudian beralih pada putri angkatnya, yang saat ini tak berani bersuara dan hanya diam menundukkan kepalanya."Ayah, kenapa kau mau menikahkan Freya dengan Kenzi? Kenapa bukan denganku? Aku mencintainya Ayah!
"Maafkan ayah, Freya. Ayah terpaksa membohongimu, karena ayah tidak ingin kau menanyakan soal keberadaan orang tuamu," Varo menghela nafas berat, "Karena kami juga tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Bahkan aku juga tidak tau, apakah mereka masih hidup atau sudah tiada," Varo pun menatap Freya dengan mata sendu dan penuh rasa bersalah."Tidak! Ayah sedang bercanda kan?" tanya Freya dengan senyum getir di wajahnya, "Ayah tidak sedang serius kan? Ayah tidak akan setega itu membohongiku selama puluhan tahun, kan yah?" Freya melontarkan pertanyaan itu dengan suara yang bergetar menahan semua rasa yang bercampur aduk di dadanya.Berharap! Freya sangat berharap jika apa yang di dengarnya ini hanyalah gurauan belaka.Tapi sayangnya, wajah serius dan penuh rasa bersalah sang ayah sudah menjawab semua pertanyaan Freya."Freya, tenanglah. Ayahmu melakukan itu untuk kebaikanmu. Pekerjaanku, Varo dan ayah kandungmu dulu sangat berbahaya. Kehidupan kami tidak pernah tenang, Freya. Dan ada sat
"Tentu saja mau kabur, memangnya kau mau menikah denganku?!" seru Freya dengan ketusnya."Cih! Siapa juga yang mau menikahi wanita murahan sepertimu?!" gumam Kenzi pelan sambil berjalan ke arah lemari dan mengambilkan tas milik Freya."Nih, tapi memangnya kau mau kabur dari mana?" tanya Kenzi memicingkan matanya."Tentu saja dari tempat yang sama saat aku melarikan diri tadi," jawab Freya melirik jengah pada Kenzi."Memangnya tadi kamu kabur lewat mana?" tanya Kenzi yang belum mengetahui cara Freya kabur."Banyak sekali pertanyaanmu itu, apa kau pertugas sensus?!" seru Freya sambil berjalan ke arah jendela dan memanjatnya."Hey! Kau jangan gila! Kau bisa mati jika lompat dari lantai 3, dan aku juga akan menemanimu jika ayahku tau kau mati di kamarku!" seru Kenzi sambil memegangi lengan Freya."Kau fikir aku ini bodoh? Aku akan turun menggunakan ini! Jadi lepaskan tanganku!" ucap Freya sambil mengangkat tanganya yang memegangi kain seprai yang dia gunakan untuk kabur tadi."Ku kira kau
Meskipun dari awal Freya tau kalau dia memang hanya seorang anak angkat, tapi dia sangat menyayangi kedua orang tuanya itu. Dia tak pernah mau membuat orang tuanya sedih."Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu, Freya. Ayah juga tidak ingin anak Ayah di lecehkan. Dan keluarga Kenzi juga bersedia bertanggung jawab Freya. Jadi apa yang salah?" tanya Ayahnya membuat Freya menundukkan kepalanya dan meremas ujung kemejanya."Maafkan aku Ayah, aku akan menuruti keinginan Ayah," Freya pun akhirnya mengalah. Dalam benaknya, dia tak ingin menyakiti hati kedua orang tuanya. Meskipun mereka bukan orang tua kandung Freya, namun tetap saja merekalah yang mengurus dan menyayangi Freya sejak kecil."Baiklah Varo, kau dan istrimu bisa istirahat di sini malam ini. Nayla dan aku yang akan mengurus semuanya. Besok Freya dan Kenzi akan menikah." Robert pun mengantar Varo dan istrinya ke kamar tamu."Terimakasih Robert," ucap Varo."Ehm ... sudah malam kalian beristirahatlah dulu, besok pagi semuanya akan
"Dasar laki-laki brengsek! Aku membencimu Kenzi! Aku membencimu!" Freya pun masuk ke dalan bathub tanpa melepas pakaian yang masih melekat di tubuhnya.Dia mengisikan air dingin ke dalam bathtub itu hingga penuh.Freya terus menangis sambil meringkuk memeluk lututnya di dalam bathub itu, dia meratapi nasibnya. Dia berangan-angan, jika saja dia tidak menerima pekerjaan itu, jika saja dia tidak bekerja dengan Kenzi, jika saja dia tidak pernah bertemu dengan seorang Kenzi Adinata!"Aaarghh!" geram Freya memukul-mukul air dalam bathub itu, dia sangat menyesali keputusannya. Sangat-sangat menyesal!Sampai satu jam lebih, Freya berendam di dalam bathub itu. Hingga kulitnya memucat dan membiru. Tubuhnya menggigil kedinginan namun tak ada niatan untuknya beranjak dari sana."Apa yang jal*ang itu lakukan? Kenapa dia lama sekali di kamar mandi? Apa jangan jangan ... Shitt!" Kenzi yang menyadari Freya sudah terlalu lama berada di kamar mandi pun, langsung beranjak dari ranjangnya dan menuju kama