"Jangan coba bilang kau tidak melakukan apapun pada Freya di malam hari sebab%&*#.. " Nayla pun sudah masuk gigi empat dan hendak mundur tajam menyenggol Kenzi.Tapi untung nya, Kenzi buru-buru membekap mulut sang ibu. Kalau tidak, maka sudah bisa dipastikan jika ibunya itu akan merangkum semua perkataan nya tadi, plus mengatakan kalau tadi malam Ken juga menggerayangi Freya."%*&(*)(_... Argh!!" Nayla menggigit tangan Kenzi"Auw!! Ibu apa-apaan sih!!" Teriak Ken kesakitan."Kau itu yang apa-apaan Ken!! Pakai menyumbat mulut ibu mu ini dengan tangan mu!! Itu tangan ngomong-ngomong bersih atau tidak!" Seru Nayla sambil mengusap kasar mulutnya."Paling Ken pakai untuk ...." Kenzi tersenyum jahil untuk mengerjai sang ibu.Nayla langsung mengambil tisu dan membersihkan mulut nya."Sudah-sudah!! Ibu keluar sana! Biar aku saja yang mengeringkan rambut Freya!" Kenzi menarik paksa tangan Nayla untuk bangkit dan meninggalkan kamarnya.Kenzi langsung menutup pintu kamarnua, tepat di depan muka i
Akhirnya suapan terakhir pun, masuk sudah ke dalam mulut Freya. Dia meletakkan kembali piring itu, ke atas nakas."Ini minumlah." Kenzi menyodorkan segelas air pada Freya, dan Freya yang ingin ini semua drama memuakkan ini segera berakhir pun, meminum air itu dengan wajah yang masih menunjukkan ketidaksukaannya pada Kenzi."Kau perlu apa lagi?" Tanya Kenzi sambil memperlihatkan gigi putihnya yang begitu sempurna. Berharap setelah perut Freya kenyang, hati nya jadi sedikit senang."Bisakah kau pergi dari kamar ini?" tanya Freya tanpa basa basi ditambah dengan senyum terpaksa, yang sangat jelas terlihat."Tidak!!" Jawab Kenzi masih dengan senyum manisnya."Oke." Freya yang merasa jengah pun, kembali membaringkan dirinya di kasur."Dia tidur lagi! Apa bagian bawahnya masih terasa sakit?" Kenzi sebenarnya sangat ingin menanyakan hal itu, tapi tidak berani ia lakukan.Kenzi ingat sewaktu dia membobol Clarisa, wanita itu terlihat sangat kesakitan padahal rasanya tidak lah sesulit sewaktu Ke
Kriiiing ... Kriiiing ...Jam weker yang terdapat di atas nakas, tepat di sebelah ranjangnya itu pun sudah berbunyi beberapa kali. Namun, si empunya tak juga terbangun dan sadar dari mimpi indahnya."Freya ... Freya ... Bukanya kamu bilang ada interview kerja hari ini?" wanita paruh baya yang cantik itu menggoyangkan perlahan tubuh Freya."Ehmm ..." Gadis cantik yang baru bangun itu menggeliat di atas kasurnya."Bangunlah Freya, Ini sudah siang bukanya kau bilang ada interview hari ini?" ucap si wanita paruh baya tadi, yang membuat Freya auto membuka lebar-lebar kedua matanya."Jam berapa ini?!" gumamnya sambil meraih jam wekernya."Astaga! Mati aku!" Freya pun buru-buru mandi dan bersiap. Lima belas menit kemudian dia sudah selesai berpakaian, Freya berlari dengan terburu-buru keluar dari rumah hingga melupakan sarapannya.Dia menuju ke sebuah halte bus yang berada tidak jauh dari rumahnya, dan betapa beruntungnya saat dia datang bus juga kebetulan baru sampai di halte itu. Freya pun
Tiiiinnn ...Terdengar bunyi klakson yang keras dan panjang dari mobil yang terpaksa berhenti mendadak di depanya, dan membuat Freya hampir saja tertabrak mobil itu.Yang artinya, Freya bukannya mendapat pekerjaan tapi justru akan mendapatkan karangan bunga duka cita, "Aaaa!!!" teriak Freya sambil menutupi wajahnya karena kaget dan ketakutan.Setelah menyadari mobil itu tak sampai menabraknya dan membuat Freya gepeng, dia pun segera menepi dan meminta maaf pada sang pengemudi."Apa kau mau mati, hah!? Kenapa mengerem mendadak? Kau mau di pecat!?" supir itu pun di bentak oleh majikannya."Maaf tuan, nona itu tiba-tiba saja nyebrang, jadi saya kaget dan harus ngerem mendadak," ucap pak sopir meminta maaf pada majikanya itu dengan gemetar."Maaf pak, saya buru-buru." Freya menangkupkan kedua tangan di depan dada dan meminta maaf pada si pengemudi mobil itu, kemudian melanjutkan acara lari maratonnya."Cih!! Dasar perempuan jal*ng! Bisa-bisanya dia berlari di jalanan dengan kostum seperti
"Bisa dilihat dengan sangat jelas kan penampilan macam apa itu? Penampilan seorang wanita penggoda yang sok polos! Dan dia bahkan masih menggunakan trik murahan seperti itu? Pura-pura menabrakku untuk mendapatkan simpati dariku? Benar-benar menjijikkan!" Ken berbicara pada Vano sambil melangkah masuk ke dalam ruangan interview."Kau tidak bisa menilainya dari penampilanya saja. Mungkin saja dia punya alasan sendiri, kenapa pakainya seperti itu." Vano duduk bersebelahan dengan Kenzi di kursi pewawancara."Cih! Alasan apa? Alasan menggoda atasan dengan memamerkan tubuhnya itu? Dan kau masih saja membelanya? Jangan bilang kau menyukainya?" tuduh Kenzi."Menyukainya? Hm ... mungkin saja. Dia cantik, dan juga menarik." Vano memegang dagunya, seolah sedang berfikir dan membayangkan sosok Freya.Kenzi yang mendengar jawaban Vano pun, auto diam karena malas berdebat lagi denganya. Melihat Kenzi yang sudah tidak lagi mengomel, dan marah-marah terus, Vano pun mulai memanggil para kandidat yang l
"Nona Freya anggita, bisa anda jelaskan apa motivasi anda untuk bisa diterima bekerja di perusahaan ini?" Vano pun memulai interview kerjanya."Uang," jawab Freya dengan yakin dan singkat."Maksut anda, nona Freya?" Vano terlihat bingung dengan jawaban singkat Freya itu."Motivasi terbesar saya untuk bekerja di perusahaan anda adalah demi uang, dari sekian banyak lowongan kerja di perusahaan yang saya lihat, perusahaan anda adalah satu-satunya perusahaan yang berani membayar gaji yang besar untuk posisi ini. Maaf kalau saya terlalu jujur, tapi memang itulah motivasi saya," jelas Freya dengan tenang dan jujurnya."Jadi anda memilih melamar ke perusahaan ini karena uang?" Vano mencoba meyakinkan sekali lagi."Yup, bukankah para karyawan bekerja memang untuk menghasilkan uang?" balas Freya."Baiklah nona Freya, kau di terima. Aku melihat CV mu dan itu sesuai standar yang kami butuhkan, dan kau juga adalah orang yang jujur," ucap Vano yang sebenarnya memang mau menerima Freya bekerja di p
"Cukup Vano! Aku tidak mau membahas masalah ini lagi," Kenzi tiba-tiba saja menggebrak meja kerjanya."Berikan dia ruang untuk membuatmu percaya bahwa dia bukan wanita seperti itu, Kenzi. Beri dia kesempatan setidaknya uji coba selama 7 hari kedepan, ok?" bujuk Vano."Terserah kau saja!" Kenzi pun akhirnya mengalah, dia tak ingin berselisih dengan teman satu-satunya yang dia miliki itu hanya karena seorang gadis, Kenzi memilih untuk mengalah dan memberikan Freya kesempatan."Tapi ingat, Vano. Hanya satu minggu dan tidak lebih! Jika dia bisa bertahan dan membuktikan dia tidak seperti yang ku katakan, aku baru akan mengakuinya! Tapi jika dia berani menggoda atau bahkan memanjat ke ranjangku, kau tau apa yang akan ku lakukan, Vano!" tegas Kenzi pada Vano yang sudah merasa lega mendengar jawabanya."Tenanglah aku yakin, Freya tidak tertarik padamu. Apalagi setelah apa yang kau katakan tadi, dia pasti sangat membencimu," gumam Vano pelan sambil berjalan meninggalkan ruangan Kenzi dan kemba
"Apa menurutmu aku dan Kenzi itu mirip, makanya kau menanyakan apa kami saudara? Kami sudah berteman sejak kecil, orang tua kami juga sudah lama bersahabat jadi orang tuanya Kenzi sudah menganggapku seperti anak mereka sendiri," jawab Vano lalu menyeruput kopinya yang baru saja datang."Bukan begitu maksutku ... kalian memang sama-sama tampan tapi jika dari sifatnya kalian itu bagaikan langit dan bumi, yang satunya lagi baik dan yang satunya arrogant," ucap Freya dengan jujurnya."Ha ... Ha ... Ha ... Kau ini bisa saja nona Freya, sebenarnya Kenzi tidak seburuk itu hanya karena ada suatu hal yang membuatnya menjadi seperti itu," jawab Vano."Maaf nona Freya, kurasa aku harus segera kembali sebelum singa lapar itu menerkamku." Vano berdiri dan berjalan bersama Freya ke kasir, setelah membayar keduanya pun berjalan bersama keluar dari restoran itu."Sampai jumpa lagi tuan Vano, TTDJ." Freya melambaikan tanganya ke arah Vano dan berjalan menuju halte bus, kebetulan gerimis yang tadi empa