"Hah? Mansion yang seluas lapangan golf ini tak ada kamar ekstra? Apa anda bercanda pak Lee?" Pria paruh baya itu pun menggelengkan kepalanya dengan pasti, lalu menunjuk pada para pelayan di belakangnya dan berkata, "Tidak ada nyonya. Tuan Kenzi itu sangat baik, tuan menyuruh para pelayan untuk tinggal di kamar tamu. Jadi semua kamar tamu penuh." Pak Lee mengatakan hal itu dengan entengnya, seolah tak memperdulikan keterkejutan di wajah kedua majikannya itu.Bedanya, Kenzi terkejut karena pak Lee mengatakan jika semua pelayan tinggal di dalam mansion. Padahal dia sangat tidak menyukai keramaian, dan karena itu pula, ada rumah khusus untuk para pelayan di halaman belakang mansion.Dan kini dengan entengnya, dia mengatakan jika semua pelayan tinggal di dalam mansion. Yang artinya, ketenangan yang dia dambakan akan hilang dan sirna.Sedangkan Freya, tampak terkejut karena dia benar-benar tak mempercayai ucapan pak Lee. Lagi pula bagaimana mungkin, seorang cadas alias cabe pedas seperti
Mendengar Freya menyebut nama seseorang yang jelas sekali adalah nama laki-laki, membuat Kenzi menghentikan aktivitasnya sejenak, dengan perasaan dongkol yang bercokol di hatinya.Tanpa pikir panjang, Kenzi kembali melancarkan aksinya. Namun kini ditambah dengan sesapan kecil, yang langsung meninggalkan bekas kemerahan di leher Freya yang putih."Dasar kucing nakal! Kubilang hentikan, jangan jilat lagi. Atau aku akan meminta pemilikmu untuk menghukummu."Tentu saja Kenzi auto terkejut bukan main. Ternyata Chiko yang Freya maksud adalah seekor kucing milik tetangga Freya, yang sering kali tidur di rumahnya, bahkan sekamar dengan Freya."Astaga... jadi aku marah karena seekor kucing?" Kenzi benar-benar sudah kehilangan keinginan untuk melanjutkan kegiatannya, terlebih dia tak ingin Freya terganggu dan menjadi lebih marah lagi padanya.**Tak terasa matahari mulai bergerak perlahan, untuk kembali ke singgasananya. Freya yang sudah sejak terbangun, kini tengah kebingungan. Bagaimana dia
Seorang pelayan yang melintas, tampak terkejut melihat Freya yang tengah berada di dapur, "Nyonya?! Apa yang Nyonya lakukan?" tanyanya dengan berlari kecil, menghampiri Freya.Freya terkejut dengan tubuh yang sampai terlonjak, akibat panggilan pelayan itu. Dia menolehkan kepalanya dan berkata, "Apa kau tidak lihat? Aku ini sedang memasak. Apa aku terlihat seperti sedang bermain gundu?" tanya Freya sambil menghela nafas jengah.Mendengar jawaban dan tanggapan Freya, yang terlihat begitu acuh dan biasa saja, membuat pelayan itu justru semakin panik."Astaga Nyonya, biar saya saja. Kalau Nyonya butuh apa-apa, Nyonya tinggal panggil para pelayan. Ini bukan tempat Nyonya, di sini kotor dan berbahaya.Lagi dan lagi, Freya hanya bisa menghela nafas jengah. Apanya yang kotor? Dapur bukan tempat sampah, lalu berbahaya yang dimaksud itu apa? Apakah mungkin tabung gasnya akan meledak? No, karena rumah itu tidak menggunakan tabung gas, melainkam kompor listrik. Lalu dimana letak bahayanya? Lagip
Freya yang tengah emosi, kini sedang duduk di depan cermin rias di kamarnya."Dasar Mr.arogan! Apa karena kau punya banyak uang, itu artinya kau boleh melakukan apapun seenak jidatmu!" umpatnya, "Ya... meskipun memang uang berkuasa sih. Tapi kan tidak begitu konsepnya!" kesal Freya sembaru menatap pantulan wajah dongkolnya sendiri di cermin.Hingga saat pandangan matanya, kini tertuju pada totol-totol merah dilehernya yang kini berubah warna menjadi sedikit keunguan."Astaga... kenapa warnanya jadi berubah? Apa serangga yang menggigitku itu beracun?" Tak ingin mengambil resiko, Freya pun menyambar ponslenya dan mengetikkan apa yang ingin dia ketahui di laman mbah google.Dan seketika itu pula matanya membulat sempurna, karena yang muncul di sana sangat mengejutkannya. Pelaku yang membuatnya menjadi macan betina itu, ternyata bukanlah serangga, melainkan manusia laknat itu."Dasar Mr.Arogan mesum!" Sambil menghentakkan kakinya, Freya masuk ke dalam kamar mandi.Jangan tanya untuk apa,
"Jangan coba bilang kau tidak melakukan apapun pada Freya di malam hari sebab%&*#.. " Nayla pun sudah masuk gigi empat dan hendak mundur tajam menyenggol Kenzi.Tapi untung nya, Kenzi buru-buru membekap mulut sang ibu. Kalau tidak, maka sudah bisa dipastikan jika ibunya itu akan merangkum semua perkataan nya tadi, plus mengatakan kalau tadi malam Ken juga menggerayangi Freya."%*&(*)(_... Argh!!" Nayla menggigit tangan Kenzi"Auw!! Ibu apa-apaan sih!!" Teriak Ken kesakitan."Kau itu yang apa-apaan Ken!! Pakai menyumbat mulut ibu mu ini dengan tangan mu!! Itu tangan ngomong-ngomong bersih atau tidak!" Seru Nayla sambil mengusap kasar mulutnya."Paling Ken pakai untuk ...." Kenzi tersenyum jahil untuk mengerjai sang ibu.Nayla langsung mengambil tisu dan membersihkan mulut nya."Sudah-sudah!! Ibu keluar sana! Biar aku saja yang mengeringkan rambut Freya!" Kenzi menarik paksa tangan Nayla untuk bangkit dan meninggalkan kamarnya.Kenzi langsung menutup pintu kamarnua, tepat di depan muka i
Akhirnya suapan terakhir pun, masuk sudah ke dalam mulut Freya. Dia meletakkan kembali piring itu, ke atas nakas."Ini minumlah." Kenzi menyodorkan segelas air pada Freya, dan Freya yang ingin ini semua drama memuakkan ini segera berakhir pun, meminum air itu dengan wajah yang masih menunjukkan ketidaksukaannya pada Kenzi."Kau perlu apa lagi?" Tanya Kenzi sambil memperlihatkan gigi putihnya yang begitu sempurna. Berharap setelah perut Freya kenyang, hati nya jadi sedikit senang."Bisakah kau pergi dari kamar ini?" tanya Freya tanpa basa basi ditambah dengan senyum terpaksa, yang sangat jelas terlihat."Tidak!!" Jawab Kenzi masih dengan senyum manisnya."Oke." Freya yang merasa jengah pun, kembali membaringkan dirinya di kasur."Dia tidur lagi! Apa bagian bawahnya masih terasa sakit?" Kenzi sebenarnya sangat ingin menanyakan hal itu, tapi tidak berani ia lakukan.Kenzi ingat sewaktu dia membobol Clarisa, wanita itu terlihat sangat kesakitan padahal rasanya tidak lah sesulit sewaktu Ke
Kriiiing ... Kriiiing ...Jam weker yang terdapat di atas nakas, tepat di sebelah ranjangnya itu pun sudah berbunyi beberapa kali. Namun, si empunya tak juga terbangun dan sadar dari mimpi indahnya."Freya ... Freya ... Bukanya kamu bilang ada interview kerja hari ini?" wanita paruh baya yang cantik itu menggoyangkan perlahan tubuh Freya."Ehmm ..." Gadis cantik yang baru bangun itu menggeliat di atas kasurnya."Bangunlah Freya, Ini sudah siang bukanya kau bilang ada interview hari ini?" ucap si wanita paruh baya tadi, yang membuat Freya auto membuka lebar-lebar kedua matanya."Jam berapa ini?!" gumamnya sambil meraih jam wekernya."Astaga! Mati aku!" Freya pun buru-buru mandi dan bersiap. Lima belas menit kemudian dia sudah selesai berpakaian, Freya berlari dengan terburu-buru keluar dari rumah hingga melupakan sarapannya.Dia menuju ke sebuah halte bus yang berada tidak jauh dari rumahnya, dan betapa beruntungnya saat dia datang bus juga kebetulan baru sampai di halte itu. Freya pun
Tiiiinnn ...Terdengar bunyi klakson yang keras dan panjang dari mobil yang terpaksa berhenti mendadak di depanya, dan membuat Freya hampir saja tertabrak mobil itu.Yang artinya, Freya bukannya mendapat pekerjaan tapi justru akan mendapatkan karangan bunga duka cita, "Aaaa!!!" teriak Freya sambil menutupi wajahnya karena kaget dan ketakutan.Setelah menyadari mobil itu tak sampai menabraknya dan membuat Freya gepeng, dia pun segera menepi dan meminta maaf pada sang pengemudi."Apa kau mau mati, hah!? Kenapa mengerem mendadak? Kau mau di pecat!?" supir itu pun di bentak oleh majikannya."Maaf tuan, nona itu tiba-tiba saja nyebrang, jadi saya kaget dan harus ngerem mendadak," ucap pak sopir meminta maaf pada majikanya itu dengan gemetar."Maaf pak, saya buru-buru." Freya menangkupkan kedua tangan di depan dada dan meminta maaf pada si pengemudi mobil itu, kemudian melanjutkan acara lari maratonnya."Cih!! Dasar perempuan jal*ng! Bisa-bisanya dia berlari di jalanan dengan kostum seperti