Aku tiba-tiba saja berada di tempat lain. Banyak bintang-bintang di langitnya. Ada sebuah pohon besar di sana. Lalu ada seorang wanita di sana. Kakiku melangkah menghampirinya.
Wanita itu melihatku dan tersenyum. Dia melompat secara tiba-tiba pada tubuhku. Lalu tidak terjadi apa-apa. Apakah ini aku pertanda dulunya wanita?
Tempat ini pasti tempat sebelum menuju neraka atau surga. Mungkin wanita itu tadi malaikat maut? Aku lihat ada semacam garis-garis aneh di bawah pohon itu. Hingga beberapa waktu kemudian, aku menyadari bahwa garis-garis ini bukan garis. Melainkan gambar tata surya.
Belum hilang rasa penasaranku tentang gambar ini. Tiba-tiba aku kembali ke dunia nyata. Kudapati Roger dan Madania memeriksa tentara sovyet yang tiba-tiba tewas begitu saja. Di tubuh mereka tumbuh tanaman yang menjulur keluar dari mulut mereka.
Mereka juga menempel di tembok ruangan ini yang notabenenya adalah tanah. Roger melihatku yang memegang kubus ini. “Apa yang terjadi? Aku tidak ingat apa-apa.”
“Aku juga. Lalu tentara sovyet ini tewas bukankah tad-.” Madania terdiam sejenak. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi ia tahan.
“Bagaimana denganmu peri hutan?” tanya Roger padaku. “Mengingat sesuatu yang terjadi?”
“Entah. Aku yakin tadi aku merasa tiba-tiba di surga setelah menyentuh bola yang menjadi kubus ini.” jawabku. “Mungkin kameramu merekam sesuatu?”
“Ah benar!” ucap Roger. “Sayangnya hasil rekamannya hanya bisa kita lihat setelah pulang ke markas.”
“Markas pusat, meminta evakuasi untuk pulang.” Roger mencoba menghubungi untuk meminta bantuan. Kemudian Roger berbincang-bincang dengan seseoranga di saluran komunikasinya.
“Tinggal 4 kubus lagi yang harus kamu temukan. Saat kubus itu terkumpul 2 aku bisa menampakkan wujudku lagi.”
Suara misteri ini lagi. Ah sudahlah, sepertinya aku harus menerimanya memiliki kekuatan seperti ini. Kubus ini masuk ke dalam tubuhku. Menyatu dengan diriku, tiba-tiba saja aku melihat sebuah bayangan samar di hadapanku.
“Saat ini hanya berupa bayangan seperti ini lagi. Secepatnya kamu pasti aku bisa melihat wajahku. Cari kubus berikutnya ya, supaya kamu bisa melihatku dan aku bisa bercerita semuanya.”
Roger tiba-tiba mendekatiku dan menyetrumku. Aku terjatuh ke tanah, Roger memenindih punggungku dan memborgol kedua tanganku ke belakang. Terlihat Madania kebingungan melihat tingkah Roger. Mereka berdua terlibat perdebatan hebat sementara aku perlahan kehilangan kesadaran.
Aku ditawan lagi? Sial sekali nasibku, aku padahal hanya ingin hidup damai dan bisa pulang ke kakakku. Ketika aku tersadar, aku mendapati diriku berada di dalam pesawat OSPREY. Ada beberapa orang yang memakai baju tempur persis seperti Madania dan lainnya.
“Aku mau dibawa ke mana?” tanyaku pada Madania dan Roger. Mereka semua terdiam dan tidak memperhatikanku. Kecuali Madania, dia menatapku dan menghembuskan napas panjang.
“Intinya kami disuruh diam dan tidak menjawab.” Kemudian dia membuang muka lagi. Aku intip dari kaca jendela pesawat ini. Di luar sana semuanya putih bersalju lebat. Seperti di daerah tundra, vegetasinya tidak ada sama sekali.
Apa-apaan ini? Di mana ini? “Hah ya sudahlah. Aku memejamkan mata sekali lagi dan semoga saja sudah sampai.”
Aku memejamkan mataku dan mencoba tertidur. Sebenarnya aku tidak tertidur, telingaku terpasang lebar dan hendak mencuri dengar. Terdengar suara Roger, “Hebat. Kita menemukan penyelamat Bumi. Kita pasti dapat promosi besar Madania.”
“Aku yang pertama kali menemukannya. Lalu caramu menangkapnya kasar sekali! Kan bisa kita jelaskan baik-baik dan membawanya seperti orang normal.” Balas Madania. “Markas pusat menyuruh kita untuk menangkapnya, bukan berarti harus dengan cara kasar kan?”
“Terlebih lagi dia baik dan membantu kita selamat dari kepungan tentara sovyet itu.” Tambahnya. “Tapi aku heran, kenapa semua mayat tentara itu berubah menjadi tanaman semua.”
“Yap karena aku tidak tahu kekuatannya makanya aku menyetrumnya supaya tidak terlalu melawan.” Kata Roger menjelaskan. “Bagaimana bila tadi ia tidak mau ketika dijelaskan baik-baik dan kabur.”
“Kita juga susah kan harus mengejarnya nanti. Tapi komandan mengatakan sesuatu yang aneh saat dia melihat rekaman langsung dariku. Tapi dengan begini, Bumi bisa kembali dengan semula.” Tambah Roger.
“Kurasa kita harus meminta maaf kepadanya dan menjelaskan semuanya kepadanya.” Kata Madania. “Dia akan menyelamatkan Bumi kita, kita memperlakukannya seperti tawanan?”
“Tapi kerja bagus kalian berdua. Tugas pertama kalian, malah menemukan berlian yang bagus. Kalian pasti menerima hadiah yang banyak.” Ucap seseorang tidak kukenal. “Mungkin dari peringkat D kalian akan naik ke C5 dan langsung bisa mengambil ujian naik tingkat ke B1 sebagai hadiah kalian dari pendiri Silverstar.”
Aku membuka mataku dan menguap. Roger membukakan borgolku, “Sebentar lagi kita sampai. Regangkan badanmu dulu, maaf karena telah memborgolmu secara kasar.”
Dia mengambil tempat air minum dan memberinya padaku. Aku mengambilnya dan meminumnya. Rupanya coklat panas yang ada di botol ini. “Terima kasih. Padahal aku tidak jahat sama sekali. Aku bahkan melindungi kalian dari mutan itu.”
“Aku minta maaf juga karena tidak menghentikan Roger juga.” Kata Madania. “Sebentar lagi kita sampai di kota.”
“Kamu lihat ke depan. Ada sebuah kubah raksasa di depan. Di permukaannya adalah reruntuhan kota yang dialihfungsikan sebisanya menjadi tempat pertahanan.” Kata Madania. “Lihat nomor 1820 di kubah pelindungnya kan? Nama kota itu Kota 1820, kota tempatku berasal.”
Madania mengeluarkan tabletnya dan menunjukkan peta Kota 1820 padaku. Tabletnya ia serahkan padaku untuk aku eksplorasi sendiri. Di permukaan banyak bangunan yang sudah diperbaiki dan dialihfungsikan menjadi markas militer Silverstars. Sementara di bawah tanahnya, Lantai Dasar ada tulisan zona pemukiman, kemudian B1 Zona Agraria dan Peternakan, lalu B2 Perikanan, B3 tidak ada keterangannya, begitu juga dengan B4 dan B5.
“Tidak ada keterangannya maksudnya apa?” tanyaku pada Madania. “Ruangan misterius kah?”
“Tidak ada yang tahu soal ruangan itu. Kecuali petinggi kota dan orang-orang dengan tingkat B ke atas.” Jawab Madania. “Soal peringkat, kamu bisa lihat di bahu kanan kami masing-masing.”
“Aku dan Roger masih D, rekan-rekan kami lainnya ini ada di tingkat C. Pilot di depan sana juga C peringkatnya. Jadi maaf, kami tidak bisa menjawabnya.” Tambahnya dan memejamkan matanya. Sebuah lubang terbuka di kubah.
Satu tim yang memakai peralatan canggih terbang mengelilingi pesawat kami. Mereka sepertinya membantu pesawat yang kami tumpangi ini untuk masuk ke dalam. Setelah pesawat kami masuk ke dalam, lubang besar di kubah tadi menutup dengan sendirinya setelah satu tim dengan alat canggih tadi masuk ke dalam.
“Mereka adalah prajurit tingkat A. Peralatan mereka lebih canggih, kurasa mereka menggunakan jet roket untuk terbang.” Kata Roger. “Mereka adalah tingkat A unit Garnisun 1820.”
“Oh soal unit, ada tiga unit, penjelajah seperti kami, garnisun, serta penyerang.” Katanya lagi dan membuka pintu pesawat. Banyak prajurit di luar yang menunggu kami. Roger dan Madania turun duluan, prajurit di belakangku mengisyaratkanku untuk turun.
Perlahan-lahan aku turun, prajurit yang berkerumun membentuk pagar barisan membentuk jalan lurus bagi kami. Mereka memandangku penuh takjub dan seolah-olah melihatku sebagai dewa mereka. Diujung ada seorang wanita memandangku dengan kaget dan tak percaya.
Wajahnya terlihat familiar bagiku. Dia berlari mendekatiku dan memelukku. “Akhirnya kita bertemu lagi. Aku merindukanmu, adikku.”
“Er Komandan? Dia masih belum di disinfektan dan divaksin.” Kata Roger dan menarikku mundur. “Anda orang penting. Tolong jangan sembarangan memeluk seseorang. Terlebih lagi ini dari luar.”
“Iya-iya aku tahu,” wanita mendorongku dan tersenyum begitu saja. Ia membalikkan badannya dan pergi. Wajahnya sangat familiar, lalu tadi dia berakta apa? Aku tidak bisa mendengarkannya akibat fokusku teralihkan untuk melihat pemandangan sekitar.
Roger kemudian memberikanku kepada seorang petugas dengan baju hazmat. “Ikuti mereka, lalu lengkapi prosedurmu untuk menjadi bagian dari kami.”
“Aku ikut dia,” ucap Madania dan mengikutiku dari belakang. “Roger, taruh kelinciku ini di kamarku.”
Madania menyerahkan tas kecil berisi kelinci yang aku berikan kepada Roger. Roger menerimanya dan menganggukkan kepalanya. “Pulang sebelum jam 11 malam atau asrama akan aku kunci.”
“Ayolah, aku ingin minum-minum nanti.” Ucap Madania dengan kesal. “Kan aku juga ingin mengajak pria hutan ini berkeliling kota.”
“Yah kalau itu maumu terserah.” Roger pergi meninggalkan kami. Aku dibawa masuk ke dalam sebuah bangunan 3 lantai.
“Kutunggu di lantai 2 kalau kamu sudah selesai di sini.” Kata Madania dan pergi meninggalkanku sendirian. Tidak sendirian sebenarnya, ditemani dua orang berbaju hazmat yang membawaku.
Bangunan yang mirip kampus bertiga lantai ini sangat suram. Warna cat bangunan membuat depresi, jendela yang ditambal seadanya, serta tembok berlumut. Orang berbaju hazmat ini menyuruhku untuk mandi di kamar mandi.
Setelah aku menyelesaikan mandi. Mereka menyemprotku dengan cairan disinfektan dan menyuntikku dengan beberapa suntikan. Setelah itu mereka menggiringku menuju ke sebuah lorong.
UMPH! AKH!
Seseorang menutupi mataku. Mulutku terbungkam sesuatu. Tangan dan kakiku tiba-tiba dipegang dengan erat. Aku dijatuhkan ke lantai dan merasakan tanganku diborgol. Seseorang tolong aku!
***
Hei bukankah ini terlalu lama untuk proses disinfeksi dan vaksin? Kurasa aku akan mengeceknya. Siapa tahu dia tidak tahu denah gedung ini kan? Sesampainya di lantai 1 kulihat rombongan pengawal komandan Vina menjaga lorong menuju semua ruangan di gedung ini.
“Komandan Vina ada di sini kah?” tanyaku kepada salah satu pengawal yang berjaga menutupi lorong.
“Tidak. Kami mendapat perintah untuk tidak memperbolehkan seseorang keluar dan masuk dari gedung ini.” Jawabnya. “Jadi putar balik kembalilah ke lantai 2.”
Yah, tidak ada jalan menuju lantai 1. Tangga ini satu-satunya akses menuju lantai 1 sih. Aku melangkah kembali ke lantai dua. Lantai dua dari bangunan ini adalah bangsal pengobatan sementara bagi mereka yang terluka.
Aku tadinya ke sini berniat memperkenalkan peri hutan itu kepada adikku. Eh, tapi wajahnya sepertinya aku familiar dengannya. Wajah peri hutan itu maksudkku, aku pernah melihatnya di suatu tempat.
Kubuka pintu tempat adikku dirawat. Adikku tampak berbicara riang gembira dengan rekan satu timnya. Padahal baru kemarin mereka terluka saat eksplorasi.
“Mana kak? Orang yang ingin kamu kenalkan kepada kami?” tanya adikku, Ryan.
“Lantai 1 diblokir. Ada banyak prajurit tingkat S. Entah ada apa,” jawabku.
Aku membuka jendela kamar ini dan melihat di luar ada kendaraan Komandan Vina. Oh ya kenapa tidak terpikirkan olehku? Jendela di lantai 1 ada yang ditambal dengan buruk. Aku bisa turun dari jendela sini dan masuk lewat sana.
“Tunggu di sini sebentar. Aku akan keluar sebentar.” Kataku pada adikku.
Hup! Hup! Hiyah!SRAK!Aku mendarat di semak belukar di halaman belakang gedung. Yang tidak kupikirkan adalah ada pengawal juga di sini. Untung mereka tidak melihatku turun ke sini tadi. Nah sekarang ada apa di sini, saatnya mencari tahu.Walaupun aku masih terbilang baru sebagai prajurit bayaran dari Silverstar. Kemampuanku mencari informasi sangatlah hebat. Perlahan-lahan aku mendengar perbincangan mereka.“Benarkah dia adalah ... .” kata pengawal satunya. Tidak terlalu jelas dan samar-samar pembicaraan mereka. Mau tidak mau aku harus mendekat. Tapi jika mendekat akan merisikokan posisiku.Kuputuskan untuk diam di sini. Pengawal satunya lagi membalas, “Jika benar, bumi akan terselamatkan. Nanti akhirnya kita bisa tinggal di permukaan tanpa takut adanya serangan dari mutan dan lain-lain.”Menarik, apa yang mereka bicarakan. Tapi itu saja tidak cukup. Perlahan aku keluar dari semak ini dan melangkah dengan hati-hati.
“Tentu saja akan saya jelaskan,” balasku. Komandan Vina tersenyum dan menepuk pundakku berulang kali.“Nah akan kujelaskan tentang B3. B3 area penelitian dan laboratorium. Serta area pembangkit energi kita.” Ucap Komandan Vina. Kami memasuki lift, “Gaiantum, tahu kan soal Gaiantum?”“Sumber daya yang baru kan?” tanyaku. “Mohon maaf saya tidak begitu mengerti soal ini.”“Dasarnya seperti itu. Lalu kamu tahu soal penyelamat Bumi?” tanya balik Komandan Vina. “Kurasa waktu di sekolah sudah dijelaskan kan?”Aku mengangguk-angguk. Komandan Vina melangkah keluar lift. Kami berada di sebuah lorong penuh dengan ruangan. Komandan Vina memberiku isyarat untuk mengikutinya. Aku mengekor di belakangnya.“Pria yang kamu temukan adalah adikku.” Komandan Vina berhenti di sebuah tembok kaca satu arah. Di dalam ruangan itu ada peri hutan, dia sedang berada di dalam sana b
Suara doa ini semakin dekat! Rombongan ini penyebabnya ternyata. Aku harus mencari tahu kepada mereka. Kenapa suara doa mereka bisa terdengar di dalam kepalaku?“Karena diriku.”Lagi-lagi suara wanita ini. Apa sih maumu? Jangan ganggu kehidupanku.“Tanpa diriku kamu sudah mati dimakan mayat hidup dan mutan. Ditangkap lagi oleh Sovyet tahu. Oh ya, aku sekarang bisa nampak tipis di hadapanmu.”Sebuah kabut terbentuk di hadapanku. Membentuk figur seorang wanita. “Bagaimana? Kamu masih kurang 3 kubus lagi untuk memberiku kekuatan menjadi manusia dan tidak mengganggu pikiranmu.”“Ah kamu. Terima kasih kalau begitu. Apakah aku harus mengikuti orang-orang dengan doa itu?” tanyaku padanya.“Hmm. Aku juga tidak tahu, selama 15rb tahun aku hidup. Baru kali ini aku lihat mereka.” Jawab kabut itu.“Kalau begitu aku akan mengikuti mereka dan bertanya-tanya kepada mereka. Keberuntung
Mataku terbuka kembali. Kudapati aku di kamar pasien. Sekarang kamu puas sudah membuat luka di kepalaku dan membuatku tidak sadarkan diri?“Puas sekali rasanya. Masih mau melawanku? Bagaimana kekuatanku?”Sudah, aku cukup tidak mau melawanmu. Aku kapok, kenapa kamu memilihku? Kamu bisa merasuki orang lain kan?“Ada sesuatu yang membuatmu cocok. Ngomong-ngomong, kamu tidak mau keluar dan berjalan-jalan? Sekaligus bantu aku mengamati kehidupan manusia di sini dong.”Bayangannya masuk ke tubuhku lagi. “Nih aku kasih kekuatanku. Badanmu perlahan akan sama seperti kaumku.”Kaummu?Perlahan-lahan aku merasakan tenagaku berubah dan badanku ringan sekali. Aku menuju jendela kamarku dan melompat keluar. Aku mendengan tembok bawah jendela sebagai tumpuan untuk meloncat.Hebat! Kaummu kaum apa? Aku semakin penasaran juga. Aku kamu peri hutan?“Entah.”Saat berada di atas atap ruko. Ak
Kalau kehebohan seperti ini. Pasti ayah akan tahu. Adikku tolol sekali kamu menunjukkan kekuatanmu. Kulipat kembali foto kami berdua di masa lalu di dompet. Foto berwarna satu-satunya yang tetap membuatku semangat hidup dan bertekad menemukan adikku.Adikku kini sudah ketemu. Tapi dia hilang ingatan, ditambah lagi dia punya kekuatan yang sangat dicari-cari oleh ayah angkatku. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada adikku sehingga ia dirasuki seorang perwujudan dari Bumi.TOK! TOK! TOK!“Ayah, ini aku.” Kataku dan menutup mataku sebentar dan menarik napas panjang. Aku akan mencoba bernegosiasi dengannya supaya dia tidak dijadikan alat olehnya.“Silakan masuk” katanya melalui interkom. Pintu terbuka dan terlihat dia sedang rapat bersama para komandan pemimpin kota lainnya. Meja bundar di sini sudah hampir penuh, kecuali kursi milikku. Sengaja aku biarkan kosong, aku ssengaja tidak ikut rapat ini.“Silakan duduk. Kamu terla
TENG! TENG! TENG!Apakah ini pertanda jam tidur? Bayangan ini keluar dari tubuhku dan memegang tanganku. Dia berhenti sejenak entah menatapku atau tidak.“Ruang bawah tanah. Aku merasakan sesuatu di dalam sana.” Katanya. “Aku mohon carilah cara menuju ruang bawah tanah itu.”“Kamu tidak mendengar perkataan kakakku? Ayah angkatku akan membunuhku bila aku ke sana.” Jawabku dan menolaknya. “Terlebih lagi aku sudah berjanji akan ke kamar kakakku.”“Aku mohon. Aku merasakan sesuatu di dalam sana. Entah berbahaya atau tidak.” tukasnya. “Jika berbahaya bukankah akan membahayakan keluargamu?”Tok! Tok!Gawat! Aku segera melompat kembali ke dalam kasur dan pura-pura tertidur. Pintu kamar ini terbuka dan terdengar derap langkah suara orang banyak. Aku merasakan diriku digendong oleh seseorang.Aku membuka mataku dan melihat siapa yang menggendongku ternyata seseorang memaka
Begitu terbangun, aku mendapati aku berada di sebuah kamar. Hanya tersedia meja belajar, satu lemari, gantungan pakaian dan satu pintu lagi yang aku yakini pintu ke kamar mandi kamar. Er, semalam terjadi apa ya?Benar, percobaan di bawah tanah. Aku pingsan lalu bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini? Pasti orang-orang bertandu itu kah yang membawaku ke sini. Lalu kamar ini di mana?Aku bangkit dari kasur ini dan menuju jendela. Aku buka jendelanya dan mendapati fakta bahwa aku berada di lantai 3. Whoa, dingin sekali saat membuka jendela rasanya. Yah karena tempat ini berada di atas bukit sih.Saatnya ke kamar mandi dan melepas berat yang kuterima dalam tubuh. Tisu toilet di dalamnya juga tertata dengan rapi. Setelah membersihkan diri aku teringat bahwa aku belum punya baju ganti sama sekali.Aku menuju lemari dan mengecek lemari. Sudah ada beberapa baju yang tersedia bagiku. Belum selesai aku berpakaian pintu sudah diketuk saja dari luar.Tok!
Setelah memakai peralatan yang diberikan padaku. Aku diberikan sebuah senapan serbu. Madania masih tampak senang melihatku. “Ah benar Atma. Aku lupa memberikan sesuatu padamu. Nanti kalau sudah pulang aku kasihkan.” “Ngomong-ngomong enak jadi tanker dengan pakaian seberat itu?” tanyaku padanya. “Enak saja sih walaupun berat. Enaknya tingkat bertahan hidupku paling tinggi di tim. Tidak enaknya jadi tameng tubuh!” Madania mendengus kesal. “Terlebih lagi Roger sering plin-plan! Aku pernah dikeroyok segerombolan mutan dan Roger belum memerintahkan apapun buat menyelamatkanku!” “Terkepung selama 20 menit dan pelindungku hampir rusak! Barulah Roger membantu sialan!” katanya lagi. “Ah waktu itu kan aku sengaja menunggu gerombolannya lebih banyak biar banyak yang kena jebakan!” tukas Roger membela diri. “Kalian simpan pembicaraan untuk nanti. Fokusnya sekarang adalah menghentikan para mutan dan makhluk aneh itu.” Terdengar suara kakak melalui alat kom