Hola, happy reading and enjoy!Chapter 37Agree "Bagaimana jika yang menang mentraktir makan malam di restoran termahal di Guangzhou?" tanya Tian. Ide makan malam di restoran termahal sepertinya ide terburuk yang ada di kepala Tian, batin Shashi. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak, saya tidak ingin terlihat di muka umum bersama Anda." Bibir Tian membentuk senyum. "Bukankah ini juga tempat umum? Siapa saja bisa memotret kita di sini." "Saya yakin Anda memiliki perhitungan yang matang sebelum menghampiri saya di tempat ini." Tian mengakui, Shashi cukup cermat dan realistis dalam berpikir. Ia tidak akan menghampiri Shashi jika tempat itu bukan bangunan milik keluarga Li dan orang-orang yang berada di sana adalah orang-orangnya juga yang sedang bekerja dengan gaya santai. Bar itu sudah ada sejak Tian belum dilahirkan, tetapi bisnis itu tidak lagi terurus dan perlahan tergerus oleh pergantian zaman menjadi bar kuno yang di siang hari dijadikan tempat bekerja beberapa pegawainya yang
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 38Sex in the CarShashi mendorong dada Tian menjauh karena meskipun bangunan itu milik Tian tidak pantas menurutnya jika bercinta di sana. Di Milan, ia sudah tidak asing dengan orang-orang yang berciuman di tempat umum dan beberapa kali memergoki orang yang melakukan seks di sudut-sudut bangunan. Orang-orang di sana tidak akan peduli, di sana ia juga tidak peduli. Tetapi, di Guangzhou tentu saja berbeda. Ia masih ingin menjunjung budaya timurnya. "Saya tidak mau bercinta di sini," ucap Shashi.Tian tersenyum seraya memandangi bibir Shashi yang terlihat memerah dan basah karena ciumannya. "Kau takut orang lain melihat?" "Apa Anda tidak takut?" Tian juga tidak ingin dipergoki orang, ia tersenyum menggoda. "Kalau kau mau, aku bisa memerintahkan agar tidak seorang pun mendekati area ini." Shashi membelalakkan matanya. "Tidak! Anda jangan gila." "Baiklah, jika kau tidak mau... bagaimana dengan...." Ekor mata Tian menunjuk ke arah mobil dan Shas
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 39Nothing Special Keesokan harinya setelah pekerjaan di studionya selesai Shashi tidak langsung kembali ke tempat tinggalnya karena nenek Gu mengundangnya minum teh di rumahnya. Shashi tentu saja tidak akan menolaknya karena setiap kali bertemu nenek Gu rasanya ia seperti bertemu dengan neneknya sendiri. "Xiao Bao, apa Nenek mengganggu waktumu?" tanya nenek Gu ketika Shashi baru saja keluar dari mobilnya. Shashi tersenyum lebar dan mendekati nenek Gu. "Nenek, bicara apa Anda ini? Tentu saja tidak, saya sangat merindukanmu, Nek." "Anak Baik. Kau pasti kelelahan setelah seharian bekerja," kata nenek Gu seraya memegangi telapak tangan Shashi. "Aku sudah memerintahkan pelayan untuk membuatkan sup untukmu." "Nek, tidak perlu repot-repot," kata Shashi.Nenek Gu mengibas-ngibaskan tangannya di depan dagunya. "Jangan sungkan, aku sudah bilang kalau kau sudah kuanggap cucuku sendiri. Aku tentu saja harus memperlakukanmu dengan baik." "Terima kasih,
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 40She Knows NothingShashi bertemu dengan Su Yenny di sebuah restoran di jalan Keyun Rd di distrik Tianhe, jarak restorannya hanya beberapa puluh meter dari hotel Shangri-La. Su Yenny mengenakan celana berbahan jins berwarna putih dipadukan dengan kaus warna hitam berkerah tinggi dilengkapi dengan long Coat dan kalung sebagai aksesoris di luar kausnya. Rambutnya ditata bergelombang lalu diikat tinggi di belakang kepalanya dan mengenakan sepatu hak tinggi, terlihat sangat anggun dan cantik.Sementara Shashi mengenakan terusan di atas lutut berwarna hitam dan sepatu bot hak tinggi, ia juga menyematkannya ikat pinggang kecil berwarna hitam yang strapnya berwarna emas dan berhiaskan Swarovski. Ia juga melengkapi penampilannya dengan coat sebatas lutut dengan aksen tali serut di pinggang. Rambutnya juga ditata bergelombang, namun dibiarkan tergerai di pundak dan punggungnya."Saya benar-benar puas dengan gaun rancangan Anda, Nona Bao. Dan saya pikir
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 41 Gold Digger Sabtu malam setelah makan malam bersama Shashi, Tian memenuhi janjinya pada Tuan Bao untuk bermain catur di kediaman keluarga Bao. Ketika ia keluar dari mobil, Su Yenny juga kebetulan keluar dari mobil sport yang berharga ratusan ribu Dolar. Seperti biasanya, Su Yenny berpenampilan bak seorang putri dengan pakaian dari merek ternama dan menjinjing tas mahal serta mengenakan sepatu hak tinggi."Tian," sapa Su Yenny dengan lembut seraya melangkah mendekati Tian. "Kenapa kau ke sini? Seingatku bukankah aku sudah mengatakan kalau papaku tidak bisa bermain golf besok." Bibir Tian mengulas senyum tipis, sinis, tetapi tidak terlihat. Berpikir jika jarak Su Yenny dan ayah angkatnya terlalu jauh sehingga Tuan Bao sepertinya tidak pernah memberi tahu hal apa pun kepada Su Yenny."Aku memiliki janji bertemu dengan ayahmu malam ini," jawab Tian. "Apa kalian akan membicarakan masalah bisnis?" tanya Su Yenny seraya menjepitkan sejumput ramb
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 42Hasil tes DNA "Anda minum-minum?" tanya Shashi pada Tian. Ia mengendus aroma alkohol yang sangat kuat saat Tian menciuminya."Hanya sedikit," ucap Tian seraya mendaratkan kecupan-kecupan di pundak dan leher Shashi seraya memeluk Shashi dari belakang.Shashi menjauhkan dirinya dari Tian. "Anda butuh sup pereda pengar." "Aku tidak mabuk," kata Tian kembali memeluk Shashi. Shashi mendengus. "Bagaimana tidak mabuk? Jelas-jelas aroma alkohol dari mulut Anda tercium sangat kuat." Tian tersenyum dan mengikuti Shashi yang berjalan ke dapur. Ia lalu duduk di kursi menyaksikan Shashi mulai memotong daging sapi kemudian merebusnya dan memasukkan sedikit cabai bubuk. Ia mengamati setiap gerak-gerik Shashi yang terlihat kaku memegangi peralatan masak dan menatap panci berisi sup dengan sangat serius sembari sesekali melihat ke layar ponselnya. "Kau yakin bisa membuat sup?" tanya Tian untuk memastikan. "Saya melihat resepnya di internet, ini akan berha
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 43Akting Seperti Bidadari Su Yenny menyeka air matanya yang terus-menerus berlinang di pipinya, perasaannya sangat hancur karena Tian sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk mendekatinya. Bagaimana bisa seorang pria begitu angkuh di depannya sementara dirinya adalah tuan putri di kediaman keluarga Bao yang merupakan mitra bisnis keluarga Li dan saat memikirkan betapa dinginnya sikap Tian terhadapnya benar-benar menyakitkan hingga dadanya seperti ditikam berkali-kali menggunakan belati."Nona, apa Anda memiliki ide?" tanya Mei.Su Yenny sesenggukan seraya menggelengkan kepalanya. "Jika aku memiliki ide, untuk apa aku menangis begini!" Mei menghela napasnya dalam-dalam lalu berjalan mondar-mandir di depan Su Yenny. "Apa mungkin dia sebenarnya punya kekasih?" Su Yenny melotot. "Jangan membuatku semakin depresi!" "Lalu apa? Bukankah sangat aneh, dia tidak pernah terlihat menggandeng perempuan mana pun di publik dari dulu." Su Yenny sudah
Hola, Happy reading and enjoy!Chapter 44Senjata Makan Tuan Ekor mata Shashi berkali-kali memastikan jika Tian belum mengangkat gelasnya, terus berharap pria itu tidak masuk ke dalam perangkap Su Yenny. Ia ingin sekali dapat menggapai pikiran Tian untuk memberitahu apa yang Su Yenny perbuat melalui telepati seperti di film-film fantasi. Meskipun itu mustahil dan membuatnya semakin frustrasi.Akhirnya ia mendekati Kai dan berbisik, "Su Yenny memasukkan sesuatu ke dalam gelas Tian. Kita harus lakukan sesuatu." Kai tidak merespons, pria itu bersikap sangat tenang dan ketika lagu yang dinyanyikannya berakhir ia kembali memilih lagu lalu menyanyikannya lagi. Barulah setelah lagu berakhir ia mendekati Tian."Kau ini membosankan sekali," gerutunya seraya duduk di samping Tian. "Aku dan Xiao Bao hampir kehabisan suara. Sekarang giliranmu dan Nona Su yang bernyanyi." "Aku tidak bisa bernyanyi," kata Tian dengan malas."Tian, lagu apa yang ingin kau nyanyikan? Biar aku pilihkan," ucap Su Ye