Di tengah hutan yang lebat dan gelap, Erresira dan pasukan Iblis bersemangat membangun istana megah yang hampir rampung. Meskipun baru satu malam, keajaiban dan kekuatan mereka membuat istana tersebut berdiri kokoh dan megah, menandakan kekuasaan baru di dunia.
Pasukan Iblis yang terdiri dari berbagai macam makhluk dengan kekuatan luar biasa mulai bergerak mempersiapkan segala perlengkapan perang. Erresira, pemimpin mereka yang tangguh dan penuh karisma, mengawasi setiap detail pembangunan istana dan persiapan perang dengan penuh perhatian.Angin berhembus kencang, membawa aroma kehancuran dan kekuasaan yang akan segera merebak di seluruh penjuru dunia. Beberapa pasukan Iblis tampak berlatih dengan giat, mempertajam kemampuan mereka dalam menghadapi pertempuran yang akan datang.Sementara itu, beberapa yang lain sibuk mempersiapkan senjata dan peralatan perang yang akan digunakan dalam peperangan nanti.Sedangkan Erresira sedang duduk dengan gagaDi pagi yang cerah, Alagar sedang menikmati secangkir kopi hangat di balkon kamarnya yang menghadap ke hamparan taman hijau depan kediamannya. Sementara itu, fikirannya terus menerawang tentang keadaan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Tiba-tiba, sosok Dewa Agung muncul tak terduga di sampingnya."Mau apa kau datang kemari?" tanya Alagar dengan nada dingin tanpa menoleh, merasakan kehadiran Dewa Agung yang tak biasa.Dewa Agung tersenyum tipis, dia lantas menjawab dengan nada santai, "Kau terlalu fokus menjaga wilayah ini, hingga kau tidak merasakan kalau Erresira telah menciptakan kerajaan di dunia Fana, Alagar."Mendengar pernyataan itu, Alagar langsung menoleh tajam ke arah Dewa Agung, wajahnya penuh kecurigaan. "Apa maksudmu?" tanyanya sambil menyelidik.Dewa Agung melanjutkan penjelasannya, "Erresira telah mengumpulkan kekuatan di dunia Fana, dan menciptakan kerajaan baru di sana. Mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk meng
Viona menatap Alagar yang sedang memeluknya dengan penuh perasaan. Matanya berkaca-kaca saat mengenang kembali ingatan masa lalu yang baru saja muncul kembali di benaknya. Betapa banyak musuh yang dimiliki Alagar, terutama saat Alagar pergi ke medan perang dan dia diculik oleh para pembenci mereka."Aku tidak ingin pergi seperti dulu lagi, karena aku, kamu jadi seperti ini Alagar," gumam Viona dalam hati. Kedua tangannya memeluk Alagar dengan erat, tak ingin melepaskannya sedikit pun. Rasa takut kehilangan dan rasa bersalah menghantuinya seiring dengan terungkapnya ingatan-ingatan masa lalu tersebut.Viona masih mengingat jelas saat salah satu orang yang menculiknya mengatakan bahwa dia akan membunuhnya karena telah menjalin hubungan dengan Alagar. Wajah pucat dan ketakutan yang terpancar di wajahnya saat itu begitu menghantui pikiran Viona.Sementara itu, Alagar yang merasakan kekhawatiran Viona, mencoba untuk menenangkan hati gadis yang dicinta
Stups, jenderal Iblis yang sedang menjaga wilayah perbatasan. Tiba-tiba, dia merasakan adanya kehadiran energi sihir Alagar dan Yami yang begitu kuat.Sosok tersebut segera mengumpulkan energi sihirnya, membuat udara di sekelilingnya bergemuruh dan berdenyut.Dengan gerakkan cepat, Stups menggenggam tangannya erat-erat, memanggil bawahannya yang setia. Dia mengaktifkan sihir pemanggilan, portal kegelapan terbuka, dan puluhan monster bersayap hitam muncul, mengeluarkan raungan menggelegar yang menandakan kesiapan mereka untuk berperang."Ikuti aku!" perintah Stups dengan suara yang dalam dan tegas, seiring dengan matanya yang menyala penuh kebencian dan keinginan untuk melindungi wilayahnya.Tanpa ragu, monster-monster itu menyusul Stups yang langsung melesat ke udara dengan kecepatan luar biasa, bergerak menuju Alagar dan Yami.***Sementara itu, Alagar dan Yami merasakan gelombang energi yang kuat datang ke arah mereka, membuat merek
Melihat Alagar yang begitu tenang walau dirinya sudah bertransformasi menjadi sosok terkuat jenderal Iblis, amarah Stups semakin meluap. Ekspresi wajahnya berubah menjadi merah padam, matanya memancarkan aura kebencian yang mendalam. "Kau memang dari dulu tidak pernah berubah, selalu meremehkan kami!" seru Stups dengan nada tinggi seraya menyerang Alagar bersama klon-klonnya secara bersamaan.Para klon Stups, yang bermunculan di sekeliling Alagar, siap untuk menghujamnya dari berbagai arah. Stups dan para Klonnya mengayunkan pedang Kehancuran, menebas begitu cepat. Namun, Alagar dapat menghindari serangan dia dan klon-klonnya dengan gesit dan lincah.Boomm! Boomm! Tebasan pedang kehancuran Stups menghantam tanah, membuat retakan besar di permukaan bumi. Debu dan asap mengepul, menyelimuti tempat pertarungan yang semakin mencekam.Alagar, yang terus bergerak cepat dan sigap, mengejek Stups dengan senyuman sinis. "Apa kau benar-benar perc
Suasana hari itu mendadak terasa tegang di kota yang terletak tak jauh dari hutan Arizon. Tanpa diduga, guncangan dahsyat mengguncang seluruh kota akibat ledakan serangan bola sihir kehancuran Alagar. Getaran yang sangat kuat membuat gedung-gedung bergoyang dan kaca-kaca jendela pecah berantakan.Warga kota yang sedari tadi menikmati hari yang tenang, tiba-tiba panik dan bergegas berlarian keluar dari rumah dan bangunan. Mereka semua mengira ini adalah gempa bumi berkekuatan besar yang akan menghancurkan segalanya. Terdengar suara jeritan ketakutan dan kebingungan di antara mereka."Kenapa tiba-tiba ada gempa bumi?" teriak seorang wanita paruh baya yang berlari bersama anak-anaknya."Pihak metereologi bahkan tidak memberikan peringatan sama sekali!" sahut seorang pria yang mencoba melindungi istri dan anaknya di tengah kekacauan.Sementara itu, sekelompok remaja yang sedang berkumpul di taman kota juga terkejut dengan kejadian itu. "Apa yang seben
Verdas menatap dengan tajam kedua sosok yang keluar dari portal teleportasi. Alagar yang memegang pedang kegelapan di tangannya, tampak Aura gelap menyelimuti tubuhnya, serta kekuatan sihir kegelapan yang terasa begitu kuat, membuat Verdas merasa ada sesuatu yang familiar dengan kekuatan tersebut.Sementara itu, Yami berdiri di samping Alagar. Kehadiran Yami di pihak Alagar tentu saja membuat Verdas merasa aneh dan bingung. Mengapa sosok sehebat Yami justru berpihak pada Alagar? Apa yang mereka rencanakan? "Siapa kau sebenarnya?!" tanya Verdas dengan suara keras, mencoba memecahkan teka-teki yang melingkupi Alagar dan Yami. Ia tidak ingin mengambil keputusan gegabah yang nantinya bisa membahayakan dirinya dan pasukannya.Mendapati pertanyaan dari Verdas, Alagar hanya tersenyum penuh arti. "Dulu kau sempat akan berpihak padaku, tentu Erresira, Tuanmu tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi, sehingga dia membangkitkan mu dengan menyegel ingatan masa lalu
Verdas, yang kini telah terbebas dari segel yang mengacaukan pikirannya, tampak menunduk lesu di depan Alagar. Raut wajahnya menunjukkan penyesalan mendalam karena tindakannya sebelumnya."Maaf Tuan, saya tidak tahu kalau telah dibangkitkan kembali," ucap Verdas dengan nada sopan sambil menghela napas berat.Alagar menatap Verdas dengan tajam, matanya bagaikan elang yang siap menerkam. Ia mengangkat dagunya, memberikan perintah dengan suara tegas dan keras. "Minta bawahanmu agar berhenti menyerang Yami, kita akan mulai memburu Erresira!""Baik Tuan!" jawab Verdas patuh, dia langsung bangkit dan berlari ke arah bawahannya yang sedang melawan Yami. Dengan aura yang menakutkan, ia berteriak pada mereka agar segera menghentikan serangan.Para bawahan Verdas yang mendengar perintah itu segera menghentikan serangan mereka. Terlihat mereka tampak terkejut, namun tidak berani membantah perintah dari pemimpin mereka.Pra bawahan Verdas pun segera
Di tengah kegelapan Istana, Erresira merasakan aliran energi sihir yang kuat mendekat. Seperti gelombang yang menyapu sekeliling, energi itu berasal dari para Dewa yang terbang menuju tempatnya. Erresira yang sedang beristirahat, seketika terbangun dari tidurnya, merasakan perubahan di sekitarnya."Jadi Stups dan Verdas telah berhasil dikalahkan, kau memang tidak bisa diremehkan, Alagar Ruiz!" gumam Erresira sambil tersenyum licik, seolah menyimpan rencana jahat di balik senyumnya.Erresira segera bangkit dari tempat duduknya, langkah kakinya terasa ringan namun penuh percaya diri. Ia melangkah keluar dari istananya, ingin menyaksikan sendiri kedatangan Alagar yang akan segera tiba.Saat berjalan di koridor Istana, suara langkah kaki Erresira bergema di dinding-dinding yang megah, menciptakan atmosfer yang semakin mencekam.Di luar istananya, Erresira berdiri tegak menatap ke arah langit yang gelap, menunggu kedatangan Alagar. Angin yang