Membuka mata perlahan, aku menoleh ke kanan dan ke kiri, dan ternyata kami sedang berada di halaman sebuah masjid dan pria di sebelahku tengah terlelap sambil bersedekap dengan dada naik turun secara teratur.Senyum melekuk indah di bibir menatap wajah tampan nan damai itu, membayangkan beberapa hari lagi akan menikmati wajah rupawan itu setiap malam juga setiap pagi. Semoga saja kebahagiaan serta keberkahan akan selalu menyelimuti kehidupan rumah tangga kita nanti.Ragu-ragu mengulurkan tangan, mengusap pipinya yang mulai ditumbuhi bulu halus sambil terus menikmati wajahnya sebelum dia membuka mata.“Mau ke mana?” Dia mencekal tanganku ketika menjauh dari pipinya, lalu mengecup jari-jariku dan kembali memejamkan mata.Mengambil ponsel, mengabadikan momen kebersamaan kami untuk kenang-kenangan nanti.“Jam berapa, Sayang?” tanyanya kemudian.“Jam tiga. Tumben kamu rehat dulu, biasanya tau-tau dah sampai Jakarta saja."
Memantas diri di depan cermin, menatap pantulan tubuhku yang sudah dibalut kebaya berwarna putih tulang serta kepala terbungkus hijab dengan warna senada yang sudah dihias sedemikian rupa, karena calon suami menginginkan aku mengenakan hijab di hari pernikahan kami. Harum aroma bunga melati menguarkan khas wangi pengantin, membuat diri ini merasa semakin deg-degan menghadapi pernikahan ke dua ini.Bismillah…Perjalanan hidupku yang baru akan dimulai hari ini. Semoga Tuhan meridhoi dan selalu memberkahi pernikahan kami berdua.Melalui pengeras suara, Master of Ceremony membacakan susunan upacara, dan sang qiroah terdengar melantunkan ayat suci Alquran dengan indah. Dilanjut dengan khutbah nikah yang dibacakan oleh Gus Azmi, seorang pemilik pesantren di daerah Tegal sekaligus guru spiritualnya Virgo.Dadaku semakin bergemuruh hebat saat acara inti yang begitu dinanti-nanti dimulai, dimana lelakiku tengah mengucap qobul menjadikan diriku seba
Hampir sepuluh menit Virgo berbicara dengan para anak buahnya, dan mereka terlihat sedang membicarakan masalah yang begitu serius. Aku ingin bertanya ada apa, tetapi belum begitu berani mencampuri urusan suami.Biarlah. Nanti juga dia cerita apa yang sebenarnya terjadi.Kembali berdiri, menyalami beberapa tamu yang datang, sementara lelaki beralis tebal itu terlihat masih berbicara dengan anak buahnya. Sesekali ekor mataku melirik ke arah tempat dia berdiri dan Virgo tersenyum ketika pandangan kami saling bertabrakan.“Lama banget, Mas?” tanyaku ketika dia kembali.“Iya. Ada urusan sedikit sama anak-anak!” jawabnya sembari melingkarkan tangan di pinggang.“Emang nggak bisa libur dulu, gitu? Ini hari spesial kita, loh, Mas. Masa masih ngurusin urusan kantor terus!” protesku agak kesal.“Bukan urusan kantor. Tapi ada keributan sedikit di luar gedung ini, dan aku minta anak buah aku untuk menangani. Aku nggak mau kamu ke
Memindai wajah di cermin, mencoba menutupi jejak cinta yang ditinggalkan di kulit dengan cara mengolesinya dengan alas bedak, akan tetapi tetap saja terlihat.Dalam pantulan cermin kulihat pria bertubuh atletis itu mendekat, memeluk tubuhku dari belakang dan menarik ujung handuk yang melilit di tubuh.“Aku sudah mandi, Mas!” ucapku seraya menahan tangan suami yang kembali bergerilya ke mana-mana.“Masih banyak air di kamar mandi, ‘kan?” Dia memutar tubuh ini, menatapnya dengan penuh cinta sebelum akhirnya kembali membuatku harus membasuh tubuh karena dia meminta jatah yang entah sudah ke berapa kalinya.Kami berdua lalu membasuh tubuh bersama di dalam kamar mandi, saling menggosok punggung dan berendam dalam bathtub bersama seperti anak kecil. Bercanda mesra berdua seakan dunia hanya milik aku dan lelaki yang tengah menggosok lenganku dengan sabun lalu mengguyurnya menggunakan air hangat.“Kamu nggak kerja, Mas?” tanyaku seraya
Pagi-pagi sekali, Virgo mengajakku pergi ke lapangan tempat dulu dia sering mengajariku berjalan, juga berniat menjenguk Bi Sarni, karena semenjak menikah belum pernah singgah ke rumah yang biasa aku tinggali. Kengen masakan pengasuhku katanya. Kami pergi menggunakan sepeda motor, untuk menghindari macet yang sudah menjadi makanan sehari-hari. Melingkarkan tangan di pinggang, aku menempelkan dagu di pundak suami sambil menikmati harum tubuhnya yang selalu menjadi candu bagiku. Sesekali juga Virgo menggenggam jemari ini, menatap wajahku dari kaca spion sambil memuji kecantikanku, membuat hatiku terasa melambung tinggi. Dia paling bisa menyenangkan hati. Selama perjalanan menuju ke lapangan, aku merasa seperti ada yang sedang mengikuti dari belakang. Tapi karena ada Virgo aku selalu merasa aman, sebab pasti dia akan melindungiku. “Kenapa, Sayang?” tanya suami seraya mengecup jemariku. “Enggak, Mas. Aku merasa kaya ada yang mengiku
#Virgo.Duduk terpekur di depan pusara Kinanti, aku ingin memperkenalkan Nirmala istriku kepada almarhumah. Mereka berdua wanita yang paling kucintai walaupun harus kuakui sekarang labih terasa ke Nimala karena memang dia yang selalu ada di sisi sebagai istri.Kutaburkan bunga-bunga di atas makam wanita yang sudah memberiku seorang putri, juga meletakkan beberapa tangkai bunga krisan warna-warni yang aku beli di toko bunga tadi. Rasa bersalah seketika menyelusup ke dalam hati, karena dulu pernah berjanji untuk tidak menikah lagi jika Tuhan terlebih dulu memanggil dirinya. Tapi, aku ini lelaki normal, masih muda, dan pesona Nirmala tidak mampu terelakkan. Aku jatuh cinta kepadanya pada pandangan pertama. Terpesona dengan senyumannya yang bagaikan magnet yang menarik hati ini. Aku tidak bisa mendustai diriku sendiri yang langsung mendamba perempuan itu, terlebih lagi hampir setiap malam dia hadir dalam mimpi-mimpiku, membuat semangat hidup kembali b
Astagfirullah …Lindungi istri hamba, ya Rabb. Ayah itu seorang laki-laki yang begitu kejam. Dia akan melakukan apa saja demi obsesinya, tidak peduli kalau yang disakitinya itu menantunya sendiri. Masih terekam jelas dalam ingatan ketika dia dengan begitu kejamnya menabrak mobil yang aku kemudikan hingga Kinanti terpental beberapa meter dan meregang nyawa di tempat kejadian. Dan yang lebih menyakitkan lagi, Ayah dinyatakan tidak bersalah dalam persidangan dan dia lepas dari jerat hukum.[Tolong kamu awasi mereka, Harley. Istri saya tidak ada di rumah. Saya sudah seharian mencari dia. Saya meluncur ke sana sekarang juga.]Send Harley.[Robb, ke jalan Cempedak sekarang. Bawa anak-anak. Ibu ada di sana. Diculik Victor.]Segera mengirimkan pesan kepada Robby, karena aku sangat yakin penjagaan di rumah Ayah begitu ketat dan aku tidak akan bisa menghadapinya sendirian.[Siap, Bos. Saya dan anak-anak menuju ke TK
“Sayang. Jauhkan senjata itu. Apa kamu tega menyakiti aku?”“Kamu juga tega sama orang-orang yang ada di dekat kamu, kenapa aku tidak?” “Sonya, jangan gila kamu. Aku ini suami kamu!”“Aliando dan Lala juga keluarga kita, Victor. Tetapi kamu tidak memiliki belas kasih sama sekali!”Ayah berjalan mendekat, akan tetapi segera menghentikan langkah ketika Sonya bersiap menarik pelatuk dan menatap semakin sengit.“Bawa Lala keluar, Nak Ali. Biar Victor saya yang menangani!” perintahnya kemudian.Aku menatap ragu, namun, segera membopong tubuh Nirmala keluar dari ruangan ayah dan membawanya masuk ke dalam mobil, lalu menyuruh Robby beserta anak-anak lainnya mundur serta meninggalkan rumah lelaki kejam itu.Ketika hendak menutup pintu kendaraan, aku sempat mendengar beberapa kali letusan tembakan. Entah siapa yang terkena timah panas di atas, aku hanya bisa berdoa semoga Sonya selalu dalam perlindungan Allah, kare