Share

24. Ruwet

Hari berlalu begitu saja tanpa aku bisa hentikan sejenak. Padahal aku lelah sekali. Pengin istirahat, nggak mau memikirkan masalahku yang datang silih berganti.

Malam  itu aku nggak jadi menginap di rumah Zia. Setelah kuceritakan masalahku segamblang-gamblangnya pada Mama Zia tanpa sedikitpun ditambah dan dikurangi, Mama malah menyuruhku pulang untuk membicarakan masalah itu dengan Ibu. Gimana nggak dongkol ini perasaan? Udah diubek-ubek sampai jantung jumpalitan dan paru-paru sesak saking nyeseknya hati, eh malah disuruh sabar. Dikira dengan sabar doang habis perkara!

Aku menghabiskan sisa malam itu dengan menangis tersedu di telepon. Kuceritakan masalahku dengan Alfa, karena hanya dia satu-satunya orang yang bisa memberi masukan yang agak waras. Nggak kayak Januari yang malam itu malah menyuruhku bunuh diri di jembatan dekat Masjid Al-Islah. Katanya biar nanti bangkainya bisa langsung dimandikan, dikafani, dan disholatkan di masjid itu.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status