Sebuah panggilan telepon langsung mengalihkan pandangan kedua insan itu.
Richard dengan cepat merogoh ponsel di saku celananya. Matanya menatap nama yang terpampang jelas di layar ponsel itu.
"Jessica Horen," batin Richard.
Kirana bisa melihat perubahan wajah Richard, sepertinya dia sedang di telepon oleh seseorang yang tidak dia sukai.
"Siapa?" tanya Kirana.
Richard dengan cepat langsung menyembunyikan ponsel yang ia genggam.
Richard menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan siapa-siapa."
"Syukurlah ... aku pikir itu dari musuhmu, soalnya kamu terlihat seperti gugup," ucap Kirana merasa sedikit lega.
Richard pun mematikan panggilan itu, dia langsung merangkul pundak Kirana.
"Jalan-jalan yuk, sebelum pulang," ajak Richard dan di jawab anggukan oleh Kirana.
Mereka berdua pun saling membalas senyuman, dan melangkahkan kaki untuk keluar dari hotel.
Saat keluar dari hotel, Kirana bisa merasaka
CKITT!!Mobil yang di naiki Richard dan Kirana sudah sampai di depan rumah mereka.Kirana membuka pintu mobil dan keluar, dia bisa merasakan dirinya telah merindukan suasana rumah."Kamu masuk duluan yah, aku mau ke kantor dulu," ucap Richard sembari menurunkan koper-koper dari belakang mobil."Sudah mau pergi?" tanya Kirana.Richard mengangguk pelan. "Iya ... sepertinya ada sedikit masalah yang terjadi di kantor."Kirana mengiyakan perkataan Richard, dia pun berjalan mendekat dan membantu Richard mengangkat koper, tapi pandangan matanya tak lepas dari raut wajah Richard yang tak bisa dia tebak."Aku pergi dulu yah," ucap Richard setelah selesai membereskan barang bawaan mereka, dia langsung melajukan mobilnya dengan secepat kilat.Kirana hanya bisa menghembuskan nafas pelan, dia takut jika Richard akan menghadapi masalah seperti sebelumnya.Tak mau ambil pusing, Kirana menyibukkan dirinya dengan beberapa koper di depann
Matahari mulai menunjukan sinarnya yang semakin tinggi dan memanas, pertanda pagi hari akan berganti menjadi siang hari.Terlihat di sebuah rumah tercium bau-bau masakan yang sedang di persiapkan oleh seorang gadis.Kirana meletakan piring terakhir yang berisikan nasi goreng, entah kenapa hari ini dia masak banyak sekali. Bahkan setelah Kirana membereskan koper, dia membersihkan seluruh rumah besar sendirian.Kirana menatap meja yang sudah penuh dengan makanan, lalu pandangannya beralih kearah pintu, gadis itu terlihat sedang menunggu kedatangan seseorang."Apa Richard tidak datang yah," batin Kirana merasa sedikit cemberut."Kenapa aku jadi memikirkannya terus," gumam Kirana pelan, gadis itu menutup seluruh wajahnya ketika tahu bahwa wajahnya telah memerah karena malu.Kirana menggelengkan kepalanya pelan, dia pun melangkahkan kaki kearah tangga, untuk membereskan sesuatu di atas, supaya pikirannya teralihkan dan tak memikirkan Richard teru
Malam hari mulai menyapa, terlihat bangunan tua terbengkalai yang sudah memancarkan aura kegelapannya, beberapa burung gagak yang ikut mondar mandir di atas gedung itu, membuat kesan yang sangat horor.Walau terlihat sepi dan seram, gedung itu ternyata di tempati oleh banyak orang yang telah mereka jadikan markas.BRUKK!! BRAKK!!Terlihat tiga orang yang sedang menyiksa pria yang tangannya di borgol, serta tubuhnya sudah berlumuran darah."Jangan mati dong Justin, kami ingin main-main denganmu." Jakson mengangkat kepala Justin, dia bisa melihat wajah Justin yang sudah babak belur dan bengkak akibat perbuatan mereka."Apa kita terlalu kasar? Kasian Justin kecilku tak sanggup menerima semua ini." Mr Mommy mengelus kepala Justin, tapi tiba-tiba dia langsung menjambak kepala Justin.Mr Monkey hanya bisa merekam video dan tertawa seperti psikopat, dia benar-benar senang melihat Justin di perlakukan seperti hewan.Dari jauh terlihat Mr Blac
TING! TONG!Kirana mengarahkan pandangannya kearah pintu, dia baru saja menyelesaikan mandinya. Kirana melangkahkan kakinya menuju kearah pintu."Siapa?" tanya Richard yang ikut turun ke bawah.Kirana hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia pun membuka pintu itu dan terlihat seorang gadis yang sudah berdandan cantik, tak lupa dia membawakan beberapa bungkusan makanan di tangannya."Halo Richard, padahal cuman terpisah tadi sore, tapi aku benar-benar merindukanmu." Jessica melambaikan tangannya secara perlahan-lahan kearah Richard.Richard tak membalasnya dengan lambaian atau senyuman, dia membalikkan badannya dan wajahnya menunjukan bahwa dia tak nyaman dengan Jessica.Jessica berjalan masuk kedalam rumah, dia masuk hingga menyenggol lengan Kirana, dia tak memperdulikan Kirana yang ada depannya itu.Kirana agak aneh dengan tingkah mereka berdua. Tadi siang, setelah berbicara dengan Jessica di atas, Richard dan Jessica turun dalam kead
"Semoga kamu selamat Keynest."Kenneth bersembunyi di balik pohon, dia memeluk dirinya dan menunggu sampai Keynest kembali dengan selamat.Semenit telah terlewat, tidak ada tanda-tanda bahwa Keynest keluar atau sudah sampai di lantai tiga."Keynest ... cepatlah keluar," batin Kenneth memohon.Kenneth terus menunggu, walau dirinya sedangan kedinginan, bahkan bibirnya telah pucat pasi seperti mayat akibat dinginnya malam ini.Dua menit hingga tiga menit terlewat, Kenneth merasa ada yang janggal, gadis itu keluar dari persembunyiannya dan hendak masuk kedalam."Aku masuk kedalam, atau mencari bantuan," gumam Kenneth bingun, walau selalu ranking pertama di kelasnya, dia tidak tahu harus berbuat apa di situasi seperti ini.Kenneth memberanikan dirinya, dia berjalan lalu kemudian berlari pelan menuju kearah gedung.DORRR!!Bunyi tembakan yang terdengar dari dalam gedung itu, langsung membuat Kenneth terjatuh kaget akibat suara
CKITTT!!Sebuah mobil mendarat tepat di depan rumah Richard, orang yang mengendarai mobil itu langsung berlari masuk kedalam rumah."Ada apa ini?" tanya Arnold, nafasnya tersenggal-senggal karena panik.Arnold menatap keadaan sekitar yang sudah sangat serius, matanya mendapati adik Richard yang tengah menangis."Aku ingin kamu cari tahu tentang alamat gedung yang aku kirim di ponselmu," ucap Richard.Arnold mengangguk pelan. "Aku sudah tahu alamat gedung ini, gedung ini dulunya adalah sebuah kampus, tapi karena biaya anggaran mereka sedikit, mereka jadi bangkrut dan kampus itu menjadi terbengkalai sampai setahun ini," jelas Arnold.Richard menatap Arnold, tatapannya seperti mengisyaratkan sesuatu yang sangat rahasia."Kalian para gadis tunggu saja disini, biar aku sama Arnold yang akan pergi ke tempat itu," ujar Richard.Kirana dan Kenneth mengangguk pelan."Kak Richard, Kenneth mohon bawah pulang Keynest dengan selamat,
"RST MELATI."Richard menatap tulisan yang bertuliskan sebuah kalimat aneh, pria itu tak ingin curiga, tapi bau darah segar ini membuatnya makin curiga dengan kalimat ini."Richard! naik ke lantai empat, tim c sepertinya menemukan seseorang di atas sana," ucap Arnold di balik earphonenya.Richard dengan cepat membalikkan badannya, pria itu langsung bergegas menaiki anak tangga satu persatu, hingga dia akhirnya sampai di atas."Dimana?" tanya Richard saat sampai, tatapannya mengelilingi seluruh sudut ruangan."Ini pak, sedang kami amankan, sepertinya anak ini sedang pingsan," ucap salah satu pengawal.Richard berjalan mendekat kearah anak yang baru saja mereka temukan, dia berjalan mendekat, lalu menyalakan senter tepat di depan wajah anak itu."Keynest," gumam Richard dan dengan cepat langsung memeluk Keynest yang sudah pingsan tak sadarkan diri."Bawa Keynest ke bawah, dan larikan dia ke rumah sakit," perintah Richard.
"Kalau begitu kamu tunggu disini, dan jika aku tidak keluar sampai tiga menit, berarti kamu harus cari bantuan." Keynest memegang kedua pundak saudari kembarnya itu.Kenneth menggelengkan kepalanya, dia tak ingin mereka berdua berpisah, dia takut jika Keynest akan kenapa-kenapa di dalam sana."Lebih baik kita datang dengan polisi," ucap Kenneth dengan nada suara yang gemetar."Aku percaya kamu," ucap Keynest, dia membalikkan badannya dan lari menuju gedung kosong itu.Keynest masuk kedalam gedung, dia berendap-endap menundukan kepala ketika memasuki gedung itu.Matanya mendapati beberapa pengawal yang berlalu lalang, di tempat itu."Ada apa ini? Kenapa banyak sekali orang-orang di tempat ini?" gumam Keynest tak percaya.Padahal gedung yang terlihat sunyi dan sepi sekali, ternyata ada banyak orang di dalam sini."Sial! Sepertinya aku salah masuk, apa sebaiknya aku keluar saja?" batin Keynest, pria kecil itu benar-benar bingun da