Share

Detak Jantung

“Apa yang kau lakukan di kamarku.” Adara mencoba lepas dari cengkeraman Arsa, tapi apa daya tenaganya kalah jauh. Seorang manusia biasa melawan dewa perang, ya, jelas tidak sebanding.

“Aku menagih janjimu.” Arsa menatap mangsa di depan matanya dengan penuh harap.

Harapan agar Adara mengingat jati dirinya yang dulu, dan tidak perlu ada pemaksaan di dalamnya. Namun, ingatan masa lalu telah terhapus sepenuhnya.

“Sudah aku berikan kamar, pakaian, makanan, termasuk Riwa. Apa kau tak mengambil jamuannya, Tuan.” Pergelangan tangan Adara sakit.

“Sudah aku ambil semunya, kecuali Riwa. Aku tak mau dia.”

“Jadi? Di sini tidak ada perempuan lain lagi selain dia,” ujar sang pembasmi bajak laut.

Tiba-tiba saja Arsa melepas cengkeramannya. Namun, bukan berarti Adara bisa lepas begitu saja. Dewa perang tersebut menarik kursi kayu dan duduk di hadapan pecahan arwah istrinya.

“Jelas sekali ada. Aku sedang melihatnya denngan mataku sekarang.”

“Mimpi itu boleh, tapi jangan ketinggian. Memangnya ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status