Share

Bab 13

Briella mengetuk pintu kantor Davira.

Davira berdiri di sana, dia melihat Briella dari ujung kepala sampai ujung kaki lalu ke wajahnya.

"Sudah berapa lama kamu kerja sama Valerio?"

"Lima tahun."

Davira melirik Briella sekilas, sikapnya menunjukkan keangkuhan.

Valerio dikelilingi oleh orang yang setia dan bisa dipercaya. Lima tahun bukan apa-apa. Namun, masalahnya terletak pada Briella yang seorang wanita.

"Rio sangat menghargai kemampuan kerjamu. Dia bilang kamu bisa beradaptasi dalam segala situasi. Kamu bekerja dengan cekatan dan menyeluruh seperti seorang wanita, tapi kamu juga bekerja dengan tegas dan cepat layaknya pria."

Saat itu, Davira merasakan ancaman besar saat mendengar Valerio mengatakan Briella adalah orang yang seperti itu. Namun, saat melihat Briella secara langsung, dia malah merasa lega.

Briella hanyalah seorang pengganti.

Briella agak terkejut. Selama ini, dia selalu berpikir kalau Valerio menganggapnya sebagai barang.

"Tapi, kalau dilihat dari sumber daya manusia secara keseluruhan, banyak asisten presdir dengan kemampuan yang jauh lebih hebat darimu. Dari segi pendidikan maupun kemampuan profesional, kamu nggak bisa dianggap sebagai pilihan terbaik. Untuk bisa bekerja di sisi Rio selama lima tahun, pasti ada sesuatu yang kamu miliki dan nggak dimiliki orang lain, 'kan?"

Davira bersedekap, berusaha membuat Briella memberikan jawaban yang memuaskan sesuai dengan umpan yang dia berikan.

Briella menurunkan pandangannya. Dia sudah cukup lama bekerja di bidang ini, jadi dia tahu dengan jelas apa yang ingin didengar wanita di depannya.

"Saya bisa bertahan selama lima tahun di sisi Pak Valerio berkat wajah ini."

Davira mendengus jijik, "Kamu memang cantik, tapi Rio nggak kekurangan wanita cantik yang selalu menempel padanya."

Briella mengangkat pandangannya dan tersenyum tanpa rasa bersalah. "Saya sangat mirip dengan Bu Davira. Bu Davira adalah wanita yang disukai oleh Pak Valerio, jadi wajar saja kalau saya juga terkena imbasnya."

Davira tersenyum bangga.

Ternyata wanita ini tahu diri.

"Kalau begitu, terima kasih sudah menjaga Rio selama lima tahun. Sekarang aku sudah kembali, jadi harusnya kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan, 'kan?"

Briella menjawab dengan tenang, "Saya sudah menyerahkan surat pengunduran diri dan akan segera pergi setelah menyelesaikan pekerjaan terakhir saya."

Davira pun tenang setelah mendengar itu. Dia tersenyum pada Briella dan berkata, "Aku nggak bermaksud mengusirmu, loh."

"Ada sesuatu yang terjadi di keluarga saya, jadi saya nggak bisa bekerja di sini lagi. Ini nggak ada hubungannya dengan Bu Davira."

Davira menatap Briella dengan saksama. Matanya memancarkan kilat suram saat melihat sikap tenang dan cara Briella mengucapkan setiap kata.

Kecerdasan emosional Briella memang tinggi, tetapi itulah yang paling ditakutinya. Rio menyukai perempuan yang cerdas.

"Apa Rio dekat dengan wanita lain dalam beberapa tahun ini?"

"Saya nggak berhak mencampuri urusan pribadi Pak Valerio."

"Jadi nggak ada?" Davira dengan percaya diri menyentuh rambut ikalnya yang bergelombang. "Sebenarnya selama ini dia selalu menungguku kembali. Kami mau tunangan, jadi aku harap kamu bisa datang ke pesta pertunangan kami nanti."

"Baik."

Briella menjawab dengan tenang seperti sebelumnya.

Setelah menanyakan beberapa pertanyaan, rasa cemas Davira mulai hilang. Dia melambaikan tangannya, menyuruh Briella pergi.

Saat keluar dari departemen keuangan, sudah waktunya makan siang.

Briella kembali ke meja kerjanya dan mengambil ponselnya. Dia melihat ada beberapa panggilan tak terjawab, yang semuanya dari rumah sakit.

Setiap kali melihat nomor tersebut, Briella selalu merasa gugup. Kali ini pun tidak terkecuali.

"Briella, ibumu ada di ruang ICU dan sudah ada pemberitahuan kritis. Cepat kemari."

Kepala Briella berdengung. Dia mencoba menenangkan diri lalu berdiri dan berjalan keluar.

"Ya. Aku akan segera ke sana."

Sepanjang jalan Briella berlari dengan sempoyongan. Air matanya mengalir, dia takut tidak bisa bertemu dengan ibunya lagi. Sambil menunggu lift, dia teringat akan seseorang dan langsung menghubungi nomor teleponnya.

Begitu tersambung, suara pria itu terdengar jelas di telinga bahkan sebelum Briella sempat berbicara.

"Rumah sakit menghubungiku. Aku sekarang sudah ada di depan ruang ICU."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status