"Jadi kamu kenal sama Aliya?" tanya Roni setelah kini mereka kembali ke rumah.
Mendengar jawaban itu membuat Zahra hanya mengangguk seraya menaruh segelas teh panas dihadapan Roni."Iya mas aku kenal sama Aliya. dia temen aku waktu SMA""Teman SMA, kenapa aku ngga pernah tau?""Memang Aliya ngga apapun tentang aku?""Engga, Terus kalau memang gitu, kenapa waktu aku mau ajak kamu ketemu dia, kamu ngga mau?" tambah Roni yang membuat Zahra terdiam.Belum sempat Zahra menjawab, tiba tiba Fatimah kembali hadir menyahut semua pertanyaan Roni."Mungkin dia takut kalah cantik dari Aliya kali Ron, dia takut kamu sadar kalau dia adalah istri ngga berguna, jadi dia ngga mau ketemu sama Aliya," ucap Fatimah yang membuat Roni dan Zahra mengarahkan pandangannya pada perempuan paruh baya yang kini terduduk disofa ruang tengah."Ron, mau sampai kapan sih kamu hidup dengan istri ngga berguna kamu itu? sudah ada Jesika loh yang jRoni yang sedang duduk diruang kerjanya, dengan banyaknya berkas yang harus diperiksa, tiba tiba terlihat sebuah pintu yang perlahan terbuka, pandangannya kini tertuju pada siapa sosok dibalik pintu berwarna coklat itu? berani beraninya masuk keruangan CEO tanpa permisi.Seketika matanya melebar setelah ia melihat Jesika yang kini tampak jelas dipandangan matanya, wanita itu tersenyum bak kembali menggoda."Ngapain kamu kesini? bukankah urusan proyek itu sudah ditangani?" ucap Roni yang membuat Jesika kini mendekat."Aku ngga akan membahas proyek itu sekarang. aku kesini cuma mau ingetin kamu Ron, tentang malam itu, apa kamu bisa melupakannya?" ucap Jesika yang membuat emosi Roni kian memuncak.Dengan pandangan tajam Roni beranjak."Tutup mulutmu Jes.""Ron, aku hanya mengingatkanmu, bagaimana kalau aku hamil? karena malam itu kamu benar benar...""Stop, jangan dilanjutkan." sahut Roni memutuskan ucapan Jesika yang belum
Beberapa minggu kemudian.Jesika yang terus memandangi testpack yang sedari tadi ia genggam, namun sayang hasilnya tak sesuai harapannya, masih menunjukan hasil negatif.Ini adalah testpack kedua yang ia coba, setelah dua hari yang lalu ia mencobanya dan hasilnya negatif, dan hari ini kembali ia mencoba namun sama hasilnya pun negatif."Kenapa masih negatif sih? kalau gini caranya rencanaku ngga berjalan," gumam Jesika.Dengan cepat Jesika meraih ponselnya dan menghubungi Fatimah, ia mengajak bertemu disuatu tempat untuk membicarakan kembali rencana yang akan dijalani."Yasudah. tante kesana sekarang ya," ucap Fatimah sebelum akhirnya memutuskan panggilannya.Disebuah cafe. Jesika yang kini sudah menunggu kedatangan Fatimah. Tak lama kemudian."Hay Jes.""Tante, duduk tan. ini, hasilnya masih negatif tan," ucap Jesika seraya mengeluarkan benda kecil dari dalam tasnya."Kok bisa? dua kali tes negatif ter
Entah harus kemana lagi kaki Zahra melangkah. kali ini ia keluar rumah tanpa tujuan. Panas matahari tak lagi ia hiraukan, panasnya terasa membakar kulit, hingga dahaga kini menghampiri. beruntungnya Zahra yang pergi dengan mengantongi beberapa lembar uang yang sengaja ia bawa untuk bertahan hidup sebelum ia menemukan sebuah pekerjaan.Rasanya mulai hari ini ia harus mandiri, kembali lagi hidup seperti lima tabun yang lalu, hidup tanpa Roni, dan selalu sendiri. bahkan bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya tiap hari.Tak menyangka kondisi seperti ini akan kembali terjadi, kondisi dimana menjadi tumpuan terberat yang harus tetap dijalani. tak ada pilihan lain selain harus bersabar dan menerima cobaan, karena ini juga sebagai ujian yang diberikan Tuhan untuk hambanya yang disayang.Berulang kali menghela nafas, menahan tangis dan mencoba menenangkan diri, Zahra terus melangkah menyusuri jalan, niat awalnya hendak mencari sebuah rumah yang disewaka
Dipersimpangan jalan, Zahra yang kini berjalan. seorang diri, niatnya hendak mencari pekerjaan, namun sayang, rasanya takdir tak mengizinkan Zahra bekerja, hingga beberapa tempat yang ia kunjungi tak menerima lowongan.Dari arah barat, tampak dua orang bertubuh kekar, salah satunya memakai topi koboy. Pria paruh baya dengan penampilan dan bentuk tubuh tak asing dipandangan Zahra, nampaknya dulu ia sering melihat pria itu.Broto, ya dia adalah Broto laki laki rentenir yang enam tahun lalu menginginkan Zahra menjadi istrinya."Kau? kita bertemu lagi," ucap Broto setelah melihat wajah Zahra dengan jelas. Ekspresi wajah Zahra seketika berubah setelah melihat Broto dihadapannya, tak bisa dipungkiri rasa takut kini menghampirinya kembali."Rupanya kau makin cantik Zahra," ucap Broto berusaha mendekat."Stop, jangan mendekat. Mau apa lagi kamu? bukankah semua hutang ayahku sudah lunas?" ucap Zahra yang membuat Broto malah tertawa."Ya,
"Bagaimana hasilnya Jes?" tanya Fatimah pada Jesika yang baru saja keluar dari kamar mandi. membawa sebuah benda kecil, ya itu adalah testpack ia kembali menggunakan alat itu untuk mencari tahu hasil dari perbuatan malam di Surabaya itu.Tak menjawab, setelah ia melihat hasilnya, Jesika hanya bisa menggelengkan kepala dengan lemah."Masih negatif? apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kamu ngga hamil hamil juga?" ucap Fatimah yang kini melangkah menjauh.Memikirkan kejanggalan yang terjadi atas rencananya. Setelah hampir satu bulan waktu itu berlalu, yang diyakini ini adalah saatnya Jesika mendapat hasil, namun nyatanya masih sama, hasilnya negatif, setelah sebelumnya sudah dua kali menggunakan alat yang sama."Kalau gini caranya, gimana aku bisa nuntut Roni buat nikahin aku?" gumam Jesika dengan pandangan yang terus tertuju pada benda test kehamilan tersebut."Kamu tenang aja, Roni taunya kan sekarang kamu hamil, kamu masih bisa gunain has
dreeet sebuah pesan masuk di ponsel Zahra malam ini. dari nomor tak dikenal mengirim satu video. Kini Zahra pun membukanya, dan memperhatikan Video itu dengan seksama. Seketika matanya terbelalak dan ponsel dalam genggamannya terjatuh setelah ia melihat ternyata itu adalah sebuah Video dimana Roni dan Jesika menikah.Mata serta mulutnya melebar, genangan air yang kini sudah tampak, dengan sekali kedip air itu tertumpah. hatinya remuk redam, sakit tak tertahankan, Laki laki yang sedari tadi ia tunggu ternyata sedang bahagia bersama wanita lain.Mengapa sebelumnya Roni tak menyampaikan apapun dengan Zahra? Fikiran Zahra kini kalut, hatinya berantakan, dan tubuh yang seketika tak bertenaga. Ia terjatuh terduduk dilantai kamarnya, dengan air mata yang terus mengalir.Tak menyangka setega itu, Roni mengkhianatinya. Ia berkata ingin kembali untuknya, namun nyatanya malah ia membuat sebuah kabar yang sungguh menyakitkan. Menikah? itu artinya ia dimadu. Tak pernah
"Mba, bangun mba. Mba, bangun," ucap seorang wanita yang hendak membuka toko.Zahra yang perlahan membuka matanya dan ia dapati hari sudah pagi. seketika ia beranjak dan merapikan penampilannya."Maaf bu," ucapnya pada pemilik toko, yang sudah memasang wajah sinis."Kalau mau tidur jangan didepan toko saya dong mba, akhirnya saya jadi kesiangan kan buka tokonya. gara gara mba yang dari tadi ngga bangun bangun," ucap wanita paruh baya itu dengan pandangan tajam."Sekali lagi saya minta maaf bu.""Yaudah pergi sana," tambah wanita itu yang membuat Zahra mengangguk.Wanita berpenampilan anggun itu kini melangkahkan kakinya pergi. Ditengah perjalanannya, Aliya yang kini melihat Zahra berjalan dengan lemah, dengan cepat ia pun menghampiri wanita cantik itu."Zahra," panggilnya yang membuat Zahra kini menoleh.Ia pun tersenyum kala ia dapati Aliya disana, ia bahagia dapat bertemu dengan sahabat Lamanya itu."
Beberapa bulan kemudian."Kenapa kamu belum bisa hamil juga Jes?" tanya Fatimah yang menatap tajam kearah sang menantu.Mengingat waktu sudah cukup lama, namun Jesika belum juga memberi kabar baik untuknya."Bagaimana mau hamil bu? mas Roni saja tak pernah menyentuhku," Jawab Jesika yang membuat Fatimah melebarkan mata."Lalu yang kalian lakukan di Surabaya juga belum menghasilkan kan? apa sebenarnya yang terjadi?" ucap Fatimah yang terdiam memikirkan permasalah yang sedang menganggu otaknya saat ini."Begini saja sekarang kamu siap siap, ibu mau ajak kamu ke dokter kandungan, apa mungkin kamu juga mandul sama seperti Zahra?" tambah Fatimah yang membuat Jesika melebarkan mata."Engga mungkin bu, aku baik baik saja, jangan samakan aku dengan wanita itu.""Yasudah lah jangan banyak bicara, sekarang kamu siap siap aja, kita berangkat sekarang," ucap Fatimah yang membuat Jesika dengan cepat melangkahkan kakinya.Ia