Zahni Group out, Cahaya Resto pun out. kini Zahra dan Roni tak lagi menjadi seorang pengusaha seperti dulu lagi.
Kehidupan yang mungkin terjadi selanjutnya adalah kehidupan yang sederhana tanpa sebuah kemewahan. Setelah memutuskan untuk meninggalkan rumah, kini Zahra, Roni dan Fatimah pun melangkah keluar, dengan menarik dua koper yang berisi pakaian.Dengan berat Zahra harus memperhatikan muka rumah mewah itu dengan mata memerah, tak menyangka jerih payahnya selama ini akan hilang seketika. Beruntungnya Zahra adalah wanita yang tegar, kini ia menghela nafas dan mencoba tenang, sebelum akhirnya ketiga nya kini melangkah meninggalkan tempat.Sementara Rizki yang memperhatikan itu pun terdiam. Sedih kala melihat orang yang disayangi menderita seperti saat ini. Namun apa yang harus ia lakukan? hanya ini satu satunya cara agar Zahra terbebas dari dendam membara sang sepupu."Maafin aku Ra, maaf," gumamnya yang terus memperhatikan dari dalam mobilnya.<"Sayang, aku berangkat dulu ya, semoga hari ini aku bisa dapet kerjaan," ucap Roni yang penampilannya kini sudah rapi.Dengan kemeja dan celana dasar berwarna hitam, Roni menggenggam amplop besar berwarna coklat. yang tak lain adalah berkas berkas lamaran kerjanya."Iya mas, aku doain semoga kamu dapet kerjaan hari ini.""Amin, dan kamu, jangan nakal ya nak, jagain bunda, dan selalu doain ayah," tambahnya dengan tubuh yang sedikit menunduk, membelai perut Zahra yang masih rata.Tampaknya kedua pasangan ini sangat merindukan sosok sang buah hati, lantaran 12 tahun pernikahannya, belum dikarunia seorang anak.Kabar mengejutkan yang menjadi hadiah terindah untuk keluarganya adalah hadirnya janin setelah divonis mandul.Kini Roni melangkah meninggalkan rumah, dengan berjalan kaki Roni mencoba mencari pekerjaan, dengan semangat dan gigih, calon ayah ini melangkah tak memandang kondisi.Suasana siang ini terasa sangat panas, t
"Kenapa Ron? apa yang terjadi pada Zahra?" tanya Fatimah setelah Roni dan Zahra kini kembali kerumah."Zahra kecapean bu, dan kata dokter mulai sekarang Zahra ngga boleh lagi terlalu cape, dan harus banyak istirahat," Jelas Roni yang membuat Fatimah menatap tajam ke arah Zahra."Zahra, kamu hati hati ya, jaga kandungan kamu. udah yang jualan biar Roni aja, dan kamu istirahat dirumah.""Iya bu, makasih ya bu.""Yaudah bu, aku antar Zahra ke kamar dulu ya biar dia istirahat," ucap Roni yang membuat Fatimah mengangguk.•••Dua hari kemudian."Yaampun aku bosen banget, tiap hari cuma tiduran aja, ngga ngapa ngapain, rasanya malah capek banget," gumam Zahra yang kini beranjak dari tidurnya.Berjalan perlahan, keluar rumah. Ia pandangi Roni yang berjualan disana, warung esnya tampak sangat ramai, dan Roni yang hanya berjualan seorang diri pasti kewalahan.Berniat membantu sang suami, Zahra kini berjalan mende
"Roni, aku bisa jelasin. aku akan jelasin semuanya sekarang," tambah Jesika yang terus mengejar langkah Roni.Mendengar keributan dari luar rumahnya membuat zahra dan fatimah kini keluar, melihat apa yang terjadi? hingga membuat kegaduhan.Mata Zahra dan Fatimah seketika terbelalak, saat mereka dapati Jesika yang mengikuti langkah Roni. Dengan cepat Zahra pun mendekat hingga membuat langkah sang suami terhenti."Ada apa mas? kenapa perempuan ini ada disini?" tanya Zahra melirik Jesika."Ternyata perempuan ini bener bener jahat Ra, aku ngga nyangka ada ya manusia berhati iblis kaya dia."Tertegun mendengar ucapan Roni, pasalnya semarah apa pun dia selama ini tak pernah terdengar kata kata kasar semacam ini, lalu apa yang membuatnya begini?"Ada aoa mas? jelasin ke aku.""Zahra, aku kesini aku mau minta maaf sama kamu dan Roni," sambar Jesika yang membuat Zahra mengerutkan dahi.Minta maaf? untuk apa? rasanya Zahr
Kembali lagi memikirkan akan terancamnya perusahaan milik Jesika. Jesika risau, gundah gulana dan tak tenang, bagaimana jika Roni menolak membantunya, habis sudah perusahaan yang ia perjuangkan selama ini.Kini Jesika meraih ponselnya dan menghubungi Rizki, entah ia akan berbicara apa pada Rizki saat ini?"Kenapa Jes?""Ki, gimana kalau Rizki ngga mau bantuin aku? aku ngga tau harus gimana lagi.""Kamu tenang aja Roni itu orang yang baik, dia ngga akan tega liat orang kain menderita, jadi terus lah merayu, sampai Roni mau membantu mu," jawab Rizki yang membuat Jesika terdiam.Mengikuti ucapan Rizki, Jesika yang kini beranjak dan hendak menemui Roni kembali. Sesampainya dirumah Roni, kembali Jesika memohon pertolongan pada Roni dan Zahra."Sudah berapa kali saya katakan, saya tidak mau Jes, saya ngga mau berurusan dengan kamu lagi.""Tapi Ron, aku mohon, bantu aku. Aku janji ngga akan pernah berbuat jahat lagi pada siapa
"Cuma dia satu satunya cara," gumam Roni yang lalu beranjak, dan menuju perusahaan Jesika.Laki laki berpenampilan santai itu, kini memasuki gedung bertingkat, namun langkahnya terhenti kala seorang sekuriti menghentikan."Maaf, mencari siapa?""Saya mau ketemu bu Jesika pak.""Apa sudah ada janji?""Belum pak, tapi dia tau siapa saya.""Maaf pak tidak bisa, jika ingin bertemu dengan CEO perusahaan ini harus membuat janji terlebih dahulu.""Yasudah pak tolong sampai pada beliau jika Roni datang, saya akan menunggunya disini.""Baik, sebentar."Kini Roni pun menunggu kedatangan Jesika di luar gedung, karena tak diperbolehkan masuk dengan alasan tak memiliki janji.Roni yang kini menunggu dengan tak tenang, risau dan cemas memikirkan keadaan sang istri yang sedang bertaruh nyawa saat ini.Beberapa menit kemudian."Roni."Suara wanita itu menyebut namanya, membuatnya sek
Keesokan harinya."Sayang, aku berangkat dulu ya, kamu istirahat aja dulu jangan banyak beraktifitas, dan ingat hati hati," ucap Roni dengan penampilan yang sudah rapi, kembali ia melihat Roni dengan setelan jas nya."Mas, kok rapi banget? mas ngga jualan es?"Apa yang terjadi Zahra belum mengetahuinya, jika Roni sudah menerima permintaan Jesika, untuk kembali bekerja di perusahaannya."Mulai sekarang aku kerja lagi di perusahaan Jesika Ra."Terdiam dan mengerutkan dahi kala mendengar jawaban yang baru saja Roni lontarkan, bukankah selama ini Roni kekeh untuk tidak menerima permintaan itu, lalu mengapa ia berubah fikiran?"Mas, kenapa kamu berubah fikiran? bukannya kamu ngga mau kerja disana lagi?"Mendengar pertanyaan itu membuat Roni menghela nafas, Dan perlahan menjelaskan semua yang terjadi."Mau bagaimana lagi Ra, saat itu aku bener bener bingung harus dapet uang dari mana, sementara operasi kamu yang harus
Pagi ini saat Zahra hendak melangkahkan kakinya menuju pasar. Langkahnya terhenti kala melihat Rizki melintas, dengan cepat Zahra pun memanggilnya dan mendekat.Ingin sekali meminta maaf dengan laki laki baik yang sudah sempat menerima kata kata kasar darinya."Mas Rizki, aku minta maaf ya, aku sempet ngga percaya dan kecewa sama kamu, tapi ternyata niat kamu baik banget.""Ngga papa ra, aku ngga papa. Oiya kamu kemana?""Ke pasar mas.""Mau aku antar?""Oh ngga usah, ngerepotin.""Ngga sih sebenernya sekalian ada sesuatu yang mau aku sampain ke kamu.""Sesuatu apa mas?""Naik mobil aku yuk, sambil jalan ke pasar sambil kita ngobrol," ajak Rizki yang membuat Zahra akhirnya mengangguk.Ditengah perjalanan."Mas Rizki tadi mau bicara apa?""Jadi gini Ra, kalau kamu mau, kamu bisa kok kelola Cahaya resto lagi," ucap Rizki yang membuat Zahra terdiam.Memikirkan ucapan Riz
Sesampainya dirumah yang dituju. Roni pun menghentikan mobilnya tepat dihalaman depan rumahnya, rumah bertingkat dan berpagar ini mereka perhatikan dengan seksama.Dan kemudian memasukinya dengan menarik koper berisi pakaian. Pandangannya tak berkedip memperhatikan tiap sudut rumah, meski ukurannya tak sebesar rumah mereka dulu, tapi ini sudah jauh lebih baik dari tempat tinggal sebelumnya."Alhamdulilah," gumam Zahra dengan bibir tersenyum."Akhirnya kita dapat tempat tinggal yang lebih baik," sambung Fatimah dengan pandangan yang terus memperhatikan sekelilingnya."Iya, alhamdulilah, Allah selalu memberi jalan pada kita yang kesusahan. Yaudah sekarang ibu masuk kamar ya, yang sebelah sana. dan kamar kita yang disana," ucap Roni dengan menunjuk.Mengikuti ucapan Roni, kini Fatimah pun melangkah dengan menarik sebuah koper dan memasuki kamarnya, begitu juga dengan Roni dan Zahra yang bergandengan tangan memasuki ruang kamarnya pula.