Share

Benar-Benar Desaku

Malamnya, aku duduk santai di depan rumah dengan Bapak, Ibu, dan Mei tentunya. Kami membincangkan banyak sekali hal pada malam itu. Mulai keadaan desa ketika aku mulai meninggalkannya, hingga aku kembali pada saat ini.

Sepertinya tetangga kanan-kiri sudah mendengar berita kepulanganku. Entah siapa yang memberitakan, tapi tahu-tahu Pak Rt dan anaknya, Wawan, mendatangi rumahku. Jadilah rumahku malam itu sangat ramai oleh tamu-tamu yang ingin bertemu denganku, seperti orang penting saja.

“Alhamdulilah, anakmu sudah pulang.” Kata Pak Rt kepada Ibuku.

Syukurlah, Ibuku sudah terbangun dari kamar tidurnya. Tapi aku tetap tidak tega saja melihat dia, seperti menahan sebuah rasa sakit besar.

“Iya, Pak Rt. Aku juga menyesal kenapa tidak pulang langsung ketika mendengar berita Ibu sakit.” Balasku pada Pak Rt yang tengah menikmati kopi panasnya malam ini.

Bukan ibu yang membuatkan kopi, tapi aku sendiri.

Entah kemana Binti tidak terlihat wajah manisnya. Mungkin, dia belum mendengar berita kedata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status