Share

Menata Hari

"Berapa hari lagi kamu mau nginap di sini?" Bram mengekori langkahku masuk kamar hotel.

"Aku gak tau." 

"Baby, please. Nada bicaranya tolong agak lembut, bisa? Sakit banget rasanya tiap kamu ngomong selalu ketus. Aku kangen Zeline yang manja." 

"Zeline yang itu udah gak ada. Kamu yang buat aku kayak gini. Aku ketus aja kamu masih ngotot ngejar. Malesin tau, gak!" Aku mengomel tanpa berbalik badan, tetap melangkah ke arah balkon.

Tiba-tiba Bram memeluk dari belakang. Menyusupkan wajahnya di geraian rambutku, menopangkan dagu di bahu. Aku tahu apa yang dia inginkan. 

"Kenapa aku tetap ngejar kamu? Karena aku cinta mati sama kamu. Walau posisiku sekarang tidak menguntungkan, tapi aku tau tak lama lagi kebenaran akan terkuak." 

Aku tahu Bram ini negosiator ulung. Terbiasa memenangkan tender. Memiliki daya pikat untuk menaklukkan lawan. Juga tak segan menyingkirkan lawan tanpa harus mengotori tangannya. Selama gemrincing uang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status