Seorang laki-laki dengan bahasa tubuhnya yang lemah gemulai dan feminim, terlihat histeris saat melihat seorang wanita masuk ke dalam salon miliknya.
"Hai, Yura? Apa kabar? Sudah lama kamu tidak mampir? Hm, mentang-mentang sudah menjadi selebriti ngetop, somse deh," sapa Min Ho, alias Mimi. Dia termasuk salah satu Hair Stylish yang cukup populer di kalangan aktris dan aktor di Industri hiburan Korea. Bahkan salonnya sudah masuk ke dalam daftar lima salon terbesar di Korea.
Mimi terlihat begitu sumringah menyambut kedatangan Yura.
"Hari ini aku merasa sangat baik. Coba lihat, aku baru saja selesai berbelanja. Nanti malam, aku ada kencan spesial," bisik Yura. Dia tersenyum lebar. Mimi memperhatikan seluruh belanjaan Yura. Banyak sekali memang.
Lalu pandangan Mimi mulai jatuh pada sosok Yura. Sepanjang sejarahnya dia mengenal sosok Yura, Yura itu termasuk dalam salah satu daftar aktris korea yang di bilang sedikit nyeleneh untuk selera fashionnya. Dan dia bukan tipikal wanita yang suka berbelanja seperti wanita-wanita kebanyakan. Yura itu sedikit tomboy. Dia tidak begitu suka memakai rok mini jika bepergian. Dia lebih suka memakai celana jeans sobek serta kaus-kaus model longgar yang melebar bahkan melorot di bagian lingkaran lehernya. Yura itu sepertinya tidak terlalu mementingkan masalah penampilannya di luar. Dia itu cuek. Meski dia tetap harus menjalani perawatan kecantikan, tapi Yura tak pernah mau mengikuti saran Mimi untuk mulai mengubah penampilannya di luar lokasi syuting. Yura bilang, dia hanya mencoba menjadi dirinya sendiri. Itu saja.
"Rambut barumu aneh, Min Ho," ucap Yura cuek. Dia menjatuhkan dirinya ke salah satu kursi empuk yang langsung menghadapkan dirinya pada sebuah kaca besar yang menempel di dinding ruangan.
"Astaga, Yura, sudah berapa kali aku bilang, jangan panggil nama asliku! Namaku Mimi." Mimi terlihat cemberut saat rambut barunya di komentari oleh Yura. Dia bercermin sambil terus memperhatikan model rambut pirang barunya yang bergaya keriting pendek. Gaya rambut yang kini menjadi salah satu trademark di korea. Model rambut dengan ukuran keriting yang kecil yang bisa membuat penampilannya terkesan sedikit messy tapi chic. Mimi sangat suka dengan gaya rambut barunya itu. Yura saja yang tidak mengerti mode. Huh!
"Aku butuh bantuanmu Mimi," Yura terlihat mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Lalu dia memperlihatkan sebuah foto pada Mimi.
"Aku ingin kamu merubah model rambutku persis seperti wanita di foto ini. Harus persis sama." jelas Yura lagi. Lalu dia memperlihatkan beberapa foto yang lainnya.
"Di foto itu kamu terlihat lebih manis dan lebih elegan. Seperti seorang wanita terhormat. Sangat bertolak belakang dengan gaya aslimu, apalagi sifatmu," celetuk Mimi. Dia tertawa.
Yura berdecak kesal. Lihatlah, bahkan di saat orang lain tidak tahu kalau foto itu adalah foto saudara kembarnya tapi sepertinya daya tarik seorang Katrina memang sangat hebat, bahkan hanya dengan melihat fotonya saja orang-orang itu bisa tahu kalau dia adalah seorang wanita baik-baik.
Wanita terhormat?
Cih!
Apa hebatnya dia?
Yura terus menggerutu dalam hati.
"Ya sudah, ayo cuci rambutmu dulu," perintah Mimi kemudian. Mimi meminta salah satu pegawainya untuk mencucikan rambut Yura. Kini, Mimi duduk di kursi di sebelah kursi yang Yura duduki tadi. Dia kembali mengamati foto di dalam ponsel Yura.
Sepertinya Yura baru saja mendapat pemeran tokoh baik dalam film barunya. Makanya dia ingin merubah penampilannya menjadi sama persis dalam foto itu.
Meski perbedaannya terlihat sangat mencolok, antara Yura yang asli dengan Yura yang ada di foto ini. Sepertinya foto ini tidak mencerminkan sosok Yura sedikitpun.
Ah entahlah, tidak usah berfikir aneh-aneh, Mimi! Jelas-jelas di foto itu adalah Yura. Tidak mungkin orang lainkan? Bantah Mimi, membatin.
Dia pun mengenyahkan semua pikiran-pikiran negatifnya.
Rambut Yura sudah selesai di cuci. Mimi pun memulai pekerjaannya. Mimi turun tangan langsung untuk merubah model dan warna rambut Yura.
Yura masih melakukan aktivitasnya di salon saat tiba-tiba ponselnya berdering.
Seo Jun memanggil...
Yura melotot tak percaya. Dia menelan salivanya sendiri. Setelah sekian lama Seo Jun tidak mengabarinya, lalu untuk apa kini dia menelepon?
Yura tidak mau ambil resiko. Dia menonaktifkan ponselnya saat itu juga. Malam ini dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun, termasuk Seo Jun.
Yura sendiri tidak mengerti dengan apa yang dia rasakan dalam hatinya sekarang.
Seo Jun, Min Hyuk dan Reyhan.
Ke tiga laki-laki itu jelas ada di dalam hatinya sekarang.
Dan Yura tahu persis siapa diantara ke tiganya yang lebih mendominasi. Hanya saja Yura terus mencoba untuk mengingkarinya.
Yura hanya tidak ingin kecewa. Yura hanya ingin bersenang-senang dan menikmati hidupnya saat ini. Dan apapun hal yang bisa membuatnya bahagia akan dia lakukan.
Yang Yura tahu, saat ini dirinya bahagia ketika bersama Reyhan. Hatinya berdebar ketika dia berada di dekat Reyhan. Reyhan itu satu-satunya laki-laki yang sangat sulit dia taklukan. Membuatnya penasaran. Sampai dia merasa dirinya hampir gila karena laki-laki itu.
Yura jadi kembali membayangkan kejadian semalam di apartemen Reyhan.
Saat dia bisa menikmati wajah laki-laki itu dengan sangat lama. Saat dia bisa membelai tubuh laki-laki itu yang bahkan sudah hampir dibuatnya tanpa busana. Yura sangat menyukai aroma tubuh Reyhan. Yura merasa bulu kuduknya berdesir. Dia mulai horny jika sudah membayangkan Reyhan. Bahkan dia baru sadar kalau ternyata Reyhan itu jauh lebih tampan dari Min Hyuk.
Yura jadi tidak sabar menunggu malam tiba. Di mana dirinya akan bersenang-senang bersama Reyhan. Dan di waktu yang bersamaan, Katrina akan datang memergoki mereka. Sungguh kebetulan yang sangat menakjubkan.
Yura sudah mengatur semuanya dengan sempurna.
Nyatanya menjadi seorang sutradara itu sangat mudah. Yura seperti sedang menjalani peran ganda dalam film produksinya sendiri.
Menjadi aktris sekaligus sutradaranya.
Pasti adegan yang terjadi malam nanti itu adalah adegan yang paling di tunggu-tunggu oleh para penontonnya.
Adegan di saat, seorang istri memergoki sendiri suaminya yang sedang berselingkuh.
Pasti akan sangat seru!
Yura jadi teringat dengan percakapannya dengan Katrina di telepon tadi pagi.
*
"Siapa kamu? Dan apa maksud semua foto-foto yang kamu kirimkan padaku?" tanya Katrina di telepon.
"Aku Yura, kita sudah pernah berkenalankan sebelumnya? Maaf ya, tadi aku tidak sengaja salah kirim. Aku pikir aku mengirimnya ke nomor Reyhan, tau-taunya bukan," Yura tersenyum jahat. Dia kembali berakting. Meski aktingnya kali ini terlihat sangat di buat-buat.
"Wanita licik! Jangan ganggu suamiku lagi! Kamu pikir aku bodoh? Jelas-jelas dalam foto itu suamiku sedang tidak sadarkan diri. Kamu pasti yang menjebaknya?"
Yura kembali tertawa.
"Reyhan hanya kelelahan. Jadi dia tertidur duluan. Suamimu itu sangat tangguh di atas ranjang. Semalam, dia sendiri yang membookingku. Bahkan dengan harga yang sangat fantastis. Tapi sebenarnya, Reyhan tidak perlu sampai harus melakukan itu hanya untuk bisa tidur denganku. Seandainya dia tahu aku rela memberikan harga cuma-cuma untuk laki-laki seperti dia. Dan kamu mau tahu, apa yang membuat Reyhan itu tertarik padaku? Bahkan saat pertama kali dia bertemu denganku!"
Katrina tidak menjawab dan Yura semakin dibuatnya senang.
"Karena Reyhan bilang, wajahku sangat mirip dengan wajahmu. Jadi setiap kali melihatku, dia jadi seperti melihatmu."
"Wanita sinting! Kamu pikir aku percaya dengan bualanmu?"
"Makanya datang kesini supaya kamu percaya."
"Astagfirullah," bisik Katrina pelan.
"Bagaimana? Mau datang atau tidak? Aku akan memberikan alamat apartemen Reyhan. Bahkan Reyhan selalu saja menggangguku setiap malam. Malam nanti Reyhan mengajakku untuk dinner di apartemennya. Lalu kami akan bersenang-senang lagi setelah itu. Ah, yasudahlah, aku masih ada pekerjaan. Sampai bertemu nanti malam, Bye..."
Klik!
Teleponpun di putus.
*****
"Oh my gosh, Yura? Kamu terlihat berbeda sekali? Kamu lebih anggun dan lebih cute dengan model rambut barumu itu, kita harus selfie dulu sekarang," Mimi terlihat antusias untuk mengambil gambar bersama Yura. Dia akan langsung menpostingnya di akun instagramnya.
Yura dan Mimi terlihat mengambil beberapa pose sebelum akhirnya Yura berniat untuk pamit.
"Baiklah, terima kasih banyak Mimi. Aku harus pergi sekarang, Soo A, ayo kita pergi bawakan semua barang belanjaanku." perintah Yura saat Soo A asisten barunya, selesai membayar di kasir.
Soo A, terlihat terburu-buru saat membawakan barang-barang belanjaan milik Yura, hingga salah satu kantong belanja itupun terjatuh.
Mimi sigap membantu Soo A memunguti belanjaan-belanjaan baru yang di beli Yura.
"Pakaian apa ini? Semuanya warna hitam?" tanya Mimi penasaran.
"Aku juga tidak tahu, tadi Yura mengajakku ke sebuah toko yang menjual khusus pakaian-pakaian muslimah. Dan dia membeli beberapa pakaian tertutup lengkap dengan kain cadar. Yura itu galak sekali, jadi aku tidak berani bertanya apapun," bisik Soo A, sambil sesekali melirik ke arah Yura yang kini menunggunya di luar.
Mimi terus berpikir. Untuk apa Yura membeli begitu banyak pakaian-pakaian seperti itu?
Apa iya dia berniat masuk islam dan menggunakan cadar, seperti seorang teroris?
Oh astaga!
Ini sangat mustahil!
Mimi jadi bergidik ngeri!
Sejak dulu, Yura itu memang aneh!
*****
Yura baru saja menyuruh Soo A untuk pulang. Yura juga sudah mengancam Soo A untuk tidak mengatakan hal apapun pada Keke. Bisa gagal rencananya jika Keke sampai mendatanginya malam ini.
Yura mulai mengeluarkan satu persatu pakaian-pakaian yang tadi dibelinya. Dia membentangkan pakaian itu dengan ke dua tangannya. Lalu mensejajarkan dengan tubuhnya sambil menghadap cermin.
Oh astaga, Yura?
Pakaian macam apa ini?
Apa iya aku harus keluar dengan pakaian seperti ini malam nanti?
Bukankah ini terlihat sangat konyol?
Seorang Souyura Yeon Jin rela melakukan ini semua hanya demi seorang laki-laki bernama Reyhan?
Sungguh luar biasa laki-laki itu.
Tapi, bukan Yura namanya kalau apa yang dia inginkan tidak terpenuhi.
Kamu yang membuat semua ini jadi terlihat sulit Reyhan. Jadi, jangan salahkan aku ya, jika aku terpaksa melakukan hal ini untuk mendapatkanmu. Ah... Seandainya saja hal ini bisa dipermudah.
Bisik Yura dalam hati.
Dia melempar asal pakaiannya ke atas kasur dan menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.
Cukup lama Yura terdiam sambil menatap langit-langit apartemennya.
Selama ini, dia tidak pernah diperlakukan selayaknya manusia oleh laki-laki hidung belang itu. Mereka semua kerap memperlakukan Yura seperti seekor binatang. Tanpa kelembutan, tanpa kasih sayang apalagi cinta. Mereka semua hanya menganggap Yura seperti sampah yang kotor.
Yura hanya ingin diperlakukan layaknya seorang wanita diperlakukan baik oleh suaminya. Suami yang baik yang benar-benar mencintai dengan hati tulus. Bukan cinta pura-pura seperti cinta Min Hyuk padanya.
Yura hanya ingin diperlakukan dengan penuh kelembutan kasih sayang dari seorang laki-laki.
Dan Reyhan adalah satu-satunya laki-laki yang dia pikir bisa memperlakukannya demikian. Bahkan Yura sangat iri setiap kali dirinya mendengar percakapan mesra Katrina dan Reyhan setiap malam di telepon. Reyhan yang manja dan begitu perhatian pada istrinya. Yura juga ingin diperlakukan seperti itu. Yura juga ingin berada di posisi Katrina.
Yura ingin merasakan apa yang selama ini Katrina dapatkan dari suaminya. Walau hanya untuk satu malam.
Sepertinya hal itu tidak terlalu egois.
Ya, tentu saja tidak. Hal itu tidak sebanding dengan seluruh penderitaan yang telah Yura alami selama ini. Bahkan Katrina tidak berhak membencinya hanya karena Yura meminjam Reyhan untuk satu malam saja. Katrina tidak berhak untuk marah padanya. Karena wanita itu tidak pernah merasakan apa yang selama ini di alami Yura.
Seandainya wanita itu marah, Yura hanya perlu memintanya untuk bertukar posisi dengannya. Bahkan Yura yakin, wanita itu tidak akan sanggup.
Jadi, Yura tidak akan menyesal atas apa yang akan dia lakukan kepada Katrina malam ini. Tidak. Tidak akan!
Yura baru hendak membenahi seluruh pakaian-pakaiannya yang berserak di atas tempat tidur, saat tiba-tiba bel pintu apartemennya berbunyi. Yura pun bergegas dan langsung menyembunyikan seluruh pakaian-pakaian itu ke dalam lemari. Tak lupa dia memakai kembali masker wajahnya, juga mengikat asal rambutnya yang tadi tergerai.
Yura berjalan gontai menuju pintu dan membukanya.
"Reyhan?" ucapnya pelan. Meski dia tidak terlalu kaget. Dia sudah yakin pasti Reyhan akan menemuinya setelah kejadian tadi malam.
"Bisa bicara sebentar?" kalimat itu terdengar sinis. Reyhan menatap lurus-lurus ke arah Yura.
Lihat saja, bahkan di dalam apartemen pun dia masih memakai masker wajah! Dasar wanita aneh! Bisik batin Reyhan. Kali ini dia sudah benar-benar marah pada Yura.
"Bicara saja, aku dengar," jawab Yura cuek.
"Apa yang kamu lakukan tadi malam di apartemenku?"
"Apa? Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya datang untuk meminta bantuan padamu. Kamu ingatkan dengan laki-laki yang pernah menyiksaku waktu itu, Jimmy ling? Ingat tidak?" ucap Yura. Dia kembali bersandiwara lagi.
"Ada apa dengan dia?"
"Ya ampun Reyhan, jadi kamu benar-benar tidak ingat?" ucap Yura dengan bakat aktingnya yang luar biasa.
"Masuklah, kita bicara di dalam," ajak Yura.
"Tidak usah. Di sini saja. Cepat jelaskan apa yang sudah terjadi semalam?" Reyhan kembali mengulang pertanyaannya. Dia sudah tidak sabar.
"Jadi begini, Jimmy Ling membookingku lagi. Aku sangat takut. Itulah sebabnya aku meminta bantuanmu. Aku bingung harus meminta bantuan pada siapa lagi. Karena selama ini cuma kamu satu-satunya orang yang tahu profesiku sebagai wanita panggilan. Dan satu-satunya cara untuk membatalkannya yaitu dengan melakukan pembookingan di hari yang sama tapi dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang telah disanggupi oleh Jimmy Ling. Karena sistem pembookingan itu bisa tergeser bila ada yang membooking dengan harga yang lebih tinggi. Coba kamu cek saja di Ponselmu, pasti bukti transaksinya masih ada. Kamu tenang saja, untuk masalah uang aku akan menggantinya. Percayalah,"
"Lalu, bagaimana aku bisa mabuk? Selama ini aku tidak pernah minum dan aku tidak suka minum,"
"Astaga, Reyhan? Kamu ini seperti anak kecil. Semalam kamu sendiri yang menyuguhkanku segelas minuman cola yang kamu ambil dari dalam kulkasmu sendiri di apartemen. Aku sudah memperingatkanmu, merk cola yang kamu beli itu mengandung alkohol. Tapi kamu tidak percaya. Bahkan kamu baru minum setengah gelas saja kamu langsung pingsan. Aku yang membantumu ke tempat tidur. Lain kali, berhati-hatilah membeli produk minuman di korea, karena hampir 80 % produk minuman yang di jual di sini itu mengandung alkohol,"
Reyhan tidak memungkiri hal itu. Dua hari yang lalu dia memang membeli minuman cola dan beberapa camilan untuk mengisi kulkasnya yang kosong. Tapi dia tidak sempat memperhatikan komposisinya. Dia pikir minuman cola yang di jual di sini sama seperti minuman-minuman bersoda yang di jual di indonesia.
"Jadi? Masih ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Yura santai.
"Tidak. Maaf kalau aku sudah salah paham padamu. Ya sudah, aku kembali dulu ke apartemenku," ucap Reyhan menyesal. Dia jadi tidak enak hati pada Yura.
"No problem. Sudah biasa, wanita sepertiku selalu di anggap tidak baik. Aku sadar diri,"
"Bukan begitu Yura. Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu. Sekali lagi, aku minta maaf. Oh ya, aku harap, kamu bisa mempertimbangkan ucapanku, sebaiknya kamu berhenti melakukan pekerjaan itu. Aku bisa membantumu mencari pekerjaan lain yang lebih baik jika memang kamu membutuhkan biaya untuk melunasi semua hutang-hutang ayahmu,"
Yura tersenyum tipis di balik masker wajahnya.
"Seandainya saja aku bisa berhenti. Sudah sejak dulu aku berhenti Reyhan. Hanya saja, aku tidak bisa. Resikonya terlalu besar. Mungkin jika hanya diriku yang akan menanggung akibatnya, itu tidak jadi masalah, tapi ada nyawa lain yang terancam jika aku berhenti. Aku tidak mau orang lain menderita karena aku. Apalagi mereka keluargaku sendiri. Mungkin jika kamu berada di posisiku, kamu pun akan melakukan hal yang sama denganku,"
Reyhan terenyuh mendengar perkataan Yura. Reyhan jadi tidak habis pikir, Ayah macam apa yang tega menjual anak gadinya sendiri. Sungguh biadab!
"Masalah uang bookingan itu tidak usah kamu khawatirkan. Tidak usah di ganti. Baiklah, aku kembali dulu ke apartemenku,"
Yura mengangguk kecil, lalu dia pun menutup pintu apartemennya saat Reyhan sudah berlalu dari hadapannya.
Fiuh!!!
Yura menarik nafas lega. Dia mengelus-elus dadanya dengan satu tangan. Baru kali ini dia akting, tapi hatinya terus berdebar tidak karuan. Sungguh aneh!
Yura melirik jam di dinding apartemennya. Sudah menunjukkan pukul setengah enam sore waktu Busan.
Yura sudah mengirim seorang mata-mata di Bandara untuk menjemput Katrina. Mencari seorang wanita bercadar yang berkeliaran di Bandara korea tentu bukan hal yang sulit. Mata-matanya baru saja memberinya informasi bahwa kedatangan pesawat terakhir dari indonesia yaitu pukul setengah tujuh malam nanti. Itu tandanya Katrina akan sampai di Busan sekitar pukul sembilan malam.
Dan barang pesanannya sampai sekarang belum juga datang. Padahal dia sudah memesan barang itu dari dua hari yang lalu.
Yura terlihat menghubungi seseorang.
"Halo, barang pesanan atas nama Yura yang harus di kirim ke apartemen Haeundae sore ini kenapa belum saya terima? Saya memerlukan barang itu secepatnya,"
"Maaf nona, bisa minta konfirmasi ulang mengenai pemesanan barang yang anda pesan?" sahut sebuah suara dari seberang.
"Aku memesan satu paket obat perangsang pria dengan kualitas terbaik,"
Jangan lupa jejaknya ya say... :)
"Saya sudah melihatnya di Bandara. Dia datang bersama empat orang wanita dewasa dan tiga orang balita, Nona Yura. Mereka baru saja keluar dari Bandara. Sepertinya mereka baru akan memesan taksi. Saya akan menghampiri mereka dan menawarkan jasa taksi pada mereka." "Oke, terima kasih. Pastikan hubungi aku kembali saat kalian sudah sampai di parkiran gedung apartemenku," "Baik, Nona Yura." Klik. Percakapan di telepon itu pun di putus. Yura menatap pantulan dirinya sekali lagi di depan cermin. Yura dengan pakaian lengkapnya ala wanita muslim kebanyakan, berwarna serba hitam dengan cadar yang menutupi wajah cantiknya. Apa ini benar-benar diriku sekarang? Sungguh seperti mimpi saja! Pikirnya membatin. Yura pun melangkah ke arah pintu apartemennya setelah dia mengambil tas tangan dan koper palsunya. Dia
"Katrina?" ucap Reyhan senang sekaligus tak percaya. Dia melongok keluar tak ada siapa-siapa lagi. Itu artinya, Katrina hanya datang seorang diri. "Mana Akmal?" tanya Reyhan seraya menutup pintu apartemennya. Dia mengikuti langkah istrinya yang mulai berjalan memasuki apartemennya. Reyhan pun tak lupa menarik koper Katrina dan membawanya ke dalam kamar. "Akmal masih demam. Besok kalau dia sudah membaik, Luwi akan menyusulku ke sini membawa Akmal," "Tapikan kamu masih harus menyusui Akmal? Kenapa kamu malah meninggalkan Akmal yang sedang sakit, Trina?" tanya Reyhan yang dibuat bingung oleh sikap istrinya. "Ketika kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri saat suamimu tiba-tiba dipeluk oleh wanita lain, apa aku masih harus tetap berdiam diri? Aku sudah mengirimkanmu pesan kalau aku akan datang hari ini. Jadi aku tidak akan ingkar janji," Ternyata benar dugaan Reyhan. K
Setelah mendapat pesan dari Keke, Seo Jun langsung berniat mendatangi Yura ke apartemen sang adik angkatnya itu.Namun anehnya, ketika dia datang ke sana, Seo Jun justru mendapati sesosok wanita bercadar yang keluar dari dalam apartemen itu.*"Assalamualaikum, maaf anda cari siapa?" tanya si wanita bercadar yang baru saja keluar dari apartemen Yura."A-aku mau mencari Yura, setahuku ini apartemen Yura, adik angkatku," jawab Seo Jun sedikit terbata."Maaf, saya baru dua hari tinggal di sini dan tidak tahu menahu soal Yura," jawab si wanita bercadar tadi.Hingga setelahnya Seo Junpun memilih untuk pamit.*Lelaki itu pergi menuju pusat informasi untuk mempertanyakan mengenai kepemilikan apartemen milik sang adik."Tapi itu memang nomor apartemen Nona Yura, Pak. Dia belum pindah d
"Siapa kamu?" tanya Reyhan sinis. Tatapan matanya menghujam tajam pada sosok wanita yang terlihat bangkit dari lantai karena Reyhan baru saja mendorong tubuh wanita itu secara tiba-tiba dengan sangat keras.Pening dikepalanya akibat hasrat sesksual yang sedang tinggi terus berusaha ditepisnya. Reyhan terus beristigfar dalam hati. Dia tidak mau kalah dengan nafsu duniawinya. Meski sadar hal itu begitu sulit dia tahan, saat ini.Kini mereka berdiri saling berhadapan."Kamu bukan Katrina!" tegas Reyhan lagi.Yura tersenyum sinis."Ayolah Reyhan, jangan merusak suasana! Mau aku Katrina atau bukan, wajahku dengan dia samakan? Tidak usah munafik!" ucap Yura. Dia berjalan mendekat ke arah Reyhan."Jangan mendekat! Jawab pertanyaanku? Siapa kamu sebenarnya? Dan apa maksud semua ini?" bentak Reyhan lagi. Dia ter
Hardin sedang berada di kamar bersama Gibran. Hari ini Gibran mendapat juara pertama lomba melukis di sekolahnya. Itulah alasannya dia terus merengek pada sang Papa supaya menghubungi Mamanya. Gibran ingin memamerkan piala kebesarannya pada Luwi.Hardin dan Gibran sedang asik bermain PS saat tiba-tiba ponselnya berdering.Reyhan Video Calling...Klik. Hardin pun menjawab panggilan itu."Halo, Hardin, ini lo ngomong sama Luwi. Dia butuh lo sekarang," ucap Reyhan dari seberang, dia langsung to the point. "Ini, bicara dengan Hardin, ya Luwi," ucap Reyhan lagi.Kini ponsel itu sudah berada di tangan Luwi. Hardin memberi instruksi
Siang ini Seo Jun berniat untuk mengajak Reyhan berbicara tentang beberapa hal secara pribadi. Hal yang bersangkutan dengan Yura. Seo Jun menghampiri Reyhan saat laki-laki itu sedang makan siang di Kantin perusahaan. Kebetulan dia sedang sendirian."Selamat siang Pak Reyhan, boleh saya bergabung?" sapa Seo Jun seramah mungkin.Reyhan mendongakkan kepalanya dengan mulut yang masih mengunyah makanan. Dia tersenyum tipis seraya mengangguk. Dalam hati, dia sudah bisa menebak apa maksud Seo Jun menghampirinya. Sebab Katrina sudah menceritakan bahwa Seo Jun adalah Kakak Yura. Dunia ini begitu sempit ternyata."Saya ingin meminta maaf mewakili Yura, atas kesalahan yang telah dilakukan Yura kepada anda dan Istri anda, Pak Reyhan," ucap Seo Jun lagi. Dia benar-benar tidak enak hati. Bahkan Seo Jun seperti kehilangan muka dihadapan Klien
"Aku sungguh tidak percaya dengan semua kebodohanmu itu Yura! Kamu tahu, tadi aku habis bertemu dengan siapa?" Keke berhasil meluapkan kekesalannya pada Yura."Kalau kamu tidak memberitahuku, mana aku tahu," jawab Yura santai. Dia menenggak satu sloki soju lagi. Bahkan setelah dia menghabiskan dua botol soju sendirian. Seharian ini Yura tidak ada jadwal syuting, jadilah dia mengurung dirinya di dalam apartemen, sendirian."Sudah cukup, Yura! Jangan minum terus!" Keke meraih gelas sloki dari tangan Yura serta beberapa botol soju beer yang masih dalam keadaan utuh. Keke sudah paham diluar kepala satu kebiasaan buruk Yura jika dia sedang dilanda masalah. Yura pasti akan terus menerus minum, sampai dia mabuk berat dan kehilangan kesadaran.
Malam itu mereka menyewa dua taksi. Reyhan, Katrina dan Bi Lisa juga Akmal berada dalam satu taksi yang sama. Reyhan duduk di belakang bersama Katrina. Sementara Bi Lisa duduk di depan di samping kemudi sambil memangku Akmal.Reyhan yang masih belum bisa Move On dari kejadian yang terjadi di antara dirinya dan aktor korea bernama Min Hyuk tadi. Kenapa sih, masalahnya dengan Yura kini jadi merembet kemana-mana? Reyhan benar-benar tidak habis pikir.Bahkan sejak seharian tadi di kantor Reyhan merasa dirinya jadi pusat perhatian seluruh karyawan kantor Walmart. Hal biasa baginya jika yang memperhatikannya adalah seorang wanita. Tapi kali ini semuanya, seluruhnya. Dan hal itu tidak terjadi di kantor saja. Tapi di tempat-tempat lainnya pun sama. Awalnya Reyhan ingin mengabaikan perasaan itu tapi nyatanya dia tidak bisa. Apalagi saat dia mendengar sebuah celetukan dari seoran