Share

15. PENYAMARAN

"Saya sudah melihatnya di Bandara. Dia datang bersama empat orang wanita dewasa dan tiga orang balita, Nona Yura. Mereka baru saja keluar dari Bandara. Sepertinya mereka baru akan memesan taksi. Saya akan menghampiri mereka dan menawarkan jasa taksi pada mereka."

"Oke, terima kasih. Pastikan hubungi aku kembali saat kalian sudah sampai di parkiran gedung apartemenku,"

"Baik, Nona Yura."

Klik.

Percakapan di telepon itu pun di putus.

Yura menatap pantulan dirinya sekali lagi di depan cermin.

Yura dengan pakaian lengkapnya ala wanita muslim kebanyakan, berwarna serba hitam dengan cadar yang menutupi wajah cantiknya.

Apa ini benar-benar diriku sekarang? Sungguh seperti mimpi saja!

Pikirnya membatin.

Yura pun melangkah ke arah pintu apartemennya setelah dia mengambil tas tangan dan koper palsunya. Dia juga sempat mengecek kembali semua perlengkapan yang dia butuhkan sudah seluruhnya tersedia.

It's time Yura, can do it!

Ujar Yura dalam hati, menyemangati diri sendiri.

Yura membuka pintu apartemen itu tepat saat bel pintu apartemennya di tekan dari luar oleh seseorang.

Yura mendapati seseorang tengah berdiri di depan pintu apartemennya.

Ke dua orang itu terlihat sama-sama kaget.

Seo Jun? Pekik Yura membatin.

***

"Astagfirullah Al-adzim," pekik Luwi tak percaya saat Katrina baru saja memperlihatkan semua foto-foto yang dikirim Yura tadi pagi ke ponselnya. Saat ini mereka sedang berada di dalam taksi menuju apartemen Reyhan di Haeundae.

"Benar ini Kak Reyhan? Dan wanita ini, sungguh mirip sekali dengan Mba Trina," ucap Luwi lagi.

Luwi melihat hampir semua foto itu di ambil di atas tempat tidur. Di mana Reyhan sedang berpose bersama seorang wanita. Tubuh mereka ditutupi oleh selimut putih sebatas dada dan seolah-olah mereka sedang dalam keadaan bugil. Meski tidak terlihat secara kontras. Tapi siapapun yang melihat foto itu untuk pertama kali, sudah pasti akan berpikir hal yang sama dengan apa yang dipikirkan Luwi dan juga Katrina. Meski, yang Luwi lihat, posisi Reyhan memang sedang dalam keadaan memejamkan mata. Jadi, yang mengambil gambar itu sudah pasti adalah wanita yang berada di sebelah Reyhan. Wanita bernama Yura yang menjadi tetangga di sebelah apartemen Reyhan. Katrina baru saja menceritakan semuanya pada Luwi. Sepertinya dia sudah tidak sanggup menahan beban yang menumpuk dihatinya sendirian.

"Mba, Mba tenang dulu ya. Aku mengerti perasaan Mba. Tapi kita semua tahu Kak Reyhan itu tidak mungkin melakukan itu semua. Kak Reyhan sangat mencintai Mba. Jadi, aku rasa mustahil Kak Reyhan bisa mengkhianati Mba, apalagi wanita itu adalah seorang pelacur. Pasti wanita itu yang menggoda Kak Reyhan lebih dulu," Luwi mencoba menenangkan hati Katrina. Meski dalam hati Luwi sendiri jadi bingung kenapa semua ini bisa terjadi? Siapa wanita bernama Yura itu? Kenapa wajahnya bisa sama persis dengan wajah Kakak Iparnya? Luwi benar-benar tidak habis pikir.

Luwi meraih Katrina ke dalam pelukannya. Katrina yang pada awalnya hanya terdiam dalam tangis. Kini mulai terisak. Dia menangis sesenggukan di balik bahu Luwi. Luwi mengusap-usap pelan khimar Katrina dari balik punggungnya.

"Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya, Mba. Sudah, Mba jangan menangis terus. Aku jadi ikut sedih," Luwi jadi ikutan terisak. Dia melirik Akmal yang sedang tertidur di dalam gendongan Bi Lisa yang duduk di sebelah Katrina.

Kasihan sekali Akmal. Seharian ini dia belum mendapat senyuman kasih sayang dari Ibunya. Pikir Luwi dalam hati.

"Sepanjang perjalanan tadi aku terus berusaha meyakinkan hatiku untuk tidak percaya pada wanita itu. Aku ingin lebih percaya pada suamiku. Tapi kenapa sulit sekali rasanya, Luwi. Kenapa sulit?" keluh Katrina. Suara lembutnya terdengar lirih di telinga.

"Kita bicarakan ini jika sudah sampai di apartemen ya, Mba? Lebih baik, sekarang Mba Trina istirahat dulu. Mba terlihat sangat lelah. Nanti Mba sakit. Kalau Mba sakit, kasihan Akmal, nanti dia jadi ikut sakit," Luwi membimbing kepala Katrina agar bersandar nyaman di sandaran jok mobil setelah dia memberi alas sebuah bantal kecil untuk kepala sang Kakak Ipar. Luwi juga sempat menyeka air mata Katrina. Perlahan, mata Katrina terpejam setelah dia mengucapkan terima kasih pada Luwi.

Katrina memang merasa sangat lelah. Bukan hanya tubuhnya yang lelah, tapi hatinya juga.

Begitu Katrina tertidur, Luwi mendapati sebuah telepon masuk di ponselnya. Telepon dari Hardin, suaminya di Amerika.

"Halo, assalamualaikum, Kak?" ucap Luwi di telepon kepada seseorang.

"Iya, aku sudah di Busan. Sekarang, aku sedang di taksi menuju apartemen Kak Reyhan." lanjut Luwi lagi.

"Iya. Anak-anak sudah tidur. Sepertinya mereka kelelahan selama di perjalanan tadi. Mba Katrina juga sedang tertidur,"

"Baiklah, iya, waalaikum salam."

Klik.

Sambungan telepon itu pun di putus.

***

Reyhan mundar mandir sendirian di dalam apartemennya sejak tadi. Dia benar-benar kalut. Sampai saat ini Katrina belum juga bisa dihubungi. Padahal Reyhan sudah berpuluh-puluh kali menghubungi istrinya itu. Dia sangat khawatir.

Bahkan setelah Reyhan mencoba untuk menghubungi Luwi, tapi tidak kunjung ada jawaban.

Hingga akhirnya. Reyhan hanya bisa terduduk pasrah di sofa. Reyhan memperhatikan layar Tv dihadapannya. Dia baru sadar, semenjak dia berada di Korea Reyhan hampir tidak pernah menonton televisi apalagi membaca berita. Reyhan hanya tidak tertarik dengan acara-acara Tv di korea.

Reyhan bingung harus berbuat apa. Dia berjalan menuju kulkas dan memeriksa kembali minuman cola yang dibelinya lusa kemarin.

Tapi, dia tidak menemukan adanya kandungan alkohol dalam komposisi minuman itu. Hingga setelahnya, Reyhan mencoba meneguknya sedikit. Rasanya sama seperti rasa minuman bersoda yang biasa dia minum.

Reyhan menunggu beberapa menit apakah minuman itu memang bereaksi memabukkan atau tidak. Anehnya Reyhan tidak merasakan adanya perubahan apapun. Dia terlihat masih segar bugar dan sepenuhnya dalam kondisi sadar, bahkan setelah dia menenggak beberapa kali lagi minuman itu.

Apa iya dia sudah dibodohi oleh Yura?

Reyhan beralih pada ponselnya. Dia mencari bukti transaksi pembookingan untuk Yura di pesan masuk. Tidak ada.

Tidak ada transaksi apapun.

Wanita itu benar-benar keterlaluan!

Reyhan benar-benar naik pitam. Hingga akhirnya dia berniat untuk kembali mendatangi Yura di apartemennya.

Reyhan membuka pintu apartemennya dan mendapati seseorang kini tengah berdiri di hadapannya.

Seorang wanita berpakaian serba hitam, di mana wajahnyapun tertutup oleh cadar.

Dan Reyhan jelas sangat mengenali siapa wanita itu.

"Katrina?" ucap Reyhan pelan.

Dia tersenyum senang sekaligus tak percaya.

Herofah

Jangan lupa jejaknya..

| 1
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Endang Kurnia
seru juga ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status