"Saya sudah melihatnya di Bandara. Dia datang bersama empat orang wanita dewasa dan tiga orang balita, Nona Yura. Mereka baru saja keluar dari Bandara. Sepertinya mereka baru akan memesan taksi. Saya akan menghampiri mereka dan menawarkan jasa taksi pada mereka."
"Oke, terima kasih. Pastikan hubungi aku kembali saat kalian sudah sampai di parkiran gedung apartemenku,"
"Baik, Nona Yura."
Klik.
Percakapan di telepon itu pun di putus.
Yura menatap pantulan dirinya sekali lagi di depan cermin.
Yura dengan pakaian lengkapnya ala wanita muslim kebanyakan, berwarna serba hitam dengan cadar yang menutupi wajah cantiknya.
Apa ini benar-benar diriku sekarang? Sungguh seperti mimpi saja!
Pikirnya membatin.
Yura pun melangkah ke arah pintu apartemennya setelah dia mengambil tas tangan dan koper palsunya. Dia juga sempat mengecek kembali semua perlengkapan yang dia butuhkan sudah seluruhnya tersedia.
It's time Yura, can do it!
Ujar Yura dalam hati, menyemangati diri sendiri.
Yura membuka pintu apartemen itu tepat saat bel pintu apartemennya di tekan dari luar oleh seseorang.
Yura mendapati seseorang tengah berdiri di depan pintu apartemennya.
Ke dua orang itu terlihat sama-sama kaget.
Seo Jun? Pekik Yura membatin.
***
"Astagfirullah Al-adzim," pekik Luwi tak percaya saat Katrina baru saja memperlihatkan semua foto-foto yang dikirim Yura tadi pagi ke ponselnya. Saat ini mereka sedang berada di dalam taksi menuju apartemen Reyhan di Haeundae.
"Benar ini Kak Reyhan? Dan wanita ini, sungguh mirip sekali dengan Mba Trina," ucap Luwi lagi.
Luwi melihat hampir semua foto itu di ambil di atas tempat tidur. Di mana Reyhan sedang berpose bersama seorang wanita. Tubuh mereka ditutupi oleh selimut putih sebatas dada dan seolah-olah mereka sedang dalam keadaan bugil. Meski tidak terlihat secara kontras. Tapi siapapun yang melihat foto itu untuk pertama kali, sudah pasti akan berpikir hal yang sama dengan apa yang dipikirkan Luwi dan juga Katrina. Meski, yang Luwi lihat, posisi Reyhan memang sedang dalam keadaan memejamkan mata. Jadi, yang mengambil gambar itu sudah pasti adalah wanita yang berada di sebelah Reyhan. Wanita bernama Yura yang menjadi tetangga di sebelah apartemen Reyhan. Katrina baru saja menceritakan semuanya pada Luwi. Sepertinya dia sudah tidak sanggup menahan beban yang menumpuk dihatinya sendirian.
"Mba, Mba tenang dulu ya. Aku mengerti perasaan Mba. Tapi kita semua tahu Kak Reyhan itu tidak mungkin melakukan itu semua. Kak Reyhan sangat mencintai Mba. Jadi, aku rasa mustahil Kak Reyhan bisa mengkhianati Mba, apalagi wanita itu adalah seorang pelacur. Pasti wanita itu yang menggoda Kak Reyhan lebih dulu," Luwi mencoba menenangkan hati Katrina. Meski dalam hati Luwi sendiri jadi bingung kenapa semua ini bisa terjadi? Siapa wanita bernama Yura itu? Kenapa wajahnya bisa sama persis dengan wajah Kakak Iparnya? Luwi benar-benar tidak habis pikir.
Luwi meraih Katrina ke dalam pelukannya. Katrina yang pada awalnya hanya terdiam dalam tangis. Kini mulai terisak. Dia menangis sesenggukan di balik bahu Luwi. Luwi mengusap-usap pelan khimar Katrina dari balik punggungnya.
"Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya, Mba. Sudah, Mba jangan menangis terus. Aku jadi ikut sedih," Luwi jadi ikutan terisak. Dia melirik Akmal yang sedang tertidur di dalam gendongan Bi Lisa yang duduk di sebelah Katrina.
Kasihan sekali Akmal. Seharian ini dia belum mendapat senyuman kasih sayang dari Ibunya. Pikir Luwi dalam hati.
"Sepanjang perjalanan tadi aku terus berusaha meyakinkan hatiku untuk tidak percaya pada wanita itu. Aku ingin lebih percaya pada suamiku. Tapi kenapa sulit sekali rasanya, Luwi. Kenapa sulit?" keluh Katrina. Suara lembutnya terdengar lirih di telinga.
"Kita bicarakan ini jika sudah sampai di apartemen ya, Mba? Lebih baik, sekarang Mba Trina istirahat dulu. Mba terlihat sangat lelah. Nanti Mba sakit. Kalau Mba sakit, kasihan Akmal, nanti dia jadi ikut sakit," Luwi membimbing kepala Katrina agar bersandar nyaman di sandaran jok mobil setelah dia memberi alas sebuah bantal kecil untuk kepala sang Kakak Ipar. Luwi juga sempat menyeka air mata Katrina. Perlahan, mata Katrina terpejam setelah dia mengucapkan terima kasih pada Luwi.
Katrina memang merasa sangat lelah. Bukan hanya tubuhnya yang lelah, tapi hatinya juga.
Begitu Katrina tertidur, Luwi mendapati sebuah telepon masuk di ponselnya. Telepon dari Hardin, suaminya di Amerika.
"Halo, assalamualaikum, Kak?" ucap Luwi di telepon kepada seseorang.
"Iya, aku sudah di Busan. Sekarang, aku sedang di taksi menuju apartemen Kak Reyhan." lanjut Luwi lagi.
"Iya. Anak-anak sudah tidur. Sepertinya mereka kelelahan selama di perjalanan tadi. Mba Katrina juga sedang tertidur,"
"Baiklah, iya, waalaikum salam."
Klik.
Sambungan telepon itu pun di putus.
***
Reyhan mundar mandir sendirian di dalam apartemennya sejak tadi. Dia benar-benar kalut. Sampai saat ini Katrina belum juga bisa dihubungi. Padahal Reyhan sudah berpuluh-puluh kali menghubungi istrinya itu. Dia sangat khawatir.
Bahkan setelah Reyhan mencoba untuk menghubungi Luwi, tapi tidak kunjung ada jawaban.
Hingga akhirnya. Reyhan hanya bisa terduduk pasrah di sofa. Reyhan memperhatikan layar Tv dihadapannya. Dia baru sadar, semenjak dia berada di Korea Reyhan hampir tidak pernah menonton televisi apalagi membaca berita. Reyhan hanya tidak tertarik dengan acara-acara Tv di korea.
Reyhan bingung harus berbuat apa. Dia berjalan menuju kulkas dan memeriksa kembali minuman cola yang dibelinya lusa kemarin.
Tapi, dia tidak menemukan adanya kandungan alkohol dalam komposisi minuman itu. Hingga setelahnya, Reyhan mencoba meneguknya sedikit. Rasanya sama seperti rasa minuman bersoda yang biasa dia minum.
Reyhan menunggu beberapa menit apakah minuman itu memang bereaksi memabukkan atau tidak. Anehnya Reyhan tidak merasakan adanya perubahan apapun. Dia terlihat masih segar bugar dan sepenuhnya dalam kondisi sadar, bahkan setelah dia menenggak beberapa kali lagi minuman itu.
Apa iya dia sudah dibodohi oleh Yura?
Reyhan beralih pada ponselnya. Dia mencari bukti transaksi pembookingan untuk Yura di pesan masuk. Tidak ada.
Tidak ada transaksi apapun.
Wanita itu benar-benar keterlaluan!
Reyhan benar-benar naik pitam. Hingga akhirnya dia berniat untuk kembali mendatangi Yura di apartemennya.
Reyhan membuka pintu apartemennya dan mendapati seseorang kini tengah berdiri di hadapannya.
Seorang wanita berpakaian serba hitam, di mana wajahnyapun tertutup oleh cadar.
Dan Reyhan jelas sangat mengenali siapa wanita itu.
"Katrina?" ucap Reyhan pelan.
Dia tersenyum senang sekaligus tak percaya.
Jangan lupa jejaknya..
"Katrina?" ucap Reyhan senang sekaligus tak percaya. Dia melongok keluar tak ada siapa-siapa lagi. Itu artinya, Katrina hanya datang seorang diri. "Mana Akmal?" tanya Reyhan seraya menutup pintu apartemennya. Dia mengikuti langkah istrinya yang mulai berjalan memasuki apartemennya. Reyhan pun tak lupa menarik koper Katrina dan membawanya ke dalam kamar. "Akmal masih demam. Besok kalau dia sudah membaik, Luwi akan menyusulku ke sini membawa Akmal," "Tapikan kamu masih harus menyusui Akmal? Kenapa kamu malah meninggalkan Akmal yang sedang sakit, Trina?" tanya Reyhan yang dibuat bingung oleh sikap istrinya. "Ketika kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri saat suamimu tiba-tiba dipeluk oleh wanita lain, apa aku masih harus tetap berdiam diri? Aku sudah mengirimkanmu pesan kalau aku akan datang hari ini. Jadi aku tidak akan ingkar janji," Ternyata benar dugaan Reyhan. K
Setelah mendapat pesan dari Keke, Seo Jun langsung berniat mendatangi Yura ke apartemen sang adik angkatnya itu.Namun anehnya, ketika dia datang ke sana, Seo Jun justru mendapati sesosok wanita bercadar yang keluar dari dalam apartemen itu.*"Assalamualaikum, maaf anda cari siapa?" tanya si wanita bercadar yang baru saja keluar dari apartemen Yura."A-aku mau mencari Yura, setahuku ini apartemen Yura, adik angkatku," jawab Seo Jun sedikit terbata."Maaf, saya baru dua hari tinggal di sini dan tidak tahu menahu soal Yura," jawab si wanita bercadar tadi.Hingga setelahnya Seo Junpun memilih untuk pamit.*Lelaki itu pergi menuju pusat informasi untuk mempertanyakan mengenai kepemilikan apartemen milik sang adik."Tapi itu memang nomor apartemen Nona Yura, Pak. Dia belum pindah d
"Siapa kamu?" tanya Reyhan sinis. Tatapan matanya menghujam tajam pada sosok wanita yang terlihat bangkit dari lantai karena Reyhan baru saja mendorong tubuh wanita itu secara tiba-tiba dengan sangat keras.Pening dikepalanya akibat hasrat sesksual yang sedang tinggi terus berusaha ditepisnya. Reyhan terus beristigfar dalam hati. Dia tidak mau kalah dengan nafsu duniawinya. Meski sadar hal itu begitu sulit dia tahan, saat ini.Kini mereka berdiri saling berhadapan."Kamu bukan Katrina!" tegas Reyhan lagi.Yura tersenyum sinis."Ayolah Reyhan, jangan merusak suasana! Mau aku Katrina atau bukan, wajahku dengan dia samakan? Tidak usah munafik!" ucap Yura. Dia berjalan mendekat ke arah Reyhan."Jangan mendekat! Jawab pertanyaanku? Siapa kamu sebenarnya? Dan apa maksud semua ini?" bentak Reyhan lagi. Dia ter
Hardin sedang berada di kamar bersama Gibran. Hari ini Gibran mendapat juara pertama lomba melukis di sekolahnya. Itulah alasannya dia terus merengek pada sang Papa supaya menghubungi Mamanya. Gibran ingin memamerkan piala kebesarannya pada Luwi.Hardin dan Gibran sedang asik bermain PS saat tiba-tiba ponselnya berdering.Reyhan Video Calling...Klik. Hardin pun menjawab panggilan itu."Halo, Hardin, ini lo ngomong sama Luwi. Dia butuh lo sekarang," ucap Reyhan dari seberang, dia langsung to the point. "Ini, bicara dengan Hardin, ya Luwi," ucap Reyhan lagi.Kini ponsel itu sudah berada di tangan Luwi. Hardin memberi instruksi
Siang ini Seo Jun berniat untuk mengajak Reyhan berbicara tentang beberapa hal secara pribadi. Hal yang bersangkutan dengan Yura. Seo Jun menghampiri Reyhan saat laki-laki itu sedang makan siang di Kantin perusahaan. Kebetulan dia sedang sendirian."Selamat siang Pak Reyhan, boleh saya bergabung?" sapa Seo Jun seramah mungkin.Reyhan mendongakkan kepalanya dengan mulut yang masih mengunyah makanan. Dia tersenyum tipis seraya mengangguk. Dalam hati, dia sudah bisa menebak apa maksud Seo Jun menghampirinya. Sebab Katrina sudah menceritakan bahwa Seo Jun adalah Kakak Yura. Dunia ini begitu sempit ternyata."Saya ingin meminta maaf mewakili Yura, atas kesalahan yang telah dilakukan Yura kepada anda dan Istri anda, Pak Reyhan," ucap Seo Jun lagi. Dia benar-benar tidak enak hati. Bahkan Seo Jun seperti kehilangan muka dihadapan Klien
"Aku sungguh tidak percaya dengan semua kebodohanmu itu Yura! Kamu tahu, tadi aku habis bertemu dengan siapa?" Keke berhasil meluapkan kekesalannya pada Yura."Kalau kamu tidak memberitahuku, mana aku tahu," jawab Yura santai. Dia menenggak satu sloki soju lagi. Bahkan setelah dia menghabiskan dua botol soju sendirian. Seharian ini Yura tidak ada jadwal syuting, jadilah dia mengurung dirinya di dalam apartemen, sendirian."Sudah cukup, Yura! Jangan minum terus!" Keke meraih gelas sloki dari tangan Yura serta beberapa botol soju beer yang masih dalam keadaan utuh. Keke sudah paham diluar kepala satu kebiasaan buruk Yura jika dia sedang dilanda masalah. Yura pasti akan terus menerus minum, sampai dia mabuk berat dan kehilangan kesadaran.
Malam itu mereka menyewa dua taksi. Reyhan, Katrina dan Bi Lisa juga Akmal berada dalam satu taksi yang sama. Reyhan duduk di belakang bersama Katrina. Sementara Bi Lisa duduk di depan di samping kemudi sambil memangku Akmal.Reyhan yang masih belum bisa Move On dari kejadian yang terjadi di antara dirinya dan aktor korea bernama Min Hyuk tadi. Kenapa sih, masalahnya dengan Yura kini jadi merembet kemana-mana? Reyhan benar-benar tidak habis pikir.Bahkan sejak seharian tadi di kantor Reyhan merasa dirinya jadi pusat perhatian seluruh karyawan kantor Walmart. Hal biasa baginya jika yang memperhatikannya adalah seorang wanita. Tapi kali ini semuanya, seluruhnya. Dan hal itu tidak terjadi di kantor saja. Tapi di tempat-tempat lainnya pun sama. Awalnya Reyhan ingin mengabaikan perasaan itu tapi nyatanya dia tidak bisa. Apalagi saat dia mendengar sebuah celetukan dari seoran
"Halo, Assalamualaikum, Han? Ini gue Hardin," ucap Hardin di telepon."Waalaikum salam, iya ada apa?" sahut Reyhan di seberang."Lo di mana sih? Gue lagi di apartemen lo nih di haeundae. Gue pencetin bel kok nggak ada yang keluar?" ucap Hardin lagi. Dia berjalan ke arah bangku panjang di sisi ruangan lobi apartemen."Apa? Lo lagi di Busan? Gue pindah apartemen sekarang, nanti gue share lokasinya," pekik Reyhan kaget."Iya. Gue baru sampe tadi sore. Oh ya, jangan bilang-bilang ya sama Luwi kalo gue lagi di Busan,""Hmmm, ngerti deh gue! Pasti gara-gara masalah kemarin!" celetuk Reyhan paham."Masalah apaan? Sok tau lo! Gue ada urusan lain ke sini," Hardin mencoba mengalihkan pembicaraan. Akan terdengar