______"Abang, aku tidak mungkin gegabah. Kalau aku pilihkan dia, berati aku sudah tahu siapa dia," Bibir Aurell mengerucut. Ia jengah saat tiba-tiba Haris mengintimidasinya dengan berbagai pertanyaan."Abang hanya heran saja, kenapa dia langsung siap nikah sama Abang-""Ya, selama ini aku suka ceritain Abang ke Maheera," seloroh Aurell memotong ucapan Haris.Sudah hampir setengah jam ia terus diintimidasi oleh kakaknya. Prihal kenapa tiba-tiba berniat mengenalkan dengan sosok sahabatnya, dan kenapa pula berfikir untuk segera memberikan calon ibu sambung untuk Mikhaila. Jelas saja hal ini di anggap unik, Oh bukan. Bagi Haris merasa ini terlalu terburu-buru.Haris tercenung, ia memicingkan matanya sehingga kedua alis tebalnya saling bertaut pada sosok wanita berhijab Khimar yang tengah sibuk memainkan ponselnya. "Maksudnya?""Ya, sebenernya Aku sudah lama merencanakan ini, Bang." Aurell mene
______"Ka-kamu?" Mata Romli membelalak di sela tangannya menunjuk, ia menggelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang kini nampang di depan matanya.Risma, setelah seharian tidak ada di rumah, kini wanita itu muncul dengan tangan menggandeng laki-laki yang membuat seluruh tulang suaminya seolah tidak berfungsi. Romli terperangah dan nyaris ambruk ke lantai."Kenapa, Mas? Kamu kaget?" Risma mendelik, sedangkan satu tangannya semakin mencengkram kuat pada laki-laki asing yang di bawanya.Romli menggelengkan kepala patah-patah. Rasa lelah akibat seharian ia memangkas rumput di belakang rumah, semakin berkali lipat kala mendapatkan sosok istri pulang membawa pria asing yang tentunya lebih cakap."Oya, kenalkan ini Justin, Mas. Dia yang telah menemani aku belanja seharian ini," Dengan pongah, Risma menuntun laki-laki bertubuh tinggi itu mendekati Romli. "Mulai sekarang, Mas harus menerima kenyataan jika l
_______"Apa yang ingin ibu bicarakan?"Iis menghirup udara untuk mengisi rongga dadanya yang terasa sesak, menyiapkan mental untuk kemungkinan apa yang akan terjadi setelah menceritakan apapun itu putrinya."Haris akan menikah!" Tuturnya serak.Bagai di sambar petir di siang bolong, penuturan ringan dari mulut Iis seumpama gemuruh yang menggelegar di telinga perempuan yang merupakan putri semata wayangnya. Mulut Aline tergagap dan bola mata spontan mengenang, bahkan ia merasa dunia tengah runtuh menimpanya seorang diri."Ya, ya bagus kalau begitu!" Akhirnya ia mengucapkan kalimat itu dengan serak. Kata yang sesungguhnya bertolak belakang dengan hatinya. "Itu lebih baik, dan aku senang mendengarnya!""Apa kamu tidak akan menyesal, Aline. Padahal, ia mengatakan sempat memintamu rujuk." Iis menatap bola mata putrinya dengan sangat lekat.Aline tersenyum, senyuman yang hamba
_______"Kita mau kemana, Kak?""Kau tenang saja, aku hanya akan ajak kamu shopping!" Sahut Yazdi tanpa mengalihkan pandangannya fokus ke depan sambil menyetir.Aline hanya menarik napas perlahan, kedua tangannya saling mencengkram hingga sampai berkeringat. Pun bibir bawah yang digigit itu kian memerah, sebab rasa gugup yang tiada terkira. Tanpa sadar hal ini justru membuat senyuman laki-laki disampingnya menyeringai."O, ya. Dimana Syahdan?" Basa basi Yazdi seraya menghentikan laju kendaraan. Tentunya, telah sampai di tempat tujuan.Aline hanya menoleh sekilas, selebihnya kembali menunduk. "Dititipkan sama ibu, Kak!" Imbuhnya.Yazid mengangguk-angguk, seraya tangan mulai melepaskan seatbelt yang melingkar di pinggangnya."Kita mau kemana, Kak? Kenapa berhenti di sini?" Aline yang terkejut, hanya mendongak."Kan tadi sudah bilang, mau ajak kamu belanja!" Kekeh Y
_______"Kalau kau tak mau, tak usah dipaksakan!" Haris berucap lirih seraya menoleh ke arah Maheera. Ia ingin semuanya mengalir dengan sendirinya. Seperti dirinya yang akan menjalankan alur hidup dengan melakukan hal yang menjadi seharusnya. Mencintai apa yang saat ini ia miliki, dan melupakan apa yang telah pergi dengan mengikhlaskan.Sedangkan wanita yang terbaring memunggungi, hanya mencengkram kuat tangannya satu sama lain. Namun, dirinya pun mengerjapkan mata sesaat untuk mengusir rasa gundah yang menghimpit rongga dadanya.Tak ada kalimat yang kembali terucap dari mulut keduanya. Haris meraup udara sebelum ia pun ikut berbaring di samping Maheera. Tidur dengan saling membelakangi, tapi bukan berati tak ingin bersentuhan sebab belum hadir rasa cinta di antara mereka. Haris sibuk dengan pikirannya yang melanglang buana akan kemungkinan apa yang akan dilakukannya. Baginya, ini terlalu cepat disamping ia belum bisa menghilangkan
_________"Ini banyak banget, Kak. Apa istrimu tidak marah?" Aline membuka satu persatu paper bag yang berisi pakaian dengan ragam merk.Yazid hanya duduk dengan kaki satu di angkat dan diletakan pada betis kaki sebelah. Dengan tangan mengapit rokok yang berkali-kali disesapnya sehingga menguarkan asap yang membumbung tinggi, membalas dengan anggukan kepala."Bagaimana, kau suka, Aline?" Yazid menatap instens pada sosok perempuan yang tengah berbinar membuka satu persatu pakaian pemberiannya."Suka banget, Kak."Aline berseru girang."Itu belum seberapa."Pernyataan Yazid membuat gerakan adik tirinya yang tengah sibuk melipat kembali pakaian yang jumlahnya banyak, terhenyak. Aline menatap sosok laki-laki berusia tiga puluh tahun didekatnya menyesap rokok yang masih seukuran jari telunjuk."Maksudnya-"Pertanyaan itu terbantahkan saat terdengar suara pintu diketuk,
_________"Khaila tidak mau, Khaila mau cari bunda!" Amuknya.Dengan susah payah Haris menahan kakinya agar tidak nekad membuka pintu. Ia berkali-kali menenangkan Khaila yang terus menerus menendang-nendang dua daun pintu meminta dibuka."Sayang, cari bundanya esok saja ya!" Dengan lembut Haris berjongkok, dan memeluk putrinya dengan erat untuk menenangkan "Sekarang sudah malam, hujan lagi.""Khaila takut kan sama petir?""Tapi, Khaila kasian sama bunda. Pasti bunda dan dedek bayi kehujanan!" khaila menengadah, menatap ayahnya disela membiarkan air mata itu mengalir dari lubang kecil di pelupuk matanya."Kita harus cari bunda, Ayah!" Khaila menarik kerah baju ayahnya. Namun, dengan lembut Haris menarik diri."Esok saja ya, sayang! Sekarang takut hujan!""Gak mau,""Sayang!""Pokoknya tidak mau, Khaila maunya sekarang, Titik!" Bantah Kh
______"Hei, siapa yang mencuri anakku?"Aline yang baru selesai menenggak air untuk sekedar menghilangkan dahaga, dikejutkan kala kembali ke tempat dimana ia meletakkan Syahdan, bayi itu tidak lagi ada. Panik dan rasa bersalah bergumul dalam benaknya hingga ia mencari-cari seperti orang kese-tanan."Mbak, lihat anak yang mencuri anak saya, Gak?" Aline mendongak sehingga tubuhnya sebagian masuk ruangan."O, jadi yang ditaruh di depan ruko itu anak Mbak?" Sinis pemilik toko saat ditanyai."Sudah di ambil tuh sama bapaknya!" Mata Aline membeliak mendengar jawaban ketus wanita bertubuh gempal di hadapannya. "Maksudnya?"Wanita yang menggunakan lipstik orange itu menunjuk ke arah jalan. Aline segeralah menoleh kemana jari telunjuk itu mengarah. Dan, seketika tangannya membekap mulut serta kepala yang menggeleng cepat."O, Terima kasih, Mbak!"Alin