Share

3. GILA

Rafri yang penasaran dengan suara perempuan yang mirip dengan Ayu, mencoba membuka knop pintu kamar hotel. Dengan perlahan dia membukanya, ternyata pintu tidak terkunci. Betapa terkejutnya ketika dia melihat Ayu sedang dipeluk mesra dan diciumi lehernya oleh seorang laki-laki. Ayu begitu nafsu di pelukan laki-laki itu.

Amarah bercampur emosi tidak terbendung lagi di dalam diri Rafri. Dia menendang pintu kamar hotel dengan keras.

"AYU..! APA YANG KAMU LAKUKAN?"

Rafri berteriak sekuat tenaga sampai urat lehernya terlihat. Hati Rafri seperti di tusuk-tusuk belati hingga tidak mampu lagi merasakan sakit yang teramat sakit.

Ayu segera merapikan bajunya yang berantakan dan laki-laki itu berlari menuju jendela hotel untuk melarikan diri. Rafri segera mengejar lelaki itu, namun tangannya dipegang erat oleh Ayu.

"SIAPA LAKI-LAKI ITU? SIAPA YU?"

Rafri berteriak di depan wajah ayu dengan menunjuk jendela tempat kaburnya pria selingkuhan Ayu. Ayu tetap kekeh memegang lengan Rafri agar Rafri tidak mengetahui jika laki-laki itu adalah Bayu. Kakak kandung Rafri.

"LEPASKAN! Jangan harap dia bisa lolos dariku!"

"Sudah Raf, biarkan dia pergi."

Ayu lagi-lagi menghalangi Rafri untuk mengejar pria selingkuhannya.

"APAA..! Ohh jadi ini alasan kamu menolak lamaranku? Siapa laki-laki itu? KATAKAN YU!"

"Sudah jelas kan? Kamu sudah melihatnya sendiri!"

Tanpa rasa bersalah, Ayu menjawab yang membuat rasa sakit di hati Rafri sekian bertambah.

"GILA. Dasar wanita gila! Kukira kamu wanita baik, aku selalu percaya padamu, tapi ternyata aku salah."

"Kamu wanita matrealistis. Aku menjagamu agar tidak terjerumus, tapi kamu yang membuat dirimu seperti wanita jalang. Ternyata kamu memang hina Yu!"

Perkataan kasar itu ditujukan oleh Rafri kepada Ayu. Gadis manis yang ada di hadapannya. Amarah dan emosi menjadi satu yang tidak bisa ditahannya. Dia tidak menyangka jika gadis manis yang sekarang di hadapannya itu berubah menjadi gadis liar yang hina.

"Apa kamu bilang, aku hina? Kamu yang hina Raf. Sudah jelas aku menolakmu, masih saja mengemis cinta padaku."

Rafri tersenyum menyeringai.

"Sudah berapa lama kamu bersama pria itu? Ohh itu rahasia kamu ya? Buatku ini sangat menjijikkan. Terlalu banyak rahasia yang tak kutahu tentangmu Yu."

"Baiklah. Sekarang aku tidak akan menempel padamu lagi. Seperti katamu, aku akan meninggalkanmu hari ini, menit ini, detik ini. Kita akhiri semuanya."

Ayu tidak menyerah untuk membuat Rafri pergi dari kehidupan cintanya.

"Pergilah. Aku tidak ingin malu karena masih bersamamu. Benarkan apa yang kukatakan? Kamu yang akan mengatakan sendiri ingin mengakhirinya."

"Gila. Kamu benar-benar membuatku gila. Aku tidak akan kembali lagi padamu, terlalu sakit buatku Yu."

Rafri pergi meninggalkan beribu kenangan bersama Ayu. Dia tidak mengira bahwa gadis manis yang sudah 3 tahun bersamanya, ternyata adalah wanita hina yang berani berbuat mesum dengan laki-laki lain di hadapannya.

***

Rafri keluar hotel dan menyetir mobil dengan ugal-ugalan di jalan raya, sama seperti hatinya saat ini yang tidak bisa terkontrol oleh emosi.

Dia sudah tidak peduli lagi dengan image dirinya dari pewaris keluarga Bima Aditya. Seorang pengusaha besar di jakarta pusat.

"Dasar wanita tidak tahu diri, Matrealistis, murahan."

Rafri mengumpat dengan menambah kecepatan mobilnya.

"Bodoh...! Tolol...! Aaaarrrggghh..!!"

Umpatan-umpatan itu keluar dari mulutnya begitu saja. Dia masih saja terlihat kesal sambil memukul-mukul setir mobilnya.

Beberapa menit kemudian dia melihat sebuah minimarket di pinggir jalan. Rafri pun turun dan berencana ingin membeli minuman bersoda. Namun dia malah membeli minuman beralkohol.

Ya, di saat sakit hati seperti ini memang waktu yang tepat untuk meminum sesuatu yang bisa membuat melupakan masalah hidupnya.

Rafri membeli sekitar 20 botol. Dari dulu Rafri memang suka meminum alkohol hanya untuk melupakan masalah yang sedang dihadapinya. Namun dengan kadar alkohol yang sedikit dan tidak membuatnya mabuk. Minuman ini hanya untuk menenangkannya saja.

Ketika di mobil, Rafri meminumnya satu per satu. Setidaknya dia tidak pergi ke Bar.

"Ya Allah..! Kenapa aku tidak mendengar perkataan Kak Bayu. KENAPAA!!"

Rafri berteriak dengan keras dan menyenderkan kepalanya ke kursi. Dia tidak tahu jika dia telah dikhianati oleh kakaknya dan Ayu.

"YA ALLAH...!!! KENAPA KAU MEMBERIKU KESIALAN HARI INI."

"Bagaimana bisa dia meninggalkanku di saat lamaran karena berita bodoh itu."

Lalu dia meminum alkoholnya lagi hingga tetes terakhir. Ketika botol terakhir habis dia keluar dari mobil dan membuang semua botol alkoholnya ke tempat sampah yang berada tidak jauh dari mobilnya.

"Dasar wanita hina. Bisa-bisanya berzina ketika aku mati-matian menjaganya. Apa salahku ya Allah?"

Umpatan itu tidak berakhir hanya di dalam mobil. Di luar mobil pun dia masih saja mengumpat dan menyalahkan dirinya sendiri.

Dia pun memukul-mukul pohon besar hingga tulang-tulang jarinya berdarah.

"Terlalu sakit Ya Allah, Aku janji pada diriku sendiri. Aku sudah muak jatuh cinta. Aku tidak akan membuka hatiku lagi untuk siapa pun."

Bahkan Rafri berjanji tidak akan menjatuhkan hatinya pada siapa pun setelah kejadian malam ini.

***

Di bawah pohon besar, Rafri terlihat kacau dan tidak terarah. Di saat itulah dia melihat seorang wanita berada tengah jalan akan mengakhiri hidupnya.

Sontak saja Rafri langsung berlari dan menyelamatkan wanita itu.

"Hei...Sudah gila ya? Mau mati sia-sia ya kamu?"

"Lepaskan! Kenapa kamu menyelamatkan saya? Biarkan saya mati!"

"Hei...? Jika kamu mati, saya tidak mau disalahkan polisi. Yang berada di sana hanya saya. Saya tidak mau menjadi saksi kematian kamu."

Rafri juga merasa frustrasi. Masalah dirinya sendiri belum selesai ditambah lagi masalah dengan cewek baru yang mencoba bunuh diri.

"Jika tidak mau menjadi saksi, silahkan tinggalkan jasad saya!"

"Waaaah...Gila. Wanita semuanya gila."

Rafri memutar badannya dan mengacak-acak rambutnya terlihat kehidupannya sangat kacau.

Dilihatnya wanita itu menangis. Mungkin dia juga mempunyai masalah yang hampir sama dengan Rafri. Rafri tidak mungkin menangis dalam keadaan seperti ini. Hanya remuk hati yang dia rasakan.

"Sudah yuk ikut saya!"

Rafri menarik tangan wanita itu dan berencana mengajaknya ke dalam mobil. Tapi wanita itu menolaknya.

"Lepaskan. Kenapa kamu menyelamatkan saya. Saya tidak sanggup hidup seperti ini."

Tangisan wanita itu menandakan dia mempunyai masalah yang sangat besar dalam hidupnya.

"Hei. Saya juga sedang hancur. Sama sepertimu. Tapi jangan gila dong. Bunuh diri tidak menyelesaikan masalah. Sudah yuk ikut saya!"

Dengan berteriak, Rafri menarik tangan wanita itu berharap wanita itu mengikutinya. Dia takut jika wanita itu berbuat nekat bunuh diri lagi yang akibatnya wanita ini tidak akan pernah masuk surga dan kekal di dalam neraka.

Akhirnya wanita itu pun mengikuti Rafri ke dalam mobilnya.

Wanita itu pun masih saja menangis di dalam mobilnya. Rafri yang mendengarkan tangisan wanita itu sedikit pusing.

"Ini.."

Rafri mengulurkan tisu untuk wanita tersebut.

"Sudah, hentikan. Air matamu akan habis jika terus saja menangis."

"Terima kasih ya?"

Perempuan itu menerima tisu dari Rafri dan sedikit lebih tenang.

"Sama-sama. Tapi kenapa kamu bisa nekat akan bunuh diri? Apakah masalahmu benar-benar tidak bisa diatasi?"

Perempuan itu pun memandang Rafri. Mereka saling beradu pandang. Akankah perempuan yang berada di sampingnya akan menceritakan masalahnya padanya?

-Bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status