Di dalam kamar, kedua sepasang kekasih itu baru saja selesai dengan kegiatan mereka. Rianne terengah karena lelah, sementara Alexander sudah membaringkan tubuhnya di sebelah Rianne setelah mengecup kening wanita yang dicintainya."Anna, kau mencintaiku?" Tanya Alexander masih menatap langit kamar dengan tangan sebelah mengelus perut rata Rianne."Entahlah! Aku juga tidak tahu.""Kita menikah saja. Aku lebih tenang saat kau menjadi istriku." Alexander menoleh ke samping, keringat di wajah kekasihnya masih bercucuran."Nona Caroline bagaimana? Dia mengatakan bahwa kalian sudah bertunangan. Kau miliknya, bagaimana bisa kita menikah?"Alexander kembali menatap ke atas ke langit kamar, dia mengingat bagaimana keluarga Caroline yang memaksa mereka bertunangan karena sesuatu hal yang tidak bisa diungkapkan."Caroline, dia akan mengerti." Hanya itu yang Alexander katakan.Rianne merapatkan tubuhnya, sekarang kulit mereka saling menempel tanpa ada penghalang sedikitpun."Aku tidak ingin menjad
Alexander meminta Rianne melanjutkan makannya yang memang sisa sedikit, tetapi karena terlanjur penasaran Rianne menggeleng, laparnya sudah hilang."Tolong jelaskan padaku, kenapa Orion bisa lebih baik dari Orlando? Kau lupa bagaimana pria itu yang--," Rianne tidak bisa melanjutkan, rasa marahnya pada Orion sudah membuncah, bukan karena dia dikhianati selama ini, tetapi karena caranya yang tidak menghargainya."Sayang ....""Aku tidak tahu ada hubungan apa kau dengan Orlando sebelumnya, tetapi dia sahabatku. Dia yang menjagaku selama ini, dan kau ....?""Baiklah maafkan aku. Aku yang salah. Maafkan aku." Alexander memeluk Rianne erat. Tidak lama Rafh datang, tatapannya Alexander mengerti untuk itu dia meminta Rafh keluar lebih dulu, sementara dia menenangkan Rianne."Aku tidak menyukai Orion. Bukan karena dia mengkhianatiku dan bekerjasama dengan Lyora untuk menyakitiku, tetapi--,""Aku mengerti sayang, maafkan aku. Aku hanya membandingkan keduanya, dan ya aku salah, maafkan aku." A
Pagi harinya, setelah sarapan bersama, Alexander dan Rafh sudah akan bersiap untuk pergi dinas lagi.Semalam saat Rianne terbangun lagi, Alexander menjelaskannya perlahan, bahwa dia akan pergi untuk beberapa waktu kedepan.Rianne hanya mengiyakan, bahkan sudah mengatakan bahwa dia akan berhati-hati."Ingat pesanku. Jangan pulang terlalu malam." Rianne mengangguk."Sebenarnya lebih baik kau di mansion, disana jauh lebih aman untukmu tapi--,"Alexander menghentikan ucapannya saat Rianne memeluknya, "Aku manusia, aku butuh kebebasan, lagi, aku ingin bekerja seperti biasa."Alexander menghela napas pelan, dia mengusap rambut Rianne pelan, "Aku percaya padamu. Ingat kalau ada yang mengganggumu, kau bisa membalasnya, jangan takut aku akan membelamu."Rianne hanya berdehem, "Usiamu sudah hampir 28 tahun, kau tenang saja, aku bisa menjaga diri dengan baik." Rianne sedikit berbisik karena Rafh dan Anita menatap mereka yang masih saling berpelukan.Alexander tersenyum kecil, sepulangnya nanti d
Malam harinya, di tempat yang berbeda, Viola menatap marah Orion yang baru saja kembali, entah dari mana.Seperti biasa Orion acuh dan tidak memperdulikan keberadaan Viola. "Kau dari mana?" Tanya Viola."Bukan urusanmu. Kau siapkan saja aku makanan, aku lapar." Viola yang mendengar itu lantas melemparkan beberapa kertas di meja. Orion meliriknya dan menatap datar Viola."Aku ingin kita bercerai." Ucap Viola santai. Orion yang mendengar itu melangkah mendekati Viola dan meraih kertas yang tadi Viola lemparkan. Membaca dengan teliti lalu meraih pulpen yang tidak jauh dari sana."Beres. Kita sudah tidak ada hubungan apapun sekarang." Orion kembali melemparkan kertas yang tadi Viola lemparkan padanya."Hah! Aku tidak sangka kau sangat menginginkan perpisahan kita." Ejek Viola."Bukan aku yang menginginkannya, kau lupa siapa yang menyerahkan surat cerai?" Sindir Orion, dia membenarkan lengan kemejanya."Karena kau yang tidak pernah menganggap pernikahan kita. Kau lebih menginginkan wanita s
Alexander mehatap Caroline yang tersenyum merekah, ada yang salah dengan wanita yang selama ini mengejarnya seperti hantu. Caroline sadar dengan tatapan Alexander, wanita cantik itu melanjutkan, "Aku lelah. Kau memang tidak mencintaiku, kan? Sudah seharusnya aku mengalah dan membebaskanmu." Katanya dengan menatap sayang Alexander."Sepertinya kau pernah terjatuh? Ada yang berubah dengan isi otakmu." "Ck, kau ini. Jangan sampai aku berubah pikiran dan kembali mengejar dan menempeli mu sepanjang hidup." Kata Caroline menggoda.Menghela napas panjang Caroline mengisi kembali gelasnya, "Aku tahu, kau sangat mencintai wanita itu." Yang Caroline maksud adalah Rianne. Caroline melanjutkan, setelah menyesap sedikit minumannya, "Aku ingin terbang bebas, dan kau tidak akan bisa menemaniku karena pekerjaanmu, bukankah itu hal yang membosankan?""Kau ingin kemana?" Tanya Alexander, dia menyesap sedikit minumannya. "Ke mana saja. Aku ingin menjalani hidup dengan kemauanku." Alis Alexander salin
"Orlando, ada apa? Kenapa kau bertanya seperti itu?" Rianne merasa ada yang aneh, tatapan Orlando terlihat berbeda."Rianne. Kalau aku katakan aku juga mencintaimu bagaimana? Kau akan memilihku atau memilihnya?"Orlando menggenggam tangan Rianne, menatap wajah cantik di hadapannya, "Aku tidak tahan kalau terus menahan perasaanku sementara wanita yang aku cintai harus memilih pria lain yang tidak baik untuknya.""Orlando, kita memang sahabat, tetapi mengatakan Alexander pria tidak baik, bukan hal yang ingin aku dengar."Orlando tertawa membuat Rianne bingung, "Kau sudah mengakuinya, kau mencintainya, kan?" Orlando mengubah ekspresi wajahnya, dia kembali menambahkan, "Sebenarnya aku tidak menyukainya, dia pernah menembak ku dua kali, dan merebut cinta sahabatku, tapi saat melihatmu bahagia, aku merasa baik-baik saja." Orlando menepuk punggung tangan Rianne pelan."Orlando, kau salah paham, aku dan Alexander memang berteman biasa, selain dari aku harus melunasi sisa hutang kakakku.""Aku
"Orion ... lebih baik sekarang kau pergi sebelum mereka membuatmu tidak bisa berjalan lagi." Peringat Rianne."Kau mengusirku, lag? Rianne, kau berubah." Protes Orion, karena Rianne adalah wanita lembut sebelum bertemu dengan Alexander."Terserah. Sekarang pergilah!"Sementara itu di tempat yang berbeda, Orlando sudah menyusun rencana untuk bertemu dengan Orion. Pria itu, sudah merusak adiknya dan ternyata juga menjadikan Rianne sasarannya."Apakah Orion sudah meninggalkan kedai Rianne?" Tanya Orlando pada salah satu anak buahnya."Sudah Tuan. Saat ini nona sudah dalam perjalanan pulang." Lapornya lagi. Orlando sedikit lega, dia tidak akan bisa tenang selama Orion masih berkeliaran di dekat Rianne nya."Terus awasi kemana Orion pergi, beritahu aku dimana dia tinggal." Pria yang menjadi anak buahnya mengangguk kemudian undur diri"Bagaimana bisa Lyora percaya dengan pria bodoh itu?" Kesal Orlando. Di saat dia sangat cemas, ponsel miliknya berdering. Tidak menunggu lama Orlando menerima
"Hum. Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu." Ucap Viola setelah pelukan melerai pelukan mereka."Sangat baik. Ada apa?" Rianne bertanya karena tidak biasanya Viola mencarinya. Terakhir kali Viola mencarinya adalah saat tragedi penabrakan Lyora. Lalu sekarang apa?Viola terkekeh, "Kau ini, kenapa wajahmu terlihat aneh? Aku tidak sengaja lewat dan melihatmu. Apakah aku tidak boleh mengunjungimu?" Rianne mengangguk, dia memanggil Anita dan memintanya membuatkan coffee milk untuk Viola."Eh, bukan. Maksudku, tidak biasanya kau mencariku." Riane meminta Viola mencoba minumannya. Dengan senang hati Viola mencoba dan mengakui kalau coffee milk yang Anita buat memang sangat enak."Aku hanya ingin menjalin pertemanan denganmu. Ya, kita memang teman, tapi tidak ada salahnya kalau kita menjadi teman baik, kan?" Rianne mengangguk, tidak curiga sama sekali.Tidak lama, Orlando datang dengan tergesa, Rianne berdiri karena tidak biasanya Orlando datang dengan wajah pucat."Orlando ... ad