Rianne yang sudah dibakar nafsu karena permainan Alexander mengangguk, demi apapun ini adalah pengalaman pertama baginya, bersama Orion dia tidak permah melakukanya, karena baginya tidak ada permainan sebelum menikah.Sungguh Rianne tidak menyesalinya karena sampai dia tahu bahwa Orion menghianatinya, dia bersyukur bisa terselamatkan dari pria menjijikkan itu, tetapi kenapa dengan Alexander dia terbuai, bahkan pria yang berada di bawah kakinya adalah pria yang sudah membunuh saudara satu-satunya. Arche“Sayang … boleh?” sekali lagi Alexander meminta izin padahal dia sudah berada di puncak, namun kesanggupan Rianne sungguh sangat penting untuknya.Keadaan Alexander yang sudah tidak tertutup apapun membuat siapa saja akan meneguk ludah, tubuh kekar dengan otot-otot ditempat yang sesuai, perut sixpack, serta keringat yang sudah mulai keluar karena menahan gejolak. Sungguh menderita Alexander jika Rianne menggeleng.Namun, beruntungnya dia saat Rianne mengangguk, Alexander tersenyum, kemu
Alexander sudah menunggu Rianne masuk ke dalam mobil, wanita yang selalu cantik dalam keadaan apapun. Di dalam mobil yang sudah melaju jauh, Alexander belum juga membuka suara, bahkan melirik Rianne saja tidak.“Aku tidak ingin kemana-mana.” Rianne mengeluarkan suara membuat Alexander meliriknya sesaat lalu kembali fokus dengan lurusnya jalan,Melihat itu Rianne merasa kesal, “Alexander aku tidak ingin bertemu siapapun.” Rianne menekan setiap kata-katanya.“Kenapa? Bukankah seharusnya kau datang dan menyelesaikan masalahmu? Atau aku saja yang memberikannya?” Alis Rianne mengkerut saat mendengar itu, dia tahu kata-kata membereskan bagi Alexander tidaklah bagus.“Apa sebenarnya tujuanmu? Kenapa ikut campur terlalu jauh?”“Aku hanya bersikap sebagai kekasihmu yang baik, dimana salahnya?” kini Alexander menatap Rianne yang hanya tertawa hambar di sebelahnya.“Kekasih kau bilang? Aku pernah menyetujuinya?” Rianne menatap tajam Alexander yang sudah menyeringai menatap keberanian Rianne.Mob
Di tempat yang berbeda, "Kakak mengenal Rianne?" Tuntut Lyora. dia tidak akan membiarkan orang-orang terdekatnya mengalami hal yang sama lagi sepertinya dan Orion. Mendapatkan pertanyaan itu Orlando mengangguk mantap dengan senyuman.“Heum. Bahkan sangat mengenalnya.” Jawabnya, setelah itu Orlando yang menatap Lyora lekat, “Bukankah aku yang seharusnya bertanya? Bagaimana bisa kalian saling kenal?”“Aku tidak mengenalnya.” Kata Lyora, dia harus mencari cara agar kakaknya tidak terlalu terlibat dengan kedua pembunuh kejam itu.Orlando mengerutkan kening, dia jelas mendengar jika tadi Rianne mengatakan kalau mereka adalah sahabat, lalu kenapa Lyora mengatakan hal berbeda, “Apa ada masalah pada kalian? Aku jelas mendengar Rianne mengatakan kalian sahabat.”“Aku hanya mau kakak jangan dekat-dekat dengannya, dia bukan wanita baik-baik.” Setelah mengatakan itu Lyora meninggalkan Orlando sendiri. Bagaimana cara menjelaskan pada kakaknya untuk menjauhi Rianne tanpa diketahui tentang kehamilan
Alexander tidak menjawab, dia memperhatikan Rianne dengan lekat, “Ayo kita kembali ke kamar, kau pasti lelah.” Alexander mengangkat tubuh Rianne ala bridal style. Rianne menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Alexander saat mereka berdua naik tangga.Di depan pintu, Caroline melihat nya dengan tatapan nanar, dia semakin merasa Alexander semakin jauh darinya, “Rupanya kau memang tidak pernah mencintaiku ….” Lirihnya melihat dua orang yang tengah di mabuk cinta itu semakin menjauh.Di kamar, Alexander kembali membaringkan tubuh Rianne diatas kasur, “Tidurlah! Aku akan menunggumu sampai kau benar-benar terlelap.” Alexander mengusap lembut rambut panjang yang selalu wangi.Rianne tersenyum miring dan menepuk sebelahnya meminta Alexander juga berbaring di sampingnya, “Tidur bersamaku. Kau tidak ingin memelukku? Aku merindukan wangi tubuhmu.” Ucap Rianne sudah mengusap lembut wajah tampan dihadapannya.Alexander menangkap tangan lembut itu dan mengecupnya, “Baiklah, kita akan tidur bersam
Caroline mendongak, dia yang sudah berjongkok di sela paha sang kekasih, merasa sangat aneh, namun dengan senyum menawan dan tangan lembutnya, dia megusap lembut sesuatu di balik celana kain berwarna hitam.Alexander mendongak, dia merasakan sentuhan halus tangan Caroline yang semakin membuatnya frustasi, melihat itu Caroline tersenyum miring, tidak ada satupun pria yang akan menolak sentuhannya.Yang tidak disadari oleh Alexander adalah penghalang di bawah sudah merolot, entah kapan wanita dengan wajah putih pucat itu menurunkannya. Alexander semakin frustasi saat Caroline memanjakan senjata nya.Tidak tahan lagi dengan sensainya, Alexander membawa Caroline ke atas kasur, melemparnya dengan pelan dan mengungkungnya, keduanya sudah tidak menggunakan sehelai benangpun saat ini.“Sayang … aku tahu kau tidak akan menolak sentuhanku.” Caroline meraba dada bidang itu dengan sesekali mengecupnya.“Kau benar, kau memang sangat luar biasa.” Alexander sudah gelap mata, siang itu mereka berdua
“Kau membuat sekertaris mu cemburu padaku.” Rianne melepas ciuman mereka.Alexander kembali menarik tubuh itu agar tidak membuat jarak. Pria tampan itu kembali memeluk wanitanya, “Apa ini caramu membalasku?” tanya Alexander tetapi masih mengelus punggung Rianne lembut.“Benar dan juga bisa salah. Jangan banyak berpikir, nikmati saja masa-masa indah bersama, sebelum salah satu diantara kita mati.” Alexander melerai pelukannya, dia menatap lekat Rianne, dia membenci satu kata paling akhir.“Kenapa suka sekali mengatakan kematian? Sejauh ini apa kau memang tidak mengerti? Aku mencarimu, tetapi kau kembali menghilang, setelah susah payah menemukanmu sekarang kau bicara kematian padaku?”Alexander berjalan ke sisi lain, dia memandang ke bawah dari dinding kaca besar di kantornya, pria itu membenci kata mati, itu sama saja mengingatkannya pada Arche pria yang tidak sengaja anak buahnya bunuh. Tetapi apakah Rianne tidak juga mengerti, keempat pria yang membunuh kakaknya sudah mati juga oleh
“Sungguh aku sangat suka dengan percaya dirimu.” Kata Caroline menatap tajam Rianne yang menatapnya biasa saja.Rianne hanya tersenyum miring terlalu banyak derita dan pengkhianatan membuatnya tidak bisa lagi menjadi wanita lemah seperti biasanya, mungkin Tuhan memang sudah menakdirkannya menjadi wanita tanpa perasaan.“Nona, jika kau memang tidak menyukaiku, katakan langsung pada pria yang kau anggap kekasih, bukan padaku.”Setelah mengatakan itu, Rianne berlalu begitu saja, di abaikan teriakan Caroline, yang semakin menjadi dengan sumpah serapahnya, jangan salahkan Rianne, dia juga ingin hidup tenang tetapi memang Alexander yang terus menahannya.Jika seperti itu, Rianne harus bagaimana? Tentu saja mengikuti keinginan pria yang dulu dipujanya tetapi berbalik menjadi pria menyeramkan baginya.“Bagaimana harimu? Menyenangkan?” kini keduanya berada di balkon kamar milik Alexander yang sudah menjadi kamar Rianne juga, keduanya makan malam di kamar, karena Rianne menolak makan malam bers
Alexander hanya tersenyum getir, apakah dia bisa menjadi jahat setelah berhasil menemukan belahan jiwanya?“Apakah itu memang niatmu? Mendekatiku, membuatku jatuh cinta dan menyakitiku dengan kembali pergi?” tanya nya. Rianne tidak menjawab, dia hanya semakin masuk dalam kedakapan Xander. “Coba jelaskan padaku, bagaimana caranya aku memaafkanmu setelah kau membunuh kak Arche?” lirihnya.“An –,”“Aku tahu bukan kau yang membunuh secara langsung, tetapi mereka anak buahmu kan? Bagaimana aku bisa menerima ini dengan mudah? Dia kakakku, dia sudah berjanji akan bersamaku, tapi –,”Alexander menghela napas panjang, dia bangun dari pembaringannya, membuat Rianne heran, pria itu masuk kesebuah bilik di dinding kamarnya, bahkan Rianne baru tahu bahwa dengan sekali dorong saja dinding itu terbuka dan menampakkan sebuah ruangan rahasia.Rianne duduk dia masih menunggu Alexader keluar karena dinding tadi sudah tertutup kembali. Beberapa menit menunggu Alexander keluar dengan tubuh yang masih ber