Share

Rencana bersenang-senang gagal

***

Aku terus saja memikirkan perkata'an Oma. Siapa gadis yang Oma maksud? Kenapa Oma begitu yakin kalau aku akan luluh padanya.

Sampai kapan pun aku takkan pernah takhluk pada seorang wanita ...!

Bicara soal wanita, aku jadi rindu ranjang panas milikku itu. Aku mengotak-ngatik ponselku, aku berniat menghubungi Doni. Tapi kali ini aku meminta Doni mengirimkan beberapa foto gadis cantik untuk ku pilih salah satunya.

"Don ... seperti biasa, kamu carikan saya mainan baru. Tapi saya ingin melihat beberapa pilihan dari kamu hari ini. Tolong dikirimkan foto-fotonya." Aku mengirimkan pesan pada Doni lewat watsapp.

Tak lama kemudian Doni pun membalas pesanku. Doni mengirim beberapa foto wanita cantik. Hingga aku memilih salah satunya. Aku pun memberitahui Doni, untuk segera mengantar gadis yang ku pilih itu ke apartemen.

Aku langsung bersiap-siap menuju apartemen. Ketika aku hendak melangkahkan kakiku keluar, tiba-tiba Mami menyapaku ....

"Mau kemana Rik? Seperti terburu-buru begitu," tanya Mami membuat langkahku jadi terhenti.

"A-anu, Mi. Ada urusan, aku jalan dulu ya Mi." Aku mencoba menjauhi Mami.

Sekarang aku sudah di rumah sebelah, rumah tempat Pak Tarjo beristirahat. 

"Eh, Tuan muda. Kenapa tidak menelfon saja?" Pak Tarjo kaget dengan kedatanganku, karna biasanya aku memanggilnya hanya lewat telefon.

"Hmmm, gapapa. Hari ini saya mau pergi sendiri, mana kunci mobil saya?" Aku memang tak pernah mengambil kunci mobil dari Pak Tarjo. Karna aku paling malas menyetir mobil sendiri.

"Ini, Tuan muda. Tapi kok tumben sekali Tuan muda bawa mobil sendiri?" ucap Pak Tarjo terlihat heran.

"Saya gak harus jawab pertanya'an Bapak kan?" ketusku.

"Maaf, Tuan muda!" sahut Pak Tarjo menunduk.

Aku pun kembali ke tempat mobilku terparkir, dan segera masuk untuk mengendarai-nya.

Ketika aku sudah berada di dalam mobil, tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobilku.

"Aduh siapa lagi sih ini?" Keluhku sambil menurunkan kaca mobil, dan ternyata ....

"Maaf, Tuan muda. Saya disuruh Oma buat panggiln Tuan muda," ucap Dara Si gadis kampung itu.

"Bilangin sama Oma, saya lagi ada urusan. Nanti aja setelah saya pulang," aku menutup kembali kaca mobilku. Tapi kaca tersebut kembali di ketuk.

"Apa lagi sih gadis kampung?" ucapku menaikkan nada suaraku, dan ternyata malah Oma yang muncul.

"Ngomong apa barusan?" tanya Oma dengan melotot ke arahku.

"E-enggak, Oma. Kirain tadi Si Dara. Oma ada yang mau di omongin? Aku buru-buru nih, nanti aja ya, Oma!" jawabku mengelak sambil memasang senyum termanisku di hadapan Oma.

"Ya sudah, kamu boleh pergi sekarang," ucap Oma membalas senyumku.

"Terima kasih,Oma." Aku menutup kembali pintu mobilku, tapi Oma malah mengetuknya kembali. 

"Dih, Oma ... tadi bilangnya boleh pergi," keluhku kesal sambil menurunkan lagi kaca mobil.

"Iya, tapi Oma belum selesai ngomongnya. Maksud Oma tuh, kamu boleh pergi sekarang dengan Dara!" jelas Oma sambil menggerak-gerakan alisnya.

"Ogah ah, Oma ...!" sahutku ketus.

"Pokoknya harus mau. Oma meminta Dara membeli beberapa keperluan pribadi Oma. Jadi kamu harus temenin Dara belanja," papar Oma sembari membuka pintu mobil dan menyuruh Dara segera duduk di kursi sebelahku.

Aku benar-benar tidak bisa menolak keinginan Oma. Kini Dara sudah berada di dalam mobilku, duduk tepat di sebelahku pula. Rasanya darahku mengalir lebih deras.

"Tuan muda, ayo berangkat sekarang," ucap Dara mengejutkan lamunanku. 

"Hmm baiklah ... Kalau bukan karna Oma, aku ogah semobil sama gadis kampung kayak kamu," paparku sambil melajukan mobil.

"Sama, saya juga Tuan muda!" jawab gadis kampung itu ketus.

"Maksud kamu?" Aku kini mengerem mendadak mendengar perkata'annya.

"Dih apa'an sih, Tuan muda. Sakit tau," keluhnya sambil memegang jidat karna terbentur kedepan, akibat aku mengerem mobil mendadak ...!

"Kamu tuh ya, benar-benar berani melawan saya," bentakku pada gadis kampung itu.

"Ampun, Tuan muda. Gitu aja marah. Saya kan cuma menyamakan omongan Tuan muda pada saya," ucapnya sambil menunduk.

Tiba-tiba ponselku berdering. Panggilan suara dari Doni. Gawat ... sepertinya Doni dan gadis yang dia bawa sudah sampai di apartemenku.

"Hallo, Don. Sudah sampai kamu?" Aku basa-basi menanyakan keberada'annya yang jelas sudah sampai.

"Sudah, Tuan muda. Saya sudah menunggu Tuan muda 15menit di sini, makanya saya telefon," jawab Doni santai.

"Hmmm baiklah, saya sebentar lagi sampai," ucapku datar.

Aku menutup ponselku. Segera ku melajukan kembali mobil menuju apartemen.

Sampai di apartemen, aku menyuruh Dara tetap menunggu di mobil saja. Dan aku segera turun.

"Kamu tetap di sini ... jangan kemana-mana. Saya akan segera kembali." Aku pun turun dan mengunci mobilnya agar Dara tidak bisa keluar.

"Ta-tapi Tuan muda ...." Dara ingin mengatakan sesuatu, tapi aku tak menghiraukan ucapannya. 

Aku pun langsung menemui Doni yang sudah menunggu di depan pintu apartemen milikku.

"Sorry, Don. Sepertinya hari ini saya batalkan. Tapi tenang saja, saya akan tetap bayar kalian berdua seperti biasanya. Silahkan cek rekening kamu. Saya kirim sekalian untuk wanita ini," ucapku sedikit kesal, karna gagal lagi keinginanku.

"Baik, Tuan. Tapi kenapa Tuan membatalkan ini?" tanya Doni terlihat heran.

"Bukan urusan kamu. Yang penting kerja kamu tetap saya bayar, walaupun saya gak menggunakannya." Aku langsung meninggalkan Doni, dan gadis tersebut.

***

Aku pun membuka kembali pintu mobil. Terlihat Dara sedikit kesal, karna aku menguncinya di dalam. Tapi aku tak perduli, tanpa bicara, aku langsung menuju supermarket mengantarkan Dara berbelanja kebutuhan Oma.

"Turun ...!" Perintahku pada Dara yang masih terlihat bingung.

"Lalu saya harus apa Tuan muda?" Dara bertanya begitu polosnya, dasar gadis kampung.

"Kamu tadi disuruh Oma belanja kan," ucapku menatap tajam matanya.

"Iya, Tuan muda. Tapi saya belum pernah berbelanja di tempat seperti ini," sahutnya jujur.

"Terus?" Aku menatap wajahnya yang tampak kebingungan itu.

"Tuan muda ikut ke dalam juga ya!" Dara memohon dengan tatapan penuh harap. 

"Memang bisanya nyusahin aja kamu tuh."

Aku mengomel sambil berjalan turun, di iringi oleh langkah Dara. Bagai Anak ayam yang mengikuti induknya, begitu lah yang Dara lakukan sekarang. 

"Tuan muda, ini catatan belanja'an Oma. Saya tidak faham mau cari di mana," ucap Dara polos, sambil memberikan daftar belanja'an dari Oma.

"Lagian Si Oma ada-ada saja, mana ngertilah gadis kampung begini disuruh belanja," sindirku pada gadis kampung itu.

Ku lihat kini Dara memanjangkan bibirnya maju ke depan.

"Mbak, tolong carikan semua barang yang terdaftar di kertas ini ya," perintahku pada salah seorang karywati tersebut.

"Baik, Tuan muda." Hampir semua karywati di sini tau siapa aku, jadi bukan perkara sulit untuk memerintah mereka.

Aku pun sambil memilih beberapa cemilan menjelang karywati itu mencarikan barang-barang pesanan Oma. Setiap langkahku di ikuti oleh gadis kampung itu.  

"Ngapain kamu ngikutin saya terus?" tanyaku kesal.

"Sa-saya bingung Tuan muda. Saya harus menunggu di mana," jawabnya dengan wajah polosnya itu.

"Hmmm, ya sudahlah. Ini juga sudah beres, tinggal bayar. Kamu tunggu saja di parkiran." Aku pun membayar semua belanja'an Oma, serta beberapa belanja'an yang tadi ku beli.

Selesai sudah semua pesanan Oma. Sekarang aku langsung melajukan mobilku menuju rumah. Hingga kurang lebih setengah jam perjalanan, akhirnya kini aku sudah tiba di rumah.

Dara membawa semua belanja'an Oma masuk ke dalam. Oma terlihat senang manatapku. 

"Kenapa Oma senyum-senyum begitu?" tanyaku heran.

"Bukan apa-apa. Lengkap kan semua pesanan Oma?" Oma tersenyum-senyum tak jelas padaku.

"Lengkap dong Oma. Lain kali, kalau Oma butuh sesuatu, jangan suruh Si Dara ini lagi belanja," ucapku kesal.

"Lho kenapa memangnya?" Oma bertanya  dengan ekspresi bingung.

"Gak guna. Semua serba gak tau," jelasku pada Oma.

"Dara kan baru di kota, jadi wajar dong kalau dDara gak ngerti. Makanya Oma tadi suruh kamu yang temenin," papar Oma mencoba membela Dara lagi. Sementara gadis kampung itu hanya tersenyum sok manis pada Oma.

"Dari mana kamu riko?" tanya Mami, yang tiba-tiba muncul di belakangku.

"Ini, Mi ... nganterin Dara belanja pesanan Oma," jawabku jujur.

Mami terlihat tidak menyukai hal ini. Entahlah ... Aku juga tidak tau apa yang ada di benak Mami sekarang.

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status