***
Semalaman aku tak bisa tidur. Rasa bersalahku menghampiri.Kutatap lagi ke arah Dara yang sudah terlelap dalam pelukanku. Seketika sesal di dalam diri muncul.
Saat ini istriku sedang mengandung, tapi aku malah mengkhianatinya. Air mata jatuh dengan begitu saja.
***
Entah kapan aku tertidur, saat aku membuka mata, ternyata hari sudah terang."Sayang, kenapa tidak membangunkan, Mas? Bukankah Mas sudah telat ke kantor," ucapku pada Dara yang terlihat mulai segar kembali.
"Ke kantor? Mas lupa kalau hari ini adalah hari Minggu?"
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku memang lupa.
"Eh, he-he ... iya, Mas tak ingat."
"Mentang-mentang ada Asisten baru, jadi mau ke kantor terus deh," goda Dara dengan nada bercanda.
Aku langsung salah tingkah. Bagaimana jika Dara tahu, tentang kejadian kemarin?
Bagaimana jika Puja meminta tanggung jawab karena aku telah mengambil mahkotanya?
Ar
*** Hari ini adalah hari kelahiranku. Genap sudah 30 tahun usiaku sekarang. Terlahir dari keluarga kaya dan terpandang, membuat aku mudah mendapatkan apa saja yang aku mau. Kehormatan, kedudukan, kemewahan, bahkan wanita-wanita. Itu semua dalam genggamanku. Akan tetapi hanya satu yang sampai sekarang belum aku miliki yaitu, CINTA. sampai hari ini aku tidak pernah mencintai wanita mana pun. Bagiku semua wanita itu sama saja. Rela menukar apa pun demi uang. Itulah alasan mengapa sampai sekarang aku tidak menikah. Untuk apa aku harus mengikat diri dengan sebuah pernikahan, jika aku bisa menikmati tanpa harus mengucap janji sakral. *** Malam ini Mami dan Papi mengadakan pesta meriah untuk merayakan hari ulang tahunku. "Riko kenapa masih di kamar? Tamu-tamu sudah berdatangan diluar," ucap Mami. "Iya, Mi. Aku keluar sekarang," sahutku. Aku segera menemui EO yang ku tugaskan di acaraku in
*** Pagi pun telah tiba. Aku bersiap-siap untuk sarapan, lalu ke kantor. Pagi ini terlihat gadis kampung itu yang menyiapkan sarapan. "Selamat pagi, Mi. selamat pagi, Pi." sapaku. "Pagi juga sayang," sahut Mami. "Mi, aku langsung ke kantor aja ya," ucapku tersenyum. "Lho ... Sarapan dulu dong," sahut Mami protes. "Males, entar alergi" Aku menolak sarapan karna gadis kampung itu yang menyiapkannya. "Tunggu dulu, kan Mami sudah bilang tadi malam, kalau Mami bakal kenalin kamu ke Dara. Dara sini sebentar!" ucap Mami kemudian memanggil gadis kampung itu. "Saya nyonya?" tanya Dara. "Iya. Kamu," sahut Mami singkat. "Ada apa Nyonya?" tanya-nya lagi. "Perkenalkan ini anak saya namanya, Riko Pratama. Jadi kamu harus bersikap baik, dan sopan ya sama Riko. Saya gak mau mendengar keluhan anak saya tentang sikap kamu yang katanya tidak sopan semalam," papar Mami jelas. "Baik Nyo
***Rumah terasa begitu sepi hari ini. Hanya tinggal aku, dan Dara, Si gadis kampung itu. Sementara sopirku Pak Tarjo, tinggal di rumah sebelah yang memang khusus orang tuaku sediakan untuknya.Ku lihat gadis kampung itu sedang sibuk mengurusi pekerja'an rumah, menggantikan seluruh tugas Ibunya.Dan aku punya ide untuk ngerja'in gadis kampung itu.!"Lho ... lho ... kok bisa kotor lagi sih ini lantainya. Padahal tadi sudah saya pel," gumamnya yang tak melihat keberada'anku."Pel yang bener makanya. Bisa kerja kan?" Sahutku yang membuatnya kaget."Ta-tapi, Tuan muda. Tadi saya sudah bersihkan lantainya," ucapnya jujur."Ya, terus kenapa ini masih kotor?" tanyaku pura-pura tidak mengerti."Saya juga tidak tau Tuan muda," jawabnya bingung."Ya udah bersihin lagi sana, gampang kan?" perintahku sambil berlalu."Baik, Tuan muda.!" sahutnya menurut.POV Dara: Ini pasti kerja'an pria sombong itu. Akan tetapi aku tid
***Ketika aku sampai dirumah, ku lihat gadis kampung itu masih saja bekerja. Dia membersihkan debu-debu yang ada di atas lemari hias, dengan menaiki sebuah kursi.Tiba-tiba kursi yang gadis itu naiki hilang keseimbangan, dan tumbang!Brak...!ia terjatuh dan aku refleks menangkap tubuh gadis kampung itu. Hingga kini aku pun ikut terbaring dibawah gadis kampung itu karna tertimpa olehnya.Hingga beberapa saat aku terdiam. Mataku dan matanya kembali bertemu. Lalu gadis kampung itu menyadari posisinya yang ada di atas tubuhku."Maaf, Tuan muda. Sa-saya tadi...." ucapnya gugup."Mau bilang kalau kamu tadi gak sengaja jatuh gitu?" Aku melanjutkan ucapannya."Iya benar, Tuan muda!" sahutnya sambil mengangguk cepat."Memang gak pernah becus sih kamu kerjanya. Kalau gak bisa kerja mending pulang sana," ketusku."Hmm...." Dara hanya menarik nafas dalam, kemudian membuangnya kasar."Apa...? Gak terima sa
*** Dara pun ikut bergabung bersama kami di sini...! Oma terlihat menyukai Dara. Mereka langsung akrab walau baru bertemu. "Jadi kamu di sini ganti'in tugas Si Mbok?" tanya Oma dengan lembut. "Iya, Oma. Ibu lagi pulang ke kampung. Rindu kampung halaman katanya," sahut Dara Si gadis kampung itu. "Oh begitu. Tapi jarang-jarang lho ada anak gadis yang mau ngerjain pekerja'an rumah tangga. Apa lagi anaknya secantik kamu. Oma bangga deh sama kamu," puji Oma lagi. Oma terus saja memuji Dara. Dan anak kampung itu seperti menikmati momen hari ini. Awas aja ya, bakal aku kerjain lagi nanti. " Ibu, kami mau permisi istirahat ke kamar dulu ya. Ibu juga istirahat sana. Capek kan baru nyampe tadi," ucap Papi sambil berdiri bersama Mami. "Iya silahkan. Ibu sebentar lagi," sahut Oma. Mami dan papi sudah masuk ke kamar. Tinggal aku, Oma, dan Dara di sini...! Aku semakin canggung. Niatnya mau ngerjain Si Dara, malah aku
***Pagi ini aku aku bangun dengan sejuta perasa'an cemas dan gelisah.Setelah semalaman aku berfikir, aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang sedang aku rasakan sekarang. Aku terus saja memikirkan gadis kampung itu, dan memikirkan ucapan Mami semalam."Selamat pagi Cucu kesayangan Oma." Oma menyapaku dengan di iringi senyum di wajah senjanya."Selamat pagi juga Oma""Tumben Cucu Oma bangun pagi, di hari libur kerja?" tanya Oma heran."Aku tuh mau ngajakin Oma lari pagi," ucapku tersenyum."Beneran?" tanya Oma serius.Iyalah Oma. Masa bohongan sih," sahutku."Kalau begitu Oma siap-siap dulu ya.""Iya Oma, ditunggu."Oma pun masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sementara itu aku menunggu di sofa. Mami dan Papi pun datang menghampiriku."Anak Mami udah bangun? Pasti lupa ya, kalau hari ini tuh, hari Minggu?" Mami pun sama herannya."I-iya, Mi. aku lupa tadi," Aku berbohong pada Mami, padahal
***Aku terus saja memikirkan perkata'an Oma. Siapa gadis yang Oma maksud? Kenapa Oma begitu yakin kalau aku akan luluh padanya.Sampai kapan pun aku takkan pernah takhluk pada seorang wanita ...!Bicara soal wanita, aku jadi rindu ranjang panas milikku itu. Aku mengotak-ngatik ponselku, aku berniat menghubungi Doni. Tapi kali ini aku meminta Doni mengirimkan beberapa foto gadis cantik untuk ku pilih salah satunya."Don ... seperti biasa, kamu carikan saya mainan baru. Tapi saya ingin melihat beberapa pilihan dari kamu hari ini. Tolong dikirimkan foto-fotonya." Aku mengirimkan pesan pada Doni lewat watsapp.Tak lama kemudian Doni pun membalas pesanku. Doni mengirim beberapa foto wanita cantik. Hingga aku memilih salah satunya. Aku pun memberitahui Doni, untuk segera mengantar gadis yang ku pilih itu ke apartemen.Aku langsung bersiap-siap menuju apartemen. Ketika aku hendak melangkahkan kakiku keluar, tiba-tiba Mami menyapaku ...."Ma
***Seperti biasa malam ini semua berkumpul di meja makan. Semua hidangan sudah di sediakan oleh Si Mbok dan Dara."Dara dan Si mbok, ayo gabung makan di sini," ajak Papi dengan begitu ramah."Terima kasih, Tuan. Tapi Si Mbok makan di dapur aja," tolak Si Mbok, sambil bergegas ke dapur."Hmmm ... ya sudah, kamu saja yang ikut makan di sini Dara," Papi kembali mengajak Dara."Saya bareng Ibu saja di dapur Tuan." Dara juga bergegas masuk ke dapur."Yaah ... pada gak mau gabung," keluh Papi."Mungkin mereka sungkan. Makanya kalian tuh biasakan beramah-ramah dengan mereka. Jadi mereka pun tidak akan menolak untuk ikut bergabung," ucap Oma mencoba menasehati kami semua."Ya, ngapain juga toh Bu beramah-ramah dengan pembantu. Nanti yang ada mereka malah besar kepala," sahut Mami dengan nada sinisnya."Tuh rudy, dengar kan ucapan istri kamu? Besok tugasmu merubah perangainya," ucap Oma kembali menyindir Mami."Kala