Lyra menguatkan diri untuk mengatakan yang sejujurnya kepada sang suami, bahwa ia kini telah berbadan dua. Adapun semua ini adalah hasil perbuatan Rexanda dan di kala malam pedih itu.“Mau bilang apa? Cepat jangan bertele-tele. Aku banyak urusan!” dengkus sang lelaki turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.Bibir dirasa kelu begitu pula lidah yang menjadi kaku. Lyra akhirnya menyerahkan secarik kertas hasil pemeriksaan laboratorium tanpa mengatakan apapun.Rex mengambilnya dengan kasar. Mata tajam sontak meneliti apa saja yang tertulis di sana. Ketika melihat satu kata yaitu POSITIF, aliran darah di sekujur tubuhnya terasa berhenti begitu saja.“Bagaimana kamu bisa memalsu hasil laboratorium seperti ini?” engah Rex melotot dan menatap istrinya dengan wajah merah padam.Lelaki itu benar-benar dikuasai emosi. Hal yang paling ia takutkan adalah Lyra hamil dan sekarang ketakutan itu menjadi nyata. Saat ini ia merasa tidak siap menjadi seorang ayah dari bayi yang dikandung oleh
Rex memberi sebuah penawaran yang sungguh di luar nalar. Bagaimana mungkin ia bisa sekejam itu dalam memberikan pilihan? “20 juta untukmu, tidak usah meminjam, asal kamu gugurkan janin tersebut! Cepat jawab sekarang karena aku tidak akan memberikan penawaran ini dua kali!”Hati Lyra hancur lebur mendengar tawaran tersebut. Tidak menginginkan dirinya sebagai istri itu sudah bisa dimaklumi. Akan tetapi yang ada di dalam rahimnya adalah darah daging lelaki itu sendiri.“Ini adalah anakmu Mas. Kenapa kamu begitu tega ingin menghilangkan dia dari muka bumi?” rintih Lyra menahan tetesan bening dari pelupuk mata.Rex hanya mengendikkan bahu dan menyeringai, “Aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini dan juga tidak pernah menginginkan anak darimu!”“Lagi pula bisa saja kamu mengandung anak laki-laki lain dan sengaja menjebakku malam itu bukan?”Lyra tahu tidak ada gunanya berdebat dengan Rex pada saat ini. Yang ingin dilakukan lelaki itu hanyalah menyakitinya. Ia juga tidak punya waktu un
Pagi hari saat berkendara menuju kantor, Rex menghubungi ayahnya melalui ponsel. Sebenarnya ia sangat malas menuju kantor dan mengerjakan apa yang diminta oleh Harlan, tetapi tidak ada pilihan selain melakukannya karena takut uang jajan dan fasilitas dicabut.“Halo, Rex?” jawab Harlan dari ujung sambungan.“Papa jadi pulang kapan?”“Satu minggu lagi, Papa sudah akan naik penerbangan kembali ke Indonesia. Kenapa, apakah ada masalah?”Senyum di wajah Rex mengembang saat mendengar ayahnya akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. “Aku ingin berbicara soal Lyra.”“Ada apa dengan Lyra?” suara Harlan terdengar khawatir.“Uhm … dia hamil, Pa.” Jawaban Rex membuat mata Harlan terbelalak lebar. “Lyra hamil?” ulang pengusaha kaya raya tersebut. “Iya, dia hamil. Aku butuh uang lebih, Pa. Kemarin papa memotong uang jajanku tinggal separuh. Padahal, aku sekarang harus menghidupi dia juga, ‘kan?” Rex berbicara dengan nada memelas berharap ayahnya akan jatuh kasihan. “Aku juga harus membawanya
Terhentak dengan perkataan suaminya, Lyra menatap tidak percaya kepada Rex. Sorot terkejut sekaligus pilu atas fitnah yang dibebankan kepadanua untuk kesekian kali.“Lyra selingkuh?” Harlan pun menunjukkan keterkejutan yang sama.Rex mengangguk dengan penuh percaya diri. “Aku mengecek di ponselnya, dan terlihat dia sedang bermesraan dengan seorang lelaki.”“Ini semua fitnah! Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapa pun!” sanggag Lyra menahan rintik bening di mata.Rasanya sudah terlalu lelah untuk menangis terus dan terus karena masalah di dalam rumah tangganya. Rex menyeringai, lalu memperlihatkan apa yang ada di layar ponselnya. “Aku mengambil foto ini di kamar kita! Ini ponselmu, ‘kan?” “Lihat sendiri! Baca! Baca bagaimana kamu chat dengan seorang lelaki dengan mesra!” bentaknya mendorong pundak Lyra secara kasar.Ajeng tertawa sinis, “Wah, ternyata Lyra selama ini hanya pura-pura baik saja? Tidak menyangka yang terlihat manis ternyata jago selingkuh?” cibir mertua perempuan m
Tantangan Harlan untuk mengecek CCTV seperti sambaran petir bagi putranya. “Ayo, Mas. Kita cek CCTV dan buktikan bahwa pada saat terjadinya chat itu, aku tidak membawa ponsel sama sekali,” angguk Lyra mengusap air mata di pipi.Dalam hati ia berkata, ‘Meski kamu menyakiti dan terus melukai perasaanku, tapi aku tidak pernah berselingkuh darimu!”‘Adalah kamu yang terang-terangan berselingkuh, bahkan tidur dengan Marina di depanku tanpa merada berdosa!’ tangis Lyra hanya di dalam hati. Yang ditanya tidak berani menatap pada ayahnya. Begitu pula Ajeng dan Eva. Mereka bertiga saling lirik sendiri dengan wajah memerah karena menahan malu.Dari situ, Harlan sudah bisa memastikan siapa salah, siapa benar. Betapa sedih sang lelaki karena pulang dari Jepang setelah tiga minggu meninggalkan rumah justru disambut dengan kejadian seperti ini.“Lyra, pergilah ke kamarmu. Ada yang Papa ingin bicarakan dengan Rex,” ucap Harlan tersenyum getir.“Pa, aku tidak berselingkuh! Demi Tuhan, Pa, aku tidak
Rex menatap tajam pada istrinya. Permintaan itu menelisik ke relung hati. Tidak saling mempedulikan satu sama lain tentu saja dia setuju. Namun, saat mendengar Lyra mengijinkan ia menjadikan Marina istri kedua tanpa terlihat ada perasaan berat, itu … tidak nyaman. “Yang aku ingin hanya tenang, sehingga anakku lahir dengan tenang. Aku tahu kamu tidak menginginkan anak ini, kamu mungkin mual jika mendengar kata anak kita … jadi, aku memanggilnya anakku,” lanjut Lyra tersenyum, menyembunyikan pedih. Tentu saja Rex tidak mau memperlihatkan perasaan tidak nyaman di depan sang istri. Ia hanya tersenyum sinis, mehahan gempuran sesak di dalam dada ketika mendengar rangkaian kalimat Lyra.“Terserah kamu saja! Aku tidak akan mempedulikanmu lagi!” desisnya, kemudian meninggalkan kamar tanpa melihat ke belakang sama sekali.Seperginya Rex dari dalam kamar, Lyra duduk di tepian ranjang. Barulah napasnya terengah hebat, bibir tergetar, dan air mata menetes butir demi butir. Ia meremas lembut ba
Mata Rex terbelalak melihat istrinya terduduk di atas sofa dengan darah mengalir dari balik rok hingga membasahi mata kaki, dan bahkan menetes sampai di atas lantai.Dadanya terengah, sementara ia terus membeku tak percaya dengan apa yang dilihat. Melihat bagaimana Lyra menutup mata, terisak sembari meringis kesakitan, lalu keringat mengucur deras membasahi wajah … semua itu menjadikan sang pemuda tak bisa bergerak sama sekali.Mbak Yanti mengguncang tubuh majikannya. “Tuan Rex! Tuan Rex! Sadarlah, Tuan! Antar Lyra ke rumah sakit!” Suara asisten rumah tangga itu menghentak kasar kesadaran Rexanda. Perlahan ia kembali pada dunia nyata dan meninggalkan keterbekuan.Tak berpikir panjang, Rex berlari menghampiri Lyra. Ia angkat sang wanita dengan lengan kekarnya. “Buka pintu mobilku!” teriaknya lantang.Pak Bondan melakukan perintah majikannya. Selang beberapa detik Lyra sudah diletakkan di jok depan bagian penumpang oleh Rex. Rintih kesakitan serta isak ketakutan masih jelas terdengar.
Makin sesaklah dada sang pemuda mendengar rengekan Marina. Ingatan sontak membawanya kembali ke masa lalu di mana mereka pertama kali bercinta. Dan memang ... ada noda merah di atas sprei hotel yang putih bersih ketika telah selesai. Berucap dengan sedikit tergetar, “Tenanglah, Marina. Apa tidak cukup semua yang kulakuan untukmu sampai sekarang? Aku harus mengurusi Lyra, mengertilah!”“Iya, iya, aku mengerti! Pokoknya, kamu tidak boleh jatuh kasihan, apalagi jatuh cinta dengannya! Aku tidak akan terima! Aku tidak akan ikhlas!” tukas Marina. “Ya, sudah, sana urusi Lyra. Aku mau berangkat ke mall dengan Sherly saja kalau begitu.”“Hmm, berangkatlah ....”***Lelaki berperawakan tinggi dan gagah itu memasuki ruang IGD kembali. Napasnya tersengal, tetapi ditahan. Begitu sampai di bilik pemeriksaan, Lyra sedang dipersiapkan untuk dipindah ke ruang khusus. “Kita akan naik ke ruang khusus bersalin, Tuan. Dokter kandungan menunggu di sana untuk memeriksanya,” jelas perawat saat Rex bertanya