Share

SISI LIAR JANDA SUAMIKU
SISI LIAR JANDA SUAMIKU
Penulis: Fina FH

Bab 1

“Pergi kalian dari rumahku!“ teriak mertuaku, matanya merah, nafasnya memburu, seolah sangat membenciku, menantunya.

Aku terkejut, tidak ada angin tidak ada hujan mengapa tiba-tiba beliau mengusir kami? Apa salah kami? Seingatku, aku tidak membuat kesalahan sama sekali hari ini. Semua perkerjaan rumah ku selesaikan dengan sempurna. Masak, mencuci baju, menjemur, mengepel, bahkan aku sempat menyetrika baju semua anggota keluarga ini. Beruntung hanya ada kami berempat, aku, suamiku, anak, dan mertuaku, jadi baju yang ku setrika tidaklah banyak.

Mas Adnan diam tidak berkutik, tapi aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu. Matanya sejenak terpejam. Seolah menelusuri apa yang membuat mertuaku tiba-tiba marah pada kami.

“Cepat kalian pergi, aku sudah muak melihat kalian. Apalagi kamu, Mila. “ Mertuaku menunjukku dengan tatapan bengis.

“Apa salah Mila, Bu? “ tanyaku terbata-bata. Sungguh aku tidak merasa melakukan salah, selama ini di rumah mertua, aku melakukan semua perkerjaanku sendiri. Mengasuh anak pun kulakukan sendiri tanpa bantuan siapapun.

Kubenarkan gendongan Mehra, anakku yang terlihat mulai tidak nyaman. Sepertinya dia kaget mendengar suara neneknya yang keras dan melengking.

“Kamu tanya apa salahmu? Salahmu banyak, salahmu kenapa kamu mengambil Adnan dari Tiara? Seharusnya yang pantas menjadi istri Adnan itu Tiara, bukan kamu!“ hardik Mertuaku.

Deg!

Rasanya jantungku berhenti berdetak, kenapa pula mertuaku menyebut nama Tiara? Tiara adalah mantan istri Mas Adnan. Ya, aku menikah dengan Mas Adnan saat ia masih berstatus suami Tiara. Bukan mauku menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki istri, sungguh. Namun, aku tidak bisa membohongi hatiku, sejak 5 tahun yang lalu aku sudah mencintai mas Adnan.

Saat itu aku masih kelas 3 SMA, satu hari setelah ujian kelulusan aku bersama dengan teman-temanku iseng mencari pekerjaan sambilan sembari menunggu ijazah. Akhirnya kami diterima di salah satu pabrik di desa sebelah. Di sanalah awal mula aku dan Mas Adnan bertemu. Setelah satu bukan berkenalan akhirnya kami berpacaran. Namun, tahun kedua hubungan kami kandas. Kami memutuskan untuk berpisah. Saat itu hubungan kami berada di titik jenuh, akun dan mas Adnan sama-sama bosan dengan hubungan kami yang tidak ada kemajuan.

Setelah beberapa bulan putus, aku mendengar ia akan menikah dengan seseorang, Tiara, namanya. Awalnya aku tidak begitu peduli lagi dengan kehidupan mas Adnan, hingga suatu ketika salah satu dari kami mengirimkan pesan. Itulah awal dari masalah yang tidak ada habisnya sampai sekarang.

“Gak usah nangis kamu, ha... Kamu itu Cuma perebut suami orang. Seharusnya Tiara tetap menjadi menantuku! Bukan kamu! “ teriak mertuaku histeris sambil menangis.

Ya Allah, apa yang harus kulakukan? Sebelumnya hubungan kami baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun mertuaku menghina apalagi marah kepadaku. Mas Adnan sudah tidak ada di sampingku. Kemana dia? Padahal aku sangat membutuhkannya saat ini.

Inginku menjawab ucapan Ibu Mertuaku, tapi aku takut dikatakan menantu tidak berbakti.

Beliau nampak ngos-ngosan, seolah mengeluarkan tenaga melebihi kemampuannya.

Tak lama datanglah Mas Adnan dari arah dapur membawa segelas air putih. Tanpa berkata apapun, ia menyodorkan gelas itu pada Ibu.

“Minum dulu, Bu.“ Mas Adnan membantu Ibu minum sampai air itu habis.

Seketika ibu terlihat lebih tenang, dan lemas. Mas Adnan terus mengelus punggung Ibu, mulutnya tak henti komat kamit membacakan sesuatu pada Ibu. Tak lama mas Adnan meniup kepala Ibunya.

“Sudah, Ibu istirahat dulu ya. Ibu pasti lelah.“ Mas Adnan memapah Ibu masuk ke dalam kamar.

Aku menunggunya dengan gelisah di ruang keluarga bersama Mehra dalam gendongan yang mulai tertidur. Karena mas Adnan tak juga keluar dari kamar Ibu, kuputuskan menidurkan Mehra terlebih dahulu. Kebetulan sudah pukul 20.30 malam, sudah waktunya Mehra tidur.

Setelah yakin Mehra tidur, aku keluar dari kamar, ternyata mas Adnan sudah duduk di ruang keluarga. Tak langsung duduk, aku memilih ke dapur membuatkan kopi untuknya. Aku tau ada yang ingin ia bicarakan denganku.

Beberapa menit kemudian kopi sudah terhilang di depan mas Adnan, kulihat ia menghembuskan nafas dengan kasar.

“Ibu kenapa, Mas? “ Aku duduk di samping mas Adnan.

“Apakah tadi Tiara ke sini? “ Aku mengernyitkan dahi, bukannya menjawab malah menanyakan Tiara.

“Iya, tadi sore Tiara ke sini, mampir katanya. Dia dari kuliah, “ jawabku asal.

“Bawa apa dia? “ Lagi-lagi aku terheran, kenapa selalu menanyakan Tiara.

Aku berpikir sejenak, “Kalau gak salah, dia bawa martabak telur. Kenapa, Mas? “ tanyaku tak sabar kemana arah pertanyaannya.

“Lain kali langsung buang apapun yang dibawa Tiara untuk Ibu, “

“Kenapa? “ tanyaku heran, aneh sekali.

“Kamu tau, Martabak tadi ada ‘isi'nya. Itu yang membuat Ibu marah-marah dan mengusir kita.“

Deg!

Benarkah itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status