Share

45

Sampai malam hari pun Sari tetap berpura-pura tidur. Dia merasa enggan menatap wajah suaminya itu.

Sampai Trisno berpamitan ke mushola rumah sakit, dan Bu Darni tertidur di sofa rumah sakit. Barulah Sari membuka matanya.

Dia menatap langit-langit ruang rawatnya dengan tatapan kosong.

Sekelebat bayangan saat Nisa mengatakan bahwa dia mengandung anak dari suaminya, kembali berputar seperti radio rusak.

‘Jadi, apa maksud sikap hangatmu padaku selama ini? Kalau nyatanya kau masih menjalin hubungan dengan cinta pertamamu, dan bodohnya aku yang sangat muda menjatuhkan hati padamu.’ Sari membatin dengan air mata yang mulai mengalir dari sudut matanya.

Merasa tak nyaman dengan posisinya berbaring. Sari berniat untuk bangun, dan duduk bersandar saja.

Dia kembali melamun, membayangkan tentang sikap manis Trisno padanya belakangan ini. Hatinya kembali terasa sakit, seolah-olah ada tangan tak kasat mata yang meremasnya dengan kuat.

Ceklek!

Suara pintu yang terbuka membuat Sari tersadar da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status